Puisi: Kwatrin buat TRS (Karya Gunoto Saparie)

Puisi "Kwatrin buat TRS" karya Gunoto Saparie menggambarkan perasaan seseorang terhadap seseorang yang tampaknya sulit digantikan.
Kwatrin buat TRS


mengayuh sepeda ke kantor pelopor yogya
kusenandungkan puisi di tengah terik kemarau
kupilih kata-kata untukmu tapi kau hanya tertawa
memang tak gampang menggantikan seorang umbu


Analisis Puisi:
Puisi "Kwatrin buat TRS" karya Gunoto Saparie adalah sebuah karya yang menggambarkan perasaan seseorang terhadap seseorang yang tampaknya sulit digantikan.

Judul Puisi: Judul puisi ini, "Kwatrin buat TRS," mengacu pada komposisi puisi ini sebagai pesan yang ditujukan untuk TRS (mungkin singkatan dari nama atau inisial seseorang). Judul ini memberikan kesan bahwa puisi ini adalah sebuah surat atau pesan khusus yang ditujukan untuk orang yang disebut TRS.

Gambaran Adegan: Puisi ini menciptakan gambaran adegan di mana penyair mengayuh sepeda ke kantor "pelopor yogya" di tengah terik kemarau. Ini adalah latar belakang fisik dari perasaan dan pemikiran penyair saat menulis puisi ini.

Ekspresi Perasaan: Dalam puisi ini, penyair mengungkapkan perasaannya terhadap TRS. Dia mencoba menyusun kata-kata untuk menyampaikan pesan atau perasaannya kepada TRS, namun tampaknya TRS hanya tertawa. Ini bisa menjadi cara penyair menggambarkan bahwa sulit untuk mengungkapkan perasaan atau menggantikan peran TRS dalam hidupnya.

Ketidakmampuan Menggantikan: Kata-kata "memang tak gampang menggantikan seorang umbu" mencerminkan ketidakmampuan penyair untuk menggantikan peran seseorang yang mungkin sangat penting atau istimewa dalam hidupnya. Istilah "seorang umbu" bisa saja merujuk kepada TRS, yang dianggap sebagai sosok yang tak tergantikan.

Puisi "Kwatrin buat TRS" adalah sebuah puisi pendek yang menciptakan gambaran tentang perasaan seseorang terhadap TRS. Puisi ini mencoba mengungkapkan ketidakmampuan penyair untuk menggantikan peran TRS dalam hidupnya, meskipun dia mencoba menyusun kata-kata dengan sebaik-baiknya. Puisi ini menciptakan perasaan ketidakpastian dan kompleksitas dalam hubungan antara penyair dan TRS.

Foto Gunoto Saparie 2019
Puisi: Kwatrin buat