Puisi: Tanah Bali (Karya Oka Rusmini)

Puisi "Tanah Bali" menggugah kesadaran tentang pentingnya menjaga warisan budaya dan lingkungan hidup, serta menggambarkan kompleksitas perjuangan ...
Tanah Bali (1)

mungkin tanah Bali tak punya peta leluhur di matamu
atau hidup tak pernah mengajari keindahan
daun-daun yang sering dipetik para leluhur di pinggir kali Badung
tak pernah mendongengkan silsilah padamu

aku ingat
ketika kanak-kanak air kali itu bercerita banyak padaku
dan leluhur duduk dekat kali
menjulurkan kaki, kain mereka dibiarkan basah
air kali memandikannya dengan riang

aku sering berlari dengan sepeda roda tiga
mengitari kali
pohon kelapa mengajari dongeng sebuah Pura
katanya, aku harus tahu silsilah tanah
beratus tumbal telah diciptakan para pemilik tanah

Baliku harum
darah para penari telah jadi api
membakar kesuburan bunga-bunga tanahku

anak-anak tetap bermain
dekat tepi kali seorang perempuan menunggu cucunya
ikan-ikan kecil, bau tanah basah
memberi kemudaan bagi nafasnya

Tanah Bali (2)

pahamkah kau arti jadi tanah?
pertanyaan ini mungkin tak pernah kaukenal
langit yang melindungimu dari busur matahari
membuatmu lupa pada darah leluhur yang sering menyiram bentukmu

suara delman yang membangunkan perempuan-perempuan pasar
terbungkus jadi dongeng
jauh di seberang, langit mulai kaumusuhi
tak ada karang dan buih bisa dipahat jadi peradaban

pribumi tololkah yang menempati sepetak tanah?
keterasingan membungkus setiap bumi yang dipijak
kita mungkin masih punya Pura
yang kaulirik juga jadi tempat permainan
ke mana para leluhur penari Sang Hyang mementaskan keakuannya?

tak ada upacara memikat leluhur pulang
air di tepi kali Badung tak ingin disentuh
perempuan tua yang sering mengantar cucunya
kehilangan kali
berapa silsilah tanah kaupahami?
siapa yang kaupercaya menanggung kesalahan ini?

kalau kau punya pohon
atau tanah yang tak memilki keharuman bunga padi
pada siapa kau akan bercerita tentang kebesaranmu?

orang-orang tanpa mata, hati dan kepala
hanya berani meminang keindahan tanahmu
kau menari di atas tubuhnya
katakan padaku, tarian apa yang kaupahami?

Tanah Bali (3)

selagi para perempuan menitipkan doa lewat bunga-bunga
Pura-Pura menggigil
muntahannya membasahi patung-patung
tangan-tangan asing ikut memberi pahatan

Pura-Puraku
telah bercerita pada hujan
yang tak akan melahirkan benihnya
beratus tarian yang hanya dipahami para dewa luntur
patahannya membunuh bunga-bunga padi

upacara tak lagi memiliki suara sendiri
para perempuan yang sering dibangunkan suara delman
tak lagi tahu keindahan tubuh padi

asap membungkus setiap tanah yang kupijak
kulihat darah mengalir deras
kulihat luka batu karang di lautan
kulihat langit pecah
bahkan tak bisa kubedakan warnanya

orang-orang dari pesisir menyeberang
menanam beratus bangkai baru
pribumikah yang menangis di sudut-sudut kota
tak lagi bisa merangkai upacara dengan bau tanah miliknya

bahkan untuk mencium tanah
para pemilik peta, pemilik kali Badung, pemilik laut
bahkan para dewa harus membayar bau tanah miliknya

Tanah Bali (4)

mana tanahku yang sempat mengotori kaki kecilku
mana upacara kelahiranku
lengkap dengan beragam bunga dan daun hutan
yang membasuhku jadi pemilik tanah ini
mana para leluhur
yang sering mendongengkan silsilah kebesaran manusia
mana para penari
yang khusuk meminjam malam mempelajari taksu dewa tari

sejarah tak lagi memiliki kebesaran
karena tanah tak lagi kaukenali

selagi daun-daun mempersiapkan kematian
berapa petak tanah kausisakan untuk penguburan ini?

1994

Sumber: Warna Kita (2007)

Analisis Puisi:

Puisi "Tanah Bali" karya Oka Rusmini menggambarkan kompleksitas hubungan manusia dengan tanah, warisan budaya, dan pertanyaan identitas.

Hubungan Emosional dengan Tanah: Puisi ini menggambarkan hubungan emosional yang dalam antara manusia dan tanah Bali. Tanah tidak hanya dianggap sebagai tempat fisik, tetapi juga sebagai bagian dari identitas, sejarah, dan spiritualitas.

Kritik terhadap Modernisasi dan Kehilangan Nilai Tradisional: Penyair menyampaikan keprihatinan terhadap modernisasi yang mengakibatkan kehilangan nilai-nilai tradisional dan budaya. Modernisasi mengubah hubungan manusia dengan tanah, memisahkan mereka dari akar budaya dan kearifan lokal.

Penyebutan Simbol-Simbol Budaya: Puisi ini menggunakan simbol-simbol budaya Bali, seperti Pura dan tarian, untuk menyoroti kehilangan dan penghinaan terhadap nilai-nilai budaya tradisional. Penyair mengekspresikan rasa sakit dan kehilangan atas penurunan harga diri budaya Bali.

Kritik terhadap Penghancuran Lingkungan dan Budaya: Penyair mengecam penghancuran lingkungan dan budaya yang diakibatkan oleh modernisasi tanpa batas. Penghancuran lingkungan hidup, upacara tradisional, dan penggusuran tanah-tanah bersejarah menjadi simbol dari kerusakan budaya dan alam.

Pertanyaan Identitas dan Kehilangan: Puisi ini mencerminkan rasa kehilangan dan kebingungan identitas yang dialami oleh masyarakat Bali yang terpisah dari akar budaya mereka. Mereka merasa terasing dan tidak lagi mengenali tanah mereka sendiri.

Penolakan terhadap Kehilangan Budaya: Penyair mengekspresikan penolakan terhadap kehilangan budaya dan nilai-nilai tradisional. Dia mempertanyakan apakah kebesaran dan kearifan nenek moyang masih dapat ditemukan di Bali yang modern saat ini.

Perlawanan terhadap Penghancuran Lingkungan: Puisi ini juga mencerminkan perlawanan terhadap penghancuran lingkungan dan kekerasan terhadap budaya. Penyair mengajak untuk mempertahankan nilai-nilai budaya dan lingkungan hidup yang telah menjadi bagian penting dari identitas Bali.

Secara keseluruhan, puisi "Tanah Bali" adalah sebuah puisi yang menyentuh dan menggugah kesadaran tentang pentingnya menjaga warisan budaya dan lingkungan hidup, serta menggambarkan kompleksitas perjuangan identitas dalam era modernisasi yang cepat.

Oka Rusmini
Puisi: Tanah Bali
Karya: Oka Rusmini

Biodata Oka Rusmini:
  • Oka Rusmini lahir di Jakarta pada tanggal 11 Juli 1967.
© Sepenuhnya. All rights reserved.