Puisi: Teh Gingseng (Karya Frans Nadjira)

Puisi: Teh Gingseng Karya: Frans Nadjira
Teh Gingseng


Sebelum minum
kuceritakan
khasiat khusus
teh ginseng


Kutanggalkan  tulang  igaku
jadi pinggul menggeliat
di depanku
Ruang remang Pikiran-pikiran iseng:
Akan kuterkam ia karena merangsangku
Akan kuremuk ia karena tingkahnya.

Tubuh mulus
Bulan berganda dalam kaca
Pohon-pohon berubah warna.
Ia mendengus menggeliat dalam nafsuku.

Pintu rubuh
sebab gurih daging.
Dekat buffet ia berdiri
mulus seperti bayi. Tiba-tiba
aku berpikir: Bagaimana ibunya melahirkannya?
Mungkin ada bintang lewat
berkilau di tepi ranjang
berkata: "Retak pada meja
Gurat pada tangan
bermuara ke nasib baik.
Mengapa menangis?
Ia lahir, disaat
tak ada lagi hasrat jahat
di hati manusia."

Kuraba igaku. Terbayang saat yang menakutkan:
Masa tua Anak-anak sudah kawin
Duduk di satu taman rumah sakit
memandangi burung-burung kuning
mandi pasir setiap senja sebelum tidur
Awan Nampak jauh menunggu saat jatuh
ke dalam hujan
menunggu saatku ke hening rahim bumi
Memandang bulan separuh Berpikir:
Bagaimana ketika istriku menunggui anak-anaknya melahirkan?
Mungkin ia berharap
ada bintang lewat
berkilau di tepi ranjang
berkata: "Retak pada meja
Gurat pada tangan
bermuara ke nasib baik.
Mengapa menangis?
Ia lahir, disaat
tak ada lagi hasrat jahat
di hati manusia."


Sumber: Horison (September, 1990)

Frans Nadjira
Puisi: Teh Gingseng
Karya: Frans Nadjira

Biodata Frans Nadjira
  1. Frans Nadjira lahir pada tanggal 3 September 1942 di Makassar, Sulawesi Selatan.
© Sepenuhnya. All rights reserved.