Puisi: Ibu Pertiwi Pun Menangis (Karya Nanang Suryadi)

Puisi "Ibu Pertiwi Pun Menangis" karya Nanang Suryadi menggambarkan keadaan sehari-hari yang sulit di mana harga-harga semakin meningkat, dan ....
Ibu Pertiwi Pun Menangis


duka juga kiranya, yang diterbangkan angin padaku, sebagai kabar
dari sebuah negeri terluka, kanak-kanak berhenti sekolah karena
perut tak bisa dibiarkan lapar,

"harga-harga semakin mahal saja," kata ibu sambil membagi tiwul ke piring kami

"mengapa petaka juga yang menimpa, rumah kami", kata ahong menyeka kedua matanya

siapa yang tak menangis, wanita yang diperkosa di tengah huru-hara?
siapa yang tak berduka, kanak ditembak seenaknya saja?

kemarahan!
kemarahan!
ke mana kan dilampiaskan?


Analisis Puisi:
Puisi "Ibu Pertiwi Pun Menangis" karya Nanang Suryadi adalah sebuah karya sastra yang penuh dengan pesan sosial dan kritik terhadap ketidakadilan, penderitaan manusia, dan dampak dari konflik bersenjata.

Duka dan Penderitaan dalam Konteks Konflik: Puisi ini memulai dengan menyampaikan perasaan duka yang diterbangkan oleh angin sebagai kabar dari sebuah negeri yang terluka. Konflik bersenjata, kelaparan, dan ketidakmampuan anak-anak untuk bersekolah menggambarkan dampak negatif dari konflik tersebut. Ini menunjukkan bahwa ketidakadilan sosial dan politik bisa berdampak besar pada kehidupan sehari-hari rakyat.

Kehidupan Sehari-hari yang Sulit: Penyair menggambarkan keadaan sehari-hari yang sulit di mana harga-harga semakin meningkat, dan keluarga harus berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka. Pemberian tiwul sebagai makanan sederhana mencerminkan keterbatasan ekonomi dan upaya ibu untuk menyediakan makanan bagi keluarganya.

Dampak Psikologis dan Emosional: Puisi ini menyoroti dampak psikologis dan emosional dari konflik. Ahong, salah satu karakter dalam puisi ini, disebutkan menyeka kedua matanya. Ini mencerminkan ketidakberdayaan dan ketidakadilan yang dialami oleh anak-anak dan dampak emosional yang mereka alami akibat situasi konflik yang sulit.

Pertanyaan tentang Kemarahan: Puisi ini mengakhiri dengan pertanyaan yang kuat tentang kemarahan. "Kemarahan! Kemarahan! Ke mana kan dilampiaskan?" merupakan pertanyaan yang mengajak pembaca untuk merenungkan bagaimana merespons ketidakadilan dan penderitaan yang terjadi di dalam puisi. Ini mungkin merujuk pada tindakan yang perlu diambil untuk memperbaiki kondisi dan melawan ketidakadilan.

Puisi "Ibu Pertiwi Pun Menangis" karya Nanang Suryadi adalah sebuah karya sastra yang penuh dengan pesan sosial dan kritik terhadap ketidakadilan, konflik, dan dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari rakyat. Puisi ini mengingatkan pembaca akan penderitaan manusia dan menantang mereka untuk meresponsnya dengan tindakan yang positif untuk mengatasi ketidakadilan tersebut.

Puisi Ibu Pertiwi Pun Menangis
Puisi: Ibu Pertiwi Pun Menangis
Karya: Nanang Suryadi
© Sepenuhnya. All rights reserved.