Puisi: Air Mata Ibu (Karya Nanang Suryadi)

Puisi "Air Mata Ibu" menggambarkan kompleksitas hubungan antara ibu dan anak, serta perjuangan dan kekuatan yang melekat dalam ikatan tersebut.
Air Mata Ibu

butiran bening yang menggelincir lewat pipi keriput dipahat angin dan waktu.
menjelmalah negeri-negeri yang penuh kenangan. menyanyikan tanah leluhur yang
tergusur.

kupeluk ibu. mereguk kasih sayang yang terus mengalir. dari mata air tak pernah
kering. menyirami ladang-ladang kerontang dalam dada.

dimanakah suara orang mengaji itu ibu? ketika malam berangkat subuh, ketika
tertidur aku di pangkuanmu.

siakah engkau ibu? melukisi matahari dengan jemari. memahati batu dengan
airmata. dalam dada anak-anakmu sepanjang waktu.

dan airmata itu melumuri mukaku. datang dari negeri jauh. tanah yang
ditinggalkan; sejak adam terusir dari surga

Malang, 1995

Analisis Puisi:
Puisi "Air Mata Ibu" karya Nanang Suryadi adalah sebuah refleksi yang dalam tentang kasih sayang, kehilangan, dan keberanian ibu dalam menghadapi perjalanan kehidupan.

Simbolisme Air Mata: Air mata ibu dalam puisi ini melambangkan berbagai hal. Pertama-tama, mereka adalah simbol kasih sayang yang tak terbatas dan abadi yang ibu curahkan kepada anak-anaknya. Air mata juga merupakan simbol keberanian, ketabahan, dan pengorbanan yang diperlukan ibu dalam menghadapi cobaan dan kesulitan.

Kenangan dan Kepergian: Puisi ini merujuk pada negeri-negeri yang penuh kenangan dan tanah leluhur yang tergusur, menggambarkan kerinduan akan masa lalu dan kehilangan akan tempat yang pernah ada. Ada kesedihan yang dalam dalam kepergian dan perubahan yang melanda, yang tercermin dalam air mata ibu.

Kehadiran dan Kekuatan Ibu: Meskipun menghadapi tantangan dan kehilangan, ibu tetap menjadi sumber kekuatan dan keberanian bagi anak-anaknya. Ia menghadapi kesulitan dengan ketabahan dan mengorbankan dirinya demi kebahagiaan anak-anaknya.

Ketidakpastian dan Pencarian Identitas: Pertanyaan-pertanyaan dalam puisi, seperti "dimanakah suara orang mengaji itu ibu?" dan "siakah engkau ibu?", mencerminkan ketidakpastian dan pencarian akan identitas serta makna kehidupan. Ini menciptakan lapisan emosional yang kompleks dalam karya ini.

Penerimaan dan Kehilangan: Puisi ini juga mengeksplorasi tema penerimaan dan kehilangan. Air mata ibu mungkin datang dari tanah yang ditinggalkan, yang mengisyaratkan akan kehilangan dan perpisahan yang tak terelakkan dalam kehidupan.

Puisi "Air Mata Ibu" adalah sebuah penghormatan kepada kasih sayang, keberanian, dan pengorbanan seorang ibu. Puisi ini menggambarkan kompleksitas hubungan antara ibu dan anak, serta perjuangan dan kekuatan yang melekat dalam ikatan tersebut. Dengan simbolisme yang kuat dan bahasa yang indah, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang arti kasih sayang dan kehilangan dalam kehidupan manusia.

Puisi
Puisi: Air Mata Ibu
Karya: Nanang Suryadi
© Sepenuhnya. All rights reserved.