Puisi: Pembuluh Darah Arak (Karya Frans Nadjira)

Puisi: Pembuluh Darah Arak Karya: Frans Nadjira
Pembuluh Darah Arak


Di depan arak di tengah nyanyi
Hidup manusia berapa kali?
(Cao-Cao / Zhou Fuyuan)


Melalui pembuluh darah arak
Aku tumbuh jadi lumut di pohon tua.
Daging hutan-hutanku memeluk ranjangmu
Tulang debuku merebak jadi angin.

Sungai arak bercabang di muara
Kita tumbuh bersama di sebuah desa nelayan.
Kita hadir di wajah matahari, di wajah bulan
Kita rusuk yang membayang di daun kering.

Melalui pembuluh darah arak
Awan berlayar ke utara ketika bebatuan mengeras.
Kudengar kabarmu dari perjalanan angin
Hanya satu yang tak berubah; Rindu pada derai cemara.

Hanya rindu yang mengeras jadi batu
Hanya batu yang mengeras jadi tanduk di dasar laut.
Kita terpasung dalam sebuah lingkaran aneh
Sebuah pusaran tak terurai dari pusat diri kita. 

Pusat yang menampung mengalami sengat matahari
Rumput-rumput rawa yang rindu cahaya bulan.
Teguk arak dari darah serigala
Nyanyikan lagu sunyi, hai pencinta kebenaran.



Frans Nadjira
Puisi: Pembuluh Darah Arak
Karya: Frans Nadjira

Biodata Frans Nadjira:
  1. Frans Nadjira lahir pada tanggal 3 September 1942 di Makassar, Sulawesi Selatan.
© Sepenuhnya. All rights reserved.