Puisi: Jalan Derita, Seteguk Doa, Sekelumit Harapan (Karya Wayan Jengki Sunarta)

Puisi "Jalan Derita, Seteguk Doa, Sekelumit Harapan" karya Wayan Jengki Sunarta menggambarkan kompleksitas eksistensi manusia dan keberanian mereka ..
Jalan Derita, Seteguk Doa, Sekelumit Harapan...
untuk: Radhar Panca Dahana

risau itu telah lesap dalam
aliran darahmu, menyatu
dalam keikhlasan, menerima segala batu takdir
hingga menjadi pasti apa yang mesti dinanti
apalah kita, selain hanya debu yang ragu, atau
risalah yang tak habis ditulis, tak puas terbaca

pelitakah yang menuntunmu bertahan dalam kelam
atau secercah cahaya dari semesta?
nafiri telah ditabuh di kejauhan
celah indah kegaiban melingkupimu
antara ada dan tiada dalam kesunyataan

deritamu seperti paripurna, serupa sisypus
angin pun tak mampu meniup kabut di puncak bukit
hanya embun yang coba bertahan di kelopak bunga
apalah kita, yang selalu berupaya sekemilau kata puisi
namun, telah kau temukan kesejatian
antara jalan derita, seteguk doa, sekelumit harapan...

Karangasem, Bali, 5 April 2010

Analisis Puisi:

Puisi "Jalan Derita, Seteguk Doa, Sekelumit Harapan" karya Wayan Jengki Sunarta merupakan sebuah karya sastra yang menggambarkan perjalanan manusia melalui derita, doa, dan harapan dalam kehidupan. Dengan penggunaan bahasa yang kaya dan metafora yang dalam, penyair mengajak pembaca untuk merenungkan esensi eksistensi manusia.

Derita dan Ketidakpastian Kehidupan: Penyair menggambarkan kehidupan sebagai perjalanan yang penuh dengan derita dan ketidakpastian. Metafora "risau itu telah lesap dalam aliran darahmu" menggambarkan bagaimana risau dan kekhawatiran menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Namun, dalam keikhlasan, manusia mampu menerima takdir dan menjalani perjalanan hidupnya.

Keteguhan dan Keberanian dalam Kegelapan: Puisi ini menyoroti keteguhan dan keberanian manusia dalam menghadapi kegelapan dan kesulitan hidup. Meskipun derita mengelilingi, ada upaya untuk bertahan dan mencari cahaya di tengah kegelapan. Metafora "apalah kita, selain hanya debu yang ragu, atau risalah yang tak habis ditulis" mencerminkan keberanian manusia untuk terus berjuang meskipun dalam ketidakpastian.

Doa sebagai Penyemangat dan Pemantik Harapan: Doa diangkat sebagai sarana untuk mencari kekuatan dan harapan di tengah-tengah derita dan kesulitan. Seteguk doa menjadi simbol kekuatan spiritual yang membantu manusia bertahan dan menemukan arti dalam kehidupan yang penuh tantangan.

Harapan sebagai Pencerahan di Ujung Terowongan: Meskipun melalui jalan derita yang panjang, terdapat sekelumit harapan yang menjadi pencerahan di ujung terowongan. Harapan adalah apa yang mendorong manusia untuk terus maju, meskipun dihadapkan pada kesulitan dan kegelapan.

Puisi "Jalan Derita, Seteguk Doa, Sekelumit Harapan" karya Wayan Jengki Sunarta adalah sebuah refleksi mendalam tentang perjalanan manusia melalui kehidupan yang penuh dengan derita, doa, dan harapan. Dengan bahasa yang kaya akan makna, penyair berhasil menggambarkan kompleksitas eksistensi manusia dan keberanian mereka dalam menghadapi tantangan. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan arti kehidupan, keberanian, dan pentingnya harapan dalam menghadapi segala situasi dalam hidup.

Wayan Jengki Sunarta
Puisi: Jalan Derita, Seteguk Doa, Sekelumit Harapan
Karya: Wayan Jengki Sunarta

Biodata Wayan Jengki Sunarta:
  • Wayan Jengki Sunarta lahir pada tanggal 22 Juni 1975 di Denpasar, Bali, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.