Puisi: Nocturno (Karya Wayan Jengki Sunarta)

Puisi "Nocturno" karya Wayan Jengki Sunarta mengeksplorasi perasaan rindu, kesedihan perpisahan, dan upaya untuk menemukan kedamaian di tengah ...
Nocturno


keheningan melingkupi diriku
wajahmu kembali berpendar di telaga
kurasa udara menyusup ke dalam jiwa
terperangkap dan gemetar di situ

batu ungu di jemari tanganku
meraba cahaya dari ubun-ubunmu

samudera dari segala samudera
menyatu dalam telaga jiwaku

batu surya dan batu purnama
berpadu di telapak tanganku
membaca segala tanda
dari cuaca paling kelabu

peri-peri tersedu
meratapi buah karma
yang kita telan bersama

raih tanganku
agar kau
tak kehilangan jejakku
di rimba rahasia

malam dan halimun
meretas batas yang getas
di mana kita mungkin
tak lagi berbekas...


Karangasem, Bali, 30 Oktober 2009

Analisis Puisi:
Puisi "Nocturno" karya Wayan Jengki Sunarta adalah suatu penggambaran yang melibatkan keheningan, kehadiran seseorang yang penting dalam pikiran penutur, dan pengalaman spiritual yang mendalam. Puisi ini mengeksplorasi nuansa malam yang hening dan juga kehadiran spiritual dalam pikiran seseorang.

Keheningan Malam: Puisi ini memulai dengan menggambarkan suasana hening malam yang mendalam. Keadaan ini menciptakan suasana yang menyerap dan merenungkan, memungkinkan penutur untuk merasakan kehadiran spiritual atau ingatan akan seseorang.

Kehadiran yang Kembali: Penggambaran wajah seseorang yang kembali berpendar di telaga menciptakan kesan bahwa ada kehadiran yang penting dan meresap dalam pikiran penutur. Hal ini menunjukkan pengaruh yang kuat dari seseorang dalam kehidupan penutur.

Simbolisme Batu: Batu ungu yang disebutkan dalam puisi bisa diartikan sebagai suatu simbol kekuatan atau spiritualitas. Penggunaan batu sebagai representasi memperdalam pengalaman spiritual atau hubungan batin yang dalam dengan kehadiran seseorang.

Samudera Spiritual: Deskripsi tentang samudera yang menyatu dalam telaga jiwa menunjukkan perenungan spiritual yang mendalam. Ini merujuk pada proses pencarian diri atau kedamaian dalam batin.

Perpisahan dan Kerinduan: Ada ungkapan tentang peri-peri yang tersedu, yang meratapi buah karma yang mereka telan bersama, mencerminkan kesedihan atas perpisahan atau pengalaman karma yang terjadi bersama. Hal ini menegaskan keberadaan seseorang yang telah pergi atau situasi yang menghasilkan perpisahan.

Misteri dan Kehilangan: Puisi ini ditutup dengan gagasan tentang meretas batas yang getas di malam dan halimun, mengisyaratkan tentang ketidakpastian atau kehilangan jejak di antara perasaan spiritual yang dalam.

Puisi "Nocturno" menawarkan suatu perjalanan ke dalam alam batin penutur dengan memberikan suasana hening malam yang reflektif dan penuh dengan simbolisme spiritual. Ini mengeksplorasi perasaan rindu, kesedihan perpisahan, dan upaya untuk menemukan kedamaian di tengah kegelapan dan misteri.

Wayan Jengki Sunarta
Puisi: Nocturno
Karya: Wayan Jengki Sunarta

Biodata Wayan Jengki Sunarta:
  • Wayan Jengki Sunarta lahir pada tanggal 22 Juni 1975 di Denpasar, Bali, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.