Puisi: Apakah Lumpur Masih Seperti Lumpur (Karya F. Rahardi)

Puisi "Apakah Lumpur Masih Seperti Lumpur" memperlihatkan gambaran kehancuran dan kekacauan akibat bencana alam, khususnya banjir lumpur yang ...
Apakah Lumpur Masih Seperti Lumpur

bunga-bunga cempaka di pucuk tinggi
apakah di situ masih ada burung-burung prenjak
apakah gang-gang masih sempit
rumah masih berdempetan
semen mengelupas
apakah batu masih sekeras batu
apakah kemarau masih berdebu
apakah air masih seperti air
apakah udara juga kelabu
kapankah malam akan menjadi malam
di manakah gelap benar-benar gelap
apakah tanah masih becek
apakah tikus tidak pernah benar-benar tikus
apakah kelelawar dan burung masih bisa terbang
apakah langit masih bernama langit
bisakah bintang tetap disebut bintang
mengapa kamu malah tidur
memejamkan seluruh dirimu
dan diam saja di rumah kontrakan itu
siapakah yang paling dingin
maukah kau menggigil
aku tak mau cecak
aku tak mau tikus
aku tak mau semua terbenam lumpur

lumpur
jentik nyamuk
ikan lele
tikus
kodok
rumah dan jembatan
jalan dan lampu-lampu
udara pagi
apakah lumpur masih seperti lumpur
apakah langit akan terus berpendar
apakah ular-ular itu sudah mati
apakah lele juga punah
angin
kadang-kadang batu itu merindukan angin
kadang-kadang lumut itu ingin pulang
di mana mereka menenangkan diri
di mana batu-batu itu
lumut-lumut itu
apakah malam juga masih tetap seperti malam
di manakah langit
apakah langit juga sudah tertimbun lumpur

mengapa tak ada daun-daun
mengapa tak ada rumput
mengapa belalang juga hilang
bunyi jangkrik
apakah kamu masih ingat aroma belut
apakah cacing juga masih seperti cacing
di manakah mereka harus duduk
harus melepas baju
menaruh sepatu
apakah pintu-pintu dan jendela masih ada
dari manakah kau datangkan lumpur itu
ke manakah awan akan kau tiup
udara capek
capung sudah sangat lapar
mengapa tak pernah kau tegur burung-burung
di manakah kecoak akan menemukan
pasangannya

terlambat
matahari terlambat terbit
bulan terlambat tenggelam
mengapa bintang juga terlambat berkedip
mengapa mendung selalu muram
mengapa semua masih terus berharap
mengapa tak ada yang putus asa
apakah batu masih sekeras batu
apakah sepatu terselamatkan
apakah anak-anak kecil masih bisa berlari
berapa lamakah nyamuk dan lalat bisa terus terbang
karena mata makin mengantuk
telapak kaki bengkak
rambut juga sudah tak bisa disisir
baju tak mungkin lagi dicuci
bh tak pernah terseterika
apakah tikar masih berupa tikar
apakah sarung bisa dikibarkan jadi bendera
apakah ular masih bisa berharap

anak-anak rindu buku tulis
bayi-bayi menangis
apakah susu masih semurni susu
bayi-bayi tersedak
apakah lumpur sudah sampai ke leher
ibu-ibu terduduk
kakek-kakek tergeletak di atas bangku kayu
tanpa alas tanpa selimut
semut-semut tak sempat mengungsi
apakah rayap masih seperti rayap
kusen-kusen terbenam
kaso-kaso patah
apakah kursi masih bersama meja
lemari terkubur di kamar tidur
apakah baju juga masih di situ
kancing-kancing copot
resluiting terbuka
apakah surabaya akan tetap surabaya
apakah tikungan jalan itu masih bergardu
apakah kau masih ingat tas-tas kulit itu
bus-bus berhenti
becak menunggu
apakah segelas kopi panas masih bisa dipesan
pak de itu haus
ular juga sudah lapar
apakah monyet dan beruang
masih aman di kebun binatang

pohon-pohon mati
rumput sudah lama terlupakan
tikus sudah tak sempat bertanya-tanya
pukul berapa sekarang
hari senin
bulan maret atau masih juli
tahun berapakah dulu
apakah kalender masih terpasang di sana
kapankah bulan ramadan tiba
apakah lebaran juga masih harus lebaran
kue-kue
baju baru
ketupat
apakah ayam masih mau dipotong
apakah opor masih terasa opor
mbah masmundari
apakah lampion masih bisa dipasang
lalu angin menggoyangnya pelan-pelan
apakah kau masih kesepian
apakah sekeranjang petasan masih perlu diledakkan
di ruang tamu

