Puisi: Jakarta Hujan (Karya F. Rahardi)

Puisi "Jakarta Hujan" karya F. Rahardi adalah sebuah penggambaran yang kuat tentang suasana hujan di tengah kota Jakarta. Dengan bahasa yang padat ...
Jakarta Hujan
Jam 00.00


Dinginku dan dinginmu dan
menggigilnya angsana dan mahoni
sedangkan taman-taman menetes
dan mengalir ke mana burungku
dan burungmu yang pagi-pagi berkicau

sekarang cuma bangku beton
rumput-rumput berkilau jarum
ribuan jarum runcing dan
emas di bawah lampu sangat tinggi
di atas sana apakah Tuhan
juga basah sebab kodok-kodok
di manakah kodok harus berenang
dan bertelur sebab solar dan oli
plastik-plastik dan tutup botol banyak
juga kaleng-kaleng minuman semuanya
deras sampai kapan ngantuk menjadi tidur menjadi
mimpi dan hangat hingga nyamuk-nyamuk
datang hingga payung dan jas hujan
atau halte bis yang sempit tidak perlu
lagi cuma selimut atau teh hangat
boleh juga singkong dan tahu goreng tapi katamu
kau sangat rindu kuah bakso
jam taman menunjukkan 00.00
dan hujan masih.


Sumber: Pidato Akhir Tahun Seorang Germo (1997)

Analisis Puisi:
Puisi "Jakarta Hujan" karya F. Rahardi adalah sebuah penggambaran yang kuat tentang suasana hujan di tengah kota Jakarta. Dengan bahasa yang padat dan gambaran yang kuat, puisi ini menghadirkan citra-citra yang menciptakan perasaan sejuk, kesepian, dan refleksi tentang kehidupan urban modern. Puisi ini menggambarkan bagaimana hujan dapat membawa perubahan dalam kota besar, serta merangsang pertanyaan tentang alam, lingkungan, dan manusia.

Citra Hujan dan Dingin: Puisi ini terbentuk dari serangkaian citra yang menggambarkan suasana hujan yang dingin dan menyegarkan. "Dinginku dan dinginmu" mengacu pada perasaan penulis dan kehadiran orang lain dalam suasana yang sama. Citra "menggigilnya angsana dan mahoni" menggambarkan pohon-pohon yang merasakan dampak hujan. Hujan ini juga menciptakan gambaran air yang mengalir dan taman-taman yang basah.

Kontras dan Perubahan: Puisi ini menciptakan kontras antara gambaran alam yang terpengaruh oleh hujan dan gambaran urban yang keras dan kaku. Bangku beton, rumput-rumput, dan jarum-jarum runcing menciptakan citra kota yang modern dan tidak berperasaan. Hal ini menggambarkan perubahan dramatis dari suasana alam yang lebih organik menjadi lingkungan perkotaan yang keras.

Pertanyaan Filosofis: Beberapa baris dalam puisi ini memunculkan pertanyaan filosofis yang lebih dalam. "Di atas sana apakah Tuhan juga basah" merangsang pertanyaan tentang kehadiran Tuhan dalam alam dan bagaimana Tuhan berinteraksi dengan penciptaan-Nya, bahkan dalam cuaca buruk. Pertanyaan ini juga mengarahkan perhatian pada ekosistem dan makhluk hidup yang hidup di bawah hujan.

Gambaran Urban: Puisi ini menyoroti gambaran urban Jakarta dengan referensi terhadap sampah-sampah plastik, kaleng minuman, dan berbagai tanda-tanda modernitas. Ini menciptakan gambaran mengenai urbanisasi yang seringkali tidak mempertimbangkan dampak lingkungan.

Puisi "Jakarta Hujan" oleh F. Rahardi adalah puisi yang menciptakan gambaran kuat tentang pertemuan antara hujan dan kehidupan di kota besar. Puisi ini menghadirkan suasana yang dingin dan menciptakan ruang untuk refleksi tentang hubungan antara manusia, lingkungan, dan alam. Dengan bahasa yang sederhana namun efektif, puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang kompleksitas dan dinamika kehidupan urban.

F. Rahardi
Puisi: Jakarta Hujan
Karya: F. Rahardi

Biodata F. Rahardi:
  • F. Rahardi (Floribertus Rahardi) lahir pada tanggal 10 Juni 1950 di Ambarawa, Jawa Tengah.
© Sepenuhnya. All rights reserved.