Puisi: Jangan Biarkan Waktu Berlalu dan Sepi (Karya Darmanto Jatman)

Puisi "Jangan Biarkan Waktu Berlalu dan Sepi" mengajak pembaca untuk merenung tentang aliran waktu, kesepian, dan makna kehidupan.
Jangan Biarkan Waktu Berlalu dan Sepi

waktu berjatuhan seperti daun
sepi dan tanpa peristiwa
dalam kami berjalan-jalan

air mengalir
daun-daun bergoyang
ada pohon mati
dan lima menit lagi
pohon paku
-Mereka diam dan kaku

maka jangan goyangkan
pohon waktu yang tua
sebelum berkelahi
atau membangun
gedung yang tinggi

wii wii wiii
wiai ai ai
begitu daun-daun waktu berjatuhan
peristiwa lewat seperti udara
dan mati menyusup juga
bersama lalu mereka

sedang kehendak kita
baiklah kita bebas
memilih saat-saat dari waktu
untuk mati.

1963

Analisis Puisi:

Puisi "Jangan Biarkan Waktu Berlalu dan Sepi" karya Darmanto Jatman merupakan refleksi mendalam tentang aliran waktu, kesepian, dan kehidupan manusia.

Waktu dan Kesepian: Puisi dimulai dengan gambaran tentang waktu yang jatuh seperti daun, menyoroti aliran waktu yang terus berjalan tanpa henti. Kesepian juga diungkapkan melalui deskripsi suasana yang sepi dan tanpa peristiwa.

Gambaran Alam: Penyair menggambarkan alam sekitar dengan air yang mengalir, daun-daun yang bergoyang, dan pohon yang mati. Gambaran ini menciptakan suasana yang tenang namun juga melankolis, menggambarkan kehampaan yang terasa di sekitar.

Simbol Pohon Paku: Pohon paku menjadi simbol kekakuan dan ketidakberdayaan dalam menghadapi aliran waktu dan perubahan. Keheningan dan kekakuan pohon tersebut juga mencerminkan keadaan kehidupan yang stagnan atau terhenti.

Pesan Moral: Penyair menyampaikan pesan untuk tidak mengganggu atau mengganggu perjalanan waktu yang alami. Dia menyarankan agar kita tidak mempercepat waktu atau mencoba mengubahnya secara paksa, tetapi lebih baik menerima dan memanfaatkan waktu dengan bijaksana.

Kebebasan Memilih Saat: Penyair menekankan bahwa meskipun kita tidak memiliki kendali penuh atas aliran waktu, kita memiliki kebebasan untuk memilih saat-saat penting dalam hidup kita, termasuk saat-saat terakhir.

Gaya Bahasa: Gaya bahasa dalam puisi ini sederhana namun kuat dalam menyampaikan pesan dan suasana. Penggunaan repetisi suara "wii wii wiii" dan "wiai ai ai" menambahkan dimensi suara alam yang menenangkan namun juga melankolis.

Puisi "Jangan Biarkan Waktu Berlalu dan Sepi" mengajak pembaca untuk merenung tentang aliran waktu, kesepian, dan makna kehidupan. Dengan gaya bahasa yang sederhana namun mendalam, puisi ini mengajak kita untuk memahami dan menghargai waktu serta keheningan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia.

Puisi Darmanto Jatman
Puisi: Jangan Biarkan Waktu Berlalu dan Sepi
Karya: Darmanto Jatman

Biodata Darmanto Jatman:
  • Darmanto Jatman lahir pada tanggal 16 Agustus 1942 di Jakarta.
  • Darmanto Jatman meninggal dunia pada tanggal 13 Januari 2018 (pada usia 75) di Semarang, Jawa Tengah.
© Sepenuhnya. All rights reserved.