Puisi: Pengembara (Karya Fitri Yani)

Puisi "Pengembara" karya Fitri Yani mengeksplorasi perjalanan seseorang yang penuh harapan, rencana, dan doa, serta memberikan gambaran tentang ...
Pengembara


engkau yang mengunjungi kota berbekal rencana dan doa yang berdesakan di halte-halte tua jalan raya dan selasar pasar

berbesar hatilah pada masa lalu izinkan cahaya menitik di dadamu

di batas antara langit dan bumi akan kembali engkau saksikan kemilau yang tak pernah nampak di sudut-sudut ruang dan kepala para pejalan bermata kelabu memandang asap-asap dan kepulan debu yang membubung di angkasa

engkau akan merasa tunai.


2012

Sumber: Jurnal Nasional (12 Agustus 2012)

Analisis Puisi:
Puisi "Pengembara" karya Fitri Yani merupakan sebuah karya yang sarat dengan makna dan simbolisme. Puisi ini mengeksplorasi perjalanan seseorang yang penuh harapan, rencana, dan doa, serta memberikan gambaran tentang pengalaman spiritual dan pengamatan terhadap kehidupan sehari-hari.

Perjalanan Fisik dan Spiritual: Puisi ini dibuka dengan gambaran seorang pengembara yang mengunjungi kota dengan membawa rencana dan doa. Halte-halte tua, jalan raya, dan pasar menjadi latar perjalanan fisiknya, sementara rencana dan doa menciptakan dimensi spiritual. Ini mencerminkan perjalanan holistik yang melibatkan tidak hanya ruang fisik tetapi juga ruang batin.

Masa Lalu sebagai Bagian dari Identitas: Pengarang mengajak pembaca untuk berbesar hati pada masa lalu. Pernyataan ini mengisyaratkan bahwa masa lalu bukan hanya beban, tetapi juga bagian integral dari identitas seseorang. Cahaya yang menitik di dadamu mungkin menggambarkan pencerahan atau pengertian baru yang muncul dari pemahaman terhadap masa lalu.

Transcendensi di Antara Langit dan Bumi: Pada batas antara langit dan bumi, pengembara dijanjikan untuk menyaksikan kemilau yang tak pernah nampak. Ini dapat diartikan sebagai momen transcendensi atau pengalaman spiritual di luar batas kehidupan sehari-hari. Penggunaan kata "kembali" mungkin menunjukkan bahwa pengembara ini telah melihat kemilau tersebut sebelumnya atau bahwa pengalaman ini adalah bagian dari kehidupan yang berkelanjutan.

Pandangan Para Pejalan Bermata Kelabu: Deskripsi para pejalan bermata kelabu yang memandang asap-asap dan kepulan debu menciptakan citra keraguan atau kebingungan. Ini bisa mencerminkan realitas yang seringkali dihadapi oleh orang-orang di tengah-tengah kehidupan sehari-hari. Penggunaan warna kelabu mungkin menggambarkan keabuan dan monotonnya rutinitas keseharian.

Rasa Tunai dalam Pengembaraan: Dengan menyatakan bahwa pengembara akan merasa tunai, puisi ini menyampaikan pesan bahwa perjalanan ini tidak hanya membawa pemahaman baru atau pengalaman spiritual, tetapi juga memberikan rasa penuh atau terpenuhi. Penggunaan kata "tunai" mungkin merujuk pada keadaan di mana semua elemen kehidupan ini menyatu dalam keharmonisan.

Puisi "Pengembara" menghadirkan gambaran perjalanan fisik dan spiritual seseorang melalui kota dan masa lalu. Dengan menggunakan bahasa yang kaya dengan simbolisme, pengarang berhasil menggambarkan kompleksitas pengalaman manusia dalam perjalanan hidupnya. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang makna perjalanan, pencarian diri, dan pemahaman terhadap kehidupan.

Fitri Yani
Puisi: Pengembara
Karya: Fitri Yani

Biodata Fitri Yani:
  • Fitri Yani lahir pada tanggal 28 Februari 1986 di Liwa, Lampung Barat, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.