Puisi: Pidato Akhir Tahun Seorang Germo (Karya F. Rahardi)

Puisi: Pidato Akhir Tahun Seorang Germo Karya: F. Rahardi
Pidato Akhir Tahun Seorang Germo


“Para pelanggan yang kami muliaken
Bapak Ketua RT yang kami hormati
Bapak Dokter Puskesmas yang kami cintai
Saudara Komandan Hansip
Saudara-saudari para Lonte dan
para hadirin semua yang
tak dapat saya sebutkan namanya
satu per satu”.

“Hari ini adalah hari terakhir
tahun 1991
Nanti malem kita semua musti
mencopot kalender lama
dan menggantinya dengan yang baru
bergambar bintang film bugil”

(Hadirin bertepuk tangan
ruang bar jadi gerah
Musik dangdut keringatan
Parfum murahan
membuat hidung mampet
dan kepala jadi pilu)

“Saudara-saudari sekalian
Tahun 1991 telah berada di belakang pantat kita
dan kita kentuti beramai-ramai
Apakah Saudara-saudara semua
masih sanggup kentut?”

(Hadirin serentak menjawab: Sanggup!
lalu terdengar bunyi
brot- brot, brot, bersaut-sautan
dan bau kentut
campur bau parfum campur keringat
makin membuat hidung mampet
dan kepala jadi pilu)

“Saudara-saudari semua
Tampaknya tahun ini
Tuhan masih berkenan memberiken ijin
bagi eksistensi lokalisasi ini
dipandang dari segi politik
ijin langsung dari Tuhan ini
sangat besar dampaknya.
Namun Anda semua harus selalu inget
harus selalu eling
dan waspada
bahwasanya Anda-anda itu adalah lonte
dan lonte itu profesi
bukan politik”.

“Jadi dalam memberiken servis
Anda semua tidak boleh melihat pelanggan
dengan kacamata politik
Jangan memperhatikan tanda gambar
di jidat pelanggan
Jadi jangan sampai kalau jidatnya segi lima
lalu dikeloni seharian dan gratisan
kalau jidatnya segi empat dicuekin
kalau jidatnya segitiga ditolak
itu semua sudah berpolitik
Saudara-saudara
Lonte memang kotor
Konon lonte adalah
agen sipilis, bandar G.O
bahkan juga calo AIDS
Tapi politik jauh lebih kotor lagi
jadi Saudara-saudara harus
senantiasa eling
pada Tuhan Yang Maha Esa”

(Hadirin diam
ditunggu lama tak ada yang tepuk tangan
tak ada sorak-sorai
dari pojok ruangan terdengar celetukan
“Khotbah ni ye”)

“Para hadirin sekalian
dan para pemirsa di rumah
tahun 1991 ini uang semangkin mahal
dompet semangkin ketat dikepit di ketiak
dan Anda-anda sekalian
sebagai penghuni resmi lokalisasi ini
semangkin susah mengejar nafkah
semangkin sulit menggaet target
lebih-lebih untuk memikirken masa depan
agar dapat pensiun
menikmati hari tua sambil menggendong cucu
itu lebih sulit lagi
sebab kalian memang bukan anggota KORPRI
Kalian memang tidak terdaftar di buku KOWANI
dan ibu kita Kartini
memang tidak pernah bercita-cita
agar putri-putrinya
pada menjadi lonte”.

“Saudara-saudari sekalian
Anda semua pasti inget
kalau ibu-ibu ngundang anaknya
pasti bilangnya
Nduk, kalau sudah besar nanti
jadi dokter ya,
jadi guru TK
jadi bintang film
biar murah rejeki dan enteng jodo”.

“Saudara-saudari sekalian
Ekonomi memang mirip bikini
Semangkin hari semangkin ketat
Sampah plastik jadi rebutan
kaleng bekas dibisnisken
bahkan tahi kampret jadi komoditas non migas
tapi Anda semua adalah sampahnya  masyarakat
yang sulit didaurulang”.

(Hadirin makin diam
musik dangdut makin pelan
asap rokok jadi biru agak abu-abu
seperti kabut di Punak Pas
hidung tetap mampet
kepala bertambah pilu
dan dari tengah hadirin
seorang lonte berdiri lalu ngeloyor ke WC
sambil ngedumel
“Mending masih ada yang mau jadi sampah Be”
pidato diteruskan)

“Saudara-saudari
sebangsa dan seprofesi
tahun 1991 sebentar lagi akan ditutup
lalu disimpan di bawah bantal
untuk kenang-kenangan”.

“Saudara-saudari sekalian
tahun ini para budayawan kita
telah berkonggres dan merumusken
bahwa pelacuran adalah bagian tak terpisahken
dari kebudayaan umat manusia
Ini penting Saudara-saudara
sebab tiba-tiba
aku lalu inget pada
Maria Magdalena
yang profesinya konon sama
dengan Anda semua
tapi ia dapat masuk surga
bahkan namanya sempat dicatet
di buku Injil”.

“Saudara-saudari sekalian
kebudayaan adalah kopi tubruk
yang bikin mata ngantuk jadi melek
dan kalian kembali punya nyali
hingga tidak hanya dapat memeluk
pelukis kampung
mendapat gopek dari penyair bokek
tapi sekali-sekali juga
dapat langganan dosen Antropologi
bahkan siapa tahu dapat kedatangan
Sutradara Sinetron kenamaan
atau Menteri Kebudayaan
Ini bukan sesuatu yang mustahil
Asalkan Anda semua mau berusaha”

“Saudara-saudari sekalian
Tahun ini benar-benar tahun penuh kenangan
Tahun penuh lagu-lagu Nostalgia”

(Ruang sempit itu mandi keringat
mandi kentut dan parfum murahan
mabuk musik dangdut
sebagian besar hadirin ketiduran
tak ada yang nyeletuk
tak ada tepuk tangan)

“Para pelanggan yang kami muliaken
Bapak Ketua RT, Bapak Dokter Puskesmas,
Saudara Komandan Hansip dan
para penghuni lokalisasi
Tahun 1992 sudah mendekat ke selangkangan
dan tidak akan dapat lari lagi
sebentar lagi dia siap untuk diservis
dengan dua band
dengan body massage atau dengan Hotdog Style

Saudara-saudari sekalian
Akhirulkalam
Pidato ini saya sudahi
dengan ucapan
selamat Tahun Baru
dan selamat menyervis para tamu”.

(Hadirin terbangun, bertepuk tangan keras
menggeliat, menguap dan bubar).


28 Desember 1991 s/d 3 Januari 1992


Floribertus Rahardi
Puisi: Pidato Akhir Tahun Seorang Germo
Karya: F. Rahardi

Biodata F. Rahardi:
  • F. Rahardi (Floribertus Rahardi) lahir pada tanggal 10 Juni 1950 di Ambarawa, Jawa Tengah.
© Sepenuhnya. All rights reserved.