Puisi: Bibir Merah Delima (Karya Wayan Jengki Sunarta)

Puisi "Bibir Merah Delima" mengungkapkan kerinduan yang dalam akan kehadiran seseorang yang begitu berpengaruh dalam kehidupan penyair.
Bibir Merah Delima


wahai, bibir merah delima
beraroma arak dan tembakau
aku sungguh merindukanmu
seperti remang subuh
menanti cahaya pagi

rambutmu yang tergerai
serupa hutan tropika
memeram rahasia pengembara
ranum pinggulmu
pertapaan kaum sadhu

kukenang suaramu renyah
seperti gairah hujan
menyelinap ke dalam jiwaku
di lelangit kamar sepasang cicak saling tatap
aku bergumul dengan bantal dan selimut

bibir merah delimamu
yang beraroma arak dan tembakau
muncul dari dinding kusam kamarku
kujulurkan jemari tangan
tak ada yang bisa kuraih

nyanyian kodok seusai hujan
bau bunga kamboja di atas meja
seperti ingin meringkus malam
tenggelam dalam lamunan

di ujung kasur
seekor kucing mendengkur
jarum jam seakan berhenti berdetik
aku makin kehilangan cara
untuk sekedar terlelap tidur


2016

Analisis Puisi:
Puisi "Bibir Merah Delima" karya Wayan Jengki Sunarta menciptakan gambaran tentang kerinduan akan kehadiran seseorang, disimbolkan dengan "bibir merah delima" yang merujuk pada sosok yang disayangi. Dalam puisi ini, ada sentuhan nostalgia yang kuat, membingkai rindu yang mendalam akan kehadiran seseorang yang memiliki pengaruh signifikan dalam kehidupan penyair.

Gambaran yang Kuat tentang Rindu: Penyair dengan indahnya menggambarkan kerinduan akan seseorang dengan visualisasi bibir merah delima. Aroma arak dan tembakau yang disebutkan membangkitkan kenangan akan kebersamaan yang mungkin telah berlalu.

Simbolisme yang Kaya: Bibir merah delima digambarkan sebagai citra yang penuh keinginan dan kehangatan. Kemiripan rambut dengan hutan tropika, dan pinggul yang ranum dijadikan simbol perasaan intim dan pertapaan, menggambarkan bahwa cinta dan hasrat telah melintasi batas-batas tertentu.

Rindu yang Menyelimuti Malam: Kehadiran bibir merah delima disamakan dengan rasa kerinduan yang begitu kuat, bahkan di tengah keheningan malam. Penyair merenungkan ketidakhadiran seseorang dengan kesan sulitnya meraih dan merasakan kehangatan masa lalu.

Kesepian dan Kerinduan: Puisi ini menghadirkan kesepian yang kuat dengan gambaran malam yang hening dan suasana yang tampak terasa sepi. Kerinduan yang dalam menandakan kekosongan hati penyair.

Puisi "Bibir Merah Delima" mengungkapkan kerinduan yang dalam akan kehadiran seseorang yang begitu berpengaruh dalam kehidupan penyair. Penyair dengan indahnya membangun kesan nostalgia, rindu yang mendalam, dan gambaran tentang kehadiran yang dirindukan. Simbolisme yang kuat, terutama dalam gambaran bibir merah delima, menunjukkan kerinduan yang abadi dan hasrat yang tidak terlupakan.

Wayan Jengki Sunarta
Puisi: Bibir Merah Delima
Karya: Wayan Jengki Sunarta

Biodata Wayan Jengki Sunarta:
  • Wayan Jengki Sunarta lahir pada tanggal 22 Juni 1975 di Denpasar, Bali, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.