Puisi: Isyarat (Karya Tjahjono Widarmanto)

Puisi "Isyarat" karya Tjahjono Widarmanto adalah serangkaian pertanyaan yang mengundang pembaca untuk merenung tentang makna, identitas, dan ....
Isyarat (1)


bau kemboja singgah di pelataran rumah
siapa berkirim isyarat fana itu?


Isyarat (2)


uban itu seperti ilalang tumbuh di sela padi
siapa yang menggores warna itu menjadikan langit lingsir?


Isyarat (3)


malam begitu cepat menyergap
pagi abai pada matahari
siapa yang melipat waktu hingga segala lonceng usai?


Isyarat (4)


kalau tak mampu membaca tubuh sendiri
lantas, siapa yang harus membaca tubuh kami?


Isyarat (5)


tangis berdentang-dentang sejak subuh 
rintih siapa yang membentur-bentur dinding langit?


Isyarat (6)


huruf-huruf berloncatan tanggal dari bait-bait puisi
siapa yang masih sanggup menggores dawat saat tinta tinggal sisa?


Isyarat (7)


Jiwa siapa yang ditolak rindu?


2017

Sumber: Perbincangan Terakhir dengan Tuan Guru (2018)

Analisis Puisi:
Puisi "Isyarat" karya Tjahjono Widarmanto adalah serangkaian pertanyaan yang mengundang pembaca untuk merenung tentang makna, identitas, dan pengaruh waktu dalam kehidupan manusia. Dalam puisi ini, penyair menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang beragam dan imaji-imaji yang kuat untuk menggambarkan perenungan mengenai eksistensi dan pengertian.

Isyarat (1): 
  • Bau Kemboja: Puisi dimulai dengan gambaran bau kemboja yang singgah di pelataran rumah, menciptakan gambaran visual dan sensorial yang kuat.
  • Isyarat Fana: Pertanyaan "siapa berkirim isyarat fana itu?" mengundang pembaca untuk merenung tentang makna dibalik isyarat yang mungkin hanya sementara atau terbatas.
Isyarat (2):
  • Ubah dan Ilalang: Puisi ini menggunakan gambaran uban yang seperti ilalang tumbuh di sela padi untuk menggambarkan perubahan yang terjadi seiring waktu.
  • Warna dan Langit: Pertanyaan "siapa yang menggores warna itu menjadikan langit lingsir?" mengundang pembaca untuk mempertimbangkan siapa yang bertanggung jawab atas perubahan dan nuansa dalam kehidupan.

Isyarat (3): 
  • Pagi dan Malam: Puisi ini menciptakan gambaran cepatnya perubahan waktu dari malam ke pagi, menggambarkan ketidakpastian dan kecepatan perubahan dalam kehidupan.
  • Waktu dan Lonceng: Pertanyaan "siapa yang melipat waktu hingga segala lonceng usai?" merenungkan tentang bagaimana waktu diatur dan pengaruhnya terhadap berbagai aspek kehidupan.

Isyarat (4): 
  • Membaca Tubuh: Puisi ini mengajukan pertanyaan tentang kemampuan membaca tubuh sendiri dan siapa yang bertanggung jawab untuk memahami diri sendiri.
Isyarat (5): 
  • Tangis dan Rintih: Puisi ini menggunakan gambaran tangis yang berdentang-dentang dan rintih yang membentur dinding langit untuk menggambarkan emosi yang kuat dan intensitas perasaan.
  • Membentur Langit: Pertanyaan "rintih siapa yang membentur-bentur dinding langit?" mengundang pembaca untuk merenung tentang sumber dan makna ekspresi emosi manusia.

Isyarat (6): 
  • Huruf-Huruf dan Dawat: Puisi ini menggambarkan huruf-huruf yang berloncatan tanggal dari bait-bait puisi, menciptakan citra pergerakan dan perubahan dalam kata-kata.
  • Sisa Tinta: Pertanyaan "siapa yang masih sanggup menggores dawat saat tinta tinggal sisa?" mengajukan pertanyaan tentang kreativitas dan inspirasi yang masih ada dalam situasi terbatas.

Isyarat (7): 
  • Jiwa dan Rindu: Puisi ini mengakhiri dengan pertanyaan yang merenungkan tentang jiwa yang merasakan rindu, mengajukan pertanyaan tentang keinginan dan emosi manusia.
Gaya Bahasa:
Penyair menggunakan gaya bahasa yang singkat dan puitis dalam puisi ini. Pertanyaan-pertanyaan yang diulang menciptakan ritme dan struktur yang kuat, dan imaji-imaji yang kuat menciptakan atmosfer emosional yang mendalam.

Pesan Filosofis: Puisi ini mengundang pembaca untuk merenung tentang makna dan perubahan dalam kehidupan, serta tentang perasaan, waktu, dan identitas manusia. Setiap bagian puisi mengeksplorasi pertanyaan filosofis yang mengajak pembaca untuk merenung tentang eksistensi dan pengaruh yang melingkupi kita.

Secara keseluruhan, puisi "Isyarat" karya Tjahjono Widarmanto adalah serangkaian pertanyaan dan imaji yang merangsang pemikiran pembaca tentang perubahan, emosi, dan perjalanan hidup manusia. Dengan pertanyaan-pertanyaan yang mendalam dan bahasa yang puitis, puisi ini mengundang pembaca untuk merenung tentang arti dan makna di balik setiap peristiwa dan pengalaman dalam hidup.

Tjahjono Widarmanto
Puisi: Isyarat
Karya: Tjahjono Widarmanto

Biodata Tjahjono Widarmanto:
  • Tjahjono Widarmanto lahir pada tanggal 18 April 1969 di Ngawi, Jawa Timur, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.