Puisi: Kwatrin buat KLR (Karya Gunoto Saparie)

Puisi "Kwatrin buat KLR" karya Gunoto Saparie menciptakan atmosfer misterius dan melibatkan pertanyaan-pertanyaan eksistensial.
Kwatrin buat KLR


mengurai tabir kegelapan malam pun tiba
ada suara cicit kelelawar di pepohonan tua
di beranda bayanganmukah mengabut jua?
risik angin, o, penyair ngungun senantiasa


Analisis Puisi:
Puisi "Kwatrin buat KLR" karya Gunoto Saparie adalah karya sastra yang menciptakan atmosfer misterius dan melibatkan pertanyaan-pertanyaan eksistensial.

Judul: Judul puisi ini, "Kwatrin buat KLR," menunjukkan bahwa puisi ini mungkin ditulis untuk atau tentang seseorang dengan inisial "KLR." Namun, judul tersebut tidak memberikan petunjuk langsung tentang isi puisi.

Pembukaan Misterius: Puisi ini dimulai dengan penguraian tabir kegelapan malam yang menciptakan suasana misterius. Suara cicit kelelawar menambahkan elemen misteri dan ketidakpastian.

Pertanyaan Eksistensial: Puisi ini menghadirkan serangkaian pertanyaan eksistensial yang mengajak pembaca untuk merenung. Pertanyaan apakah ada bayangan di beranda dan apakah risik angin terdengar seperti senandung penyair menciptakan rasa penasaran.

Atmosfer Malam: Puisi ini berhasil menciptakan atmosfer malam yang gelap dan misterius dengan penggunaan gambaran seperti kegelapan dan suara kelelawar. Ini menciptakan latar belakang yang kuat untuk pemikiran dan pertanyaan yang diajukan dalam puisi.

Penyair yang Merenung: Penyair dalam puisi ini, yang mungkin diwakili oleh kata "o, penyair," digambarkan sedang dalam keadaan renungan yang mendalam. Suara angin dan suara kelelawar mungkin menjadi sumber inspirasi atau refleksi bagi penyair.

Tema Ketidakpastian: Puisi ini mengeksplorasi tema ketidakpastian dalam kehidupan dan eksistensi manusia. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan tidak memiliki jawaban yang pasti, menciptakan perasaan ketidakpastian.

Gaya Bahasa: Puisi ini menggunakan gaya bahasa yang kaya dalam menciptakan gambaran dan atmosfer. Penggunaan kata-kata seperti "tabir kegelapan malam," "bayangan," dan "risik angin" memberikan dimensi visual dan sensorial pada puisi.

Puisi "Kwatrin buat KLR" adalah sebuah karya sastra yang misterius dan mendalam. Dengan menggunakan gambaran malam dan pertanyaan eksistensial, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang ketidakpastian dalam kehidupan dan eksistensi manusia. Suara kelelawar dan angin menciptakan latar belakang yang kuat untuk pertimbangan penyair.

Foto Gunoto Saparie 2019
Puisi: Kwatrin buat KLR
Karya: Gunoto Saparie

GUNOTO SAPARIE. Lahir di Kendal, Jawa Tengah, 22 Desember 1955. Pendidikan formal Sekolah Dasar Kadilangu Cepiring Kendal, Sekolah Menengah Pertama Cepiring Kendal, Sekolah Menengah Ekonomi Atas Kendal, dan Akademi Uang dan Bank Yogyakarta dan Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Semarang. Pendidikan informal Madrasah Ibtidaiyyah Islamiyyah Tlahab Gemuh Kendal dan Pondok Pesantren KH Abdul Hamid Tlahab Gemuh Kendal.

Kumpulan puisi tunggalnya yang telah terbit adalah Melancholia (Damad, Semarang, 1979), Solitaire (Indragiri, Semarang, 1981),  Malam Pertama (Mimbar, Semarang, 1996),  Penyair Kamar (Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah, Semarang, 2018), dan Mendung, Kabut, dan Lain-lain (Cerah Budaya, Jakarta, 2019).

Kumpulan esai tunggalnya Islam dalam Kesusastraan Indonesia (Yayasan Arus, Jakarta, 1986). Kumpulan cerita rakyatnya Ki Ageng Pandanaran: Dongeng Terpilih Jawa Tengah (Pusat Bahasa, Jakarta, 2004) dan Mendung, Kabut, dan Lain-lain (Cerah Budaya, Jakarta, 2019).

Kumpulan esai tunggalnya Islam dalam Kesusastraan Indonesia (Yayasan Arus, Jakarta, 1986). Kumpulan cerita rakyatnya Ki Ageng Pandanaran: Dongeng Terpilih Jawa Tengah (Pusat Bahasa, Jakarta, 2004). Ia pernah menerbitkan antologi puisi bersama Korrie Layun Rampan berjudul Putih! Putih! Putih! (Yogyakarta, 1976) dan Suara Sendawar Kendal (Karawang, 2015).

Puisi-puisinya terhimpun dalam berbagai antologi bersama para penyair Indonesia lain, termasuk dalam Kidung Kelam (Seri Puisi Esai Indonesia - Provinsi Jawa Tengah, 2018).

Saat ini ia menjabat Pemimpin Redaksi Kampus Indonesia (Jakarta) dan Tanahku (Semarang) setelah sebelumnya menjabat Redaktur Pelaksana dan Staf Ahli Pemimpin Umum Koran Wawasan (Semarang). Sempat pula bekerja di bidang pendidikan, konstruksi, dan perbankan. Aktif dalam berbagai organisasi, antara lain dipercaya sebagai Ketua Umum Dewan Kesenian Jawa Tengah (DKJT), Fungsionaris Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Wilayah Jawa Tengah, Ketua Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah (FKWPK), Pengurus Yayasan Cinta Sastra, Jakarta, dan Ketua III Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN) Jawa Tengah. Sebelumnya sempat menjadi Wakil Ketua Seksi Budaya dan Film PWI Jawa Tengah dan Ketua Ikatan Penulis Keluarga Berencana (IPKB) Jawa Tengah. Sering diundang menjadi pembaca puisi, pemakalah, dan juri berbagai lomba sastra di Indonesia dan luar negeri.
© Sepenuhnya. All rights reserved.