Analisis Puisi:
Puisi "Mesin Tik" karya Wayan Jengki Sunarta membawa cerita tentang sebuah mesin tik yang sudah tua dan karatan, menggambarkan kehidupan mesin tik sebagai metafora dari kehidupan manusia, di mana usia, kelelahan, dan kehilangan memiliki peran sentral.
Penafsiran tentang Mesin Tik: Penyair mengekspresikan kesan yang sama sekali manusiawi pada mesin tik yang sudah usang. Mesin tik ini memiliki kelelahan yang nyaris mirip dengan manusia, ditunjukkan melalui gambaran jari yang gemetar, suara yang parau, dan pernapasan tersengal. Dengan kata lain, mesin tik digambarkan seolah-olah memiliki karakteristik manusia, dengan masa lalu dan kenangan sendiri.
Melalui Lensa Kehidupan Manusia: Mesin tik yang diceritakan dalam puisi mengenang masa-masa ketika masih produktif. Pada masa itu, ia menghasilkan puisi dan karya-karya yang mengalir seirama dengan nyanyian tombol-tombol huruf yang berpadu dalam surat-surat dari berbagai negeri.
Masa Depan yang Tak Pasti: Namun, seiring berjalannya waktu, mesin tik ini menjadi tidak terpakai, terabaikan, dan tidak lagi menjadi objek kagum. Akhirnya, mesin ini merasa menuju arah kepunahan dan kehilangan, mendekati akhir masa hidupnya. Ia ditakdirkan untuk dijual ke tukang loak dan dilebur menjadi bahan logam.
Kesimpulan Puisi: Dalam kesederhanaan kata-kata, penyair berhasil membawa kesan tentang siklus kehidupan, kelelahan, dan masa depan yang tak pasti. Melalui metafora sebuah mesin tik, penyair menggambarkan bagaimana kehidupan manusia juga memiliki awal, masa produktif, serta berakhirnya kehidupan.
Puisi "Mesin Tik" karya Wayan Jengki Sunarta membawa metafora kehidupan manusia, di mana usia, kelelahan, dan kematian merupakan bagian dari siklus kehidupan yang tak terelakkan. Mesin tik menjadi simbol untuk mengekspresikan perjalanan hidup manusia dalam proses kehidupannya yang akhirnya berakhir dengan kematian atau ketiadaan.
Karya: Wayan Jengki Sunarta
Biodata Wayan Jengki Sunarta:
- Wayan Jengki Sunarta lahir pada tanggal 22 Juni 1975 di Denpasar, Bali, Indonesia.