Puisi: Kwatrin buat SP (Karya Gunoto Saparie)

Puisi "Kwatrin buat SP" karya Gunoto Saparie memancarkan kekuatan emosi, khususnya rasa kebingungan, kehilangan, dan perubahan.
Kwatrin buat SP


tak terduga betapa gegas kau menghilang
menikmati surga kedalaman samudera hindia
masih adakah puisi yang tak selesai kaucipta?
kini emha dan iman pun menua, sabana tinggal ilalang


Analisis Puisi:
Puisi "Kwatrin buat SP" karya Gunoto Saparie adalah sebuah karya yang singkat namun padat, mencerminkan perasaan penulis terhadap seseorang yang menghilang.

Kekuatan Emosi: Puisi ini memancarkan kekuatan emosi, khususnya rasa kebingungan, kehilangan, dan perubahan. Penyair tampaknya tidak siap atau tidak mengharapkan seseorang yang begitu penting dalam hidupnya bisa menghilang dengan begitu cepat dan tiba-tiba.

Bahasa yang Singkat dan Padat: Puisi ini menggunakan bahasa yang singkat dan padat untuk mengungkapkan perasaan yang dalam. Dengan hanya empat baris, penyair berhasil menyampaikan perasaannya yang kompleks.

Suram dan Reflektif: Puisi ini menciptakan suasana yang suram dan reflektif. Penyair merenungkan tentang kesudahan dan perubahan dalam hidup, yang ditandai dengan pernyataan "sabana tinggal ilalang." Hal ini bisa diartikan sebagai gambaran dari perubahan dan kerapuhan dalam kehidupan.

Mengundang Pertanyaan: Puisi ini mengundang pembaca untuk merenung dan mempertanyakan arti dari kata-kata dan perasaan yang disampaikan oleh penyair. Pembaca mungkin merasa tertantang untuk mencari tahu siapa yang dimaksud dengan "SP" dan alasan mengapa dia menghilang.

Puisi "Kwatrin buat SP" adalah karya yang singkat namun penuh dengan perasaan dan refleksi tentang perubahan dalam kehidupan. Penyair menggunakan bahasa yang padat untuk menciptakan nuansa suram dan misterius, mengundang pembaca untuk merenung tentang arti yang lebih dalam dari kata-kata tersebut.

Foto Gunoto Saparie 2019
Puisi: Kwatrin buat SP
Karya: Gunoto Saparie

GUNOTO SAPARIE. Lahir di Kendal, Jawa Tengah, 22 Desember 1955. Pendidikan formal Sekolah Dasar Kadilangu Cepiring Kendal, Sekolah Menengah Pertama Cepiring Kendal, Sekolah Menengah Ekonomi Atas Kendal, dan Akademi Uang dan Bank Yogyakarta dan Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Semarang. Pendidikan informal Madrasah Ibtidaiyyah Islamiyyah Tlahab Gemuh Kendal dan Pondok Pesantren KH Abdul Hamid Tlahab Gemuh Kendal.

Kumpulan puisi tunggalnya yang telah terbit adalah Melancholia (Damad, Semarang, 1979), Solitaire (Indragiri, Semarang, 1981),  Malam Pertama (Mimbar, Semarang, 1996),  Penyair Kamar (Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah, Semarang, 2018), dan Mendung, Kabut, dan Lain-lain (Cerah Budaya, Jakarta, 2019).

Kumpulan esai tunggalnya Islam dalam Kesusastraan Indonesia (Yayasan Arus, Jakarta, 1986). Kumpulan cerita rakyatnya Ki Ageng Pandanaran: Dongeng Terpilih Jawa Tengah (Pusat Bahasa, Jakarta, 2004) dan Mendung, Kabut, dan Lain-lain (Cerah Budaya, Jakarta, 2019).

Kumpulan esai tunggalnya Islam dalam Kesusastraan Indonesia (Yayasan Arus, Jakarta, 1986). Kumpulan cerita rakyatnya Ki Ageng Pandanaran: Dongeng Terpilih Jawa Tengah (Pusat Bahasa, Jakarta, 2004). Ia pernah menerbitkan antologi puisi bersama Korrie Layun Rampan berjudul Putih! Putih! Putih! (Yogyakarta, 1976) dan Suara Sendawar Kendal (Karawang, 2015).

Puisi-puisinya terhimpun dalam berbagai antologi bersama para penyair Indonesia lain, termasuk dalam Kidung Kelam (Seri Puisi Esai Indonesia - Provinsi Jawa Tengah, 2018).

Saat ini ia menjabat Pemimpin Redaksi Kampus Indonesia (Jakarta) dan Tanahku (Semarang) setelah sebelumnya menjabat Redaktur Pelaksana dan Staf Ahli Pemimpin Umum Koran Wawasan (Semarang). Sempat pula bekerja di bidang pendidikan, konstruksi, dan perbankan. Aktif dalam berbagai organisasi, antara lain dipercaya sebagai Ketua Umum Dewan Kesenian Jawa Tengah (DKJT), Fungsionaris Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Wilayah Jawa Tengah, Ketua Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah (FKWPK), Pengurus Yayasan Cinta Sastra, Jakarta, dan Ketua III Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN) Jawa Tengah. Sebelumnya sempat menjadi Wakil Ketua Seksi Budaya dan Film PWI Jawa Tengah dan Ketua Ikatan Penulis Keluarga Berencana (IPKB) Jawa Tengah. Sering diundang menjadi pembaca puisi, pemakalah, dan juri berbagai lomba sastra di Indonesia dan luar negeri.
© Sepenuhnya. All rights reserved.