apakah telinga masih berupa telinga
apakah hidung tetap berbentuk hidung

mesjid
gereja
apakah pura masih berupa pura
adakah kelenteng di sana
apakah doa masih bisa terucap
semua terduduk

apakah lumpur masih berupa lumpur
apakah rumah masih punya halaman
apakah pohon masih tampak ranting keringnya
itu puncak menara mesjid
apakah antena televisi masih bisa bertahan
angin
panas matahari
apakah hujan masih akan jatuh di sana
apakah haus masih terasa haus
apakah akan ada hujan es
atau hujan air mata
apakah kau masih ingat semuanya
siapakah yang menyimpan pedih itu

uap putih
selembar tangan melambai
lalu melayang dan hilang

angin dingin
sesendok bubur hangat
di manakah ketan dengan parutan kelapa

satu per satu langit jatuh
meleleh
lalu hanyut di kali porong

Cimanggis, Oktober 2009

Sumber: Kompas (Minggu, 8 November 2009)

Analisis Puisi:

Puisi "Apakah Lumpur Masih Seperti Lumpur" karya F. Rahardi adalah sebuah karya yang memperlihatkan gambaran kehancuran dan kekacauan akibat bencana alam, khususnya banjir lumpur yang sering terjadi di daerah tertentu. Melalui serangkaian pertanyaan retoris yang kuat, penyair mengeksplorasi tema kehilangan, keputusasaan, dan kerinduan akan kehidupan yang dulu ada.

Gambaran Kehancuran dan Kekacauan: Penyair memulai puisi dengan gambaran yang jelas tentang kehancuran yang diakibatkan oleh banjir lumpur. Dia menyinggung tentang kondisi alam dan manusia yang terdampak oleh bencana tersebut, seperti pohon-pohon mati, rumput terlupakan, dan tikus-tikus yang tak sempat bertanya-tanya. Ini menciptakan suasana kekacauan dan kehilangan yang mendalam.

Pertanyaan Retoris: Puisi ini penuh dengan pertanyaan retoris yang menyentuh, menggambarkan ketidakpastian dan keputusasaan yang dirasakan oleh penyair dan masyarakat yang terkena dampak bencana. Pertanyaan-pertanyaan ini menyoroti kerinduan akan kehidupan yang normal dan kehilangan akan segala sesuatu yang dahulu ada.

Simbolisme: Lumpur dalam puisi ini dapat dimaknai sebagai metafora dari kehancuran dan ketidakpastian dalam kehidupan manusia. Lumpur juga dapat melambangkan kesempitan, kegelapan, dan keputusasaan yang melanda masyarakat yang terkena dampak bencana alam.

Emosi dan Kesadaran: Penyair berhasil menyampaikan emosi yang kuat melalui kata-kata yang dipilihnya. Puisi ini menggambarkan perasaan ketidakpastian, keputusasaan, dan kesedihan yang dirasakan oleh penyair dan masyarakat yang terkena dampak bencana alam. Melalui puisi ini, penyair juga menunjukkan kesadaran akan kerentanan manusia terhadap kekuatan alam yang dahsyat.

Harapan dan Kehancuran: Meskipun puisi ini dipenuhi dengan gambaran kehancuran dan keputusasaan, ada juga sentuhan harapan yang samar. Pertanyaan-pertanyaan terakhir tentang hujan es, kelenteng, doa, dan ketan dengan parutan kelapa mungkin mencerminkan harapan akan pemulihan dan kebangkitan dari kehancuran yang dialami.

Secara keseluruhan, puisi "Apakah Lumpur Masih Seperti Lumpur" adalah sebuah puisi yang memperlihatkan kekacauan dan kehilangan akibat bencana alam, sambil mengeksplorasi tema-tema keputusasaan, ketidakpastian, dan harapan. Dengan menggunakan gambaran yang kuat dan pertanyaan-pertanyaan yang menggugah, puisi ini berhasil menggambarkan kompleksitas emosi dan pikiran yang terkait dengan pengalaman bencana alam.

F. Rahardi
Puisi: Apakah Lumpur Masih Seperti Lumpur
Karya: F. Rahardi

Biodata F. Rahardi:
  • F. Rahardi (Floribertus Rahardi) lahir pada tanggal 10 Juni 1950 di Ambarawa, Jawa Tengah.
© Sepenuhnya. All rights reserved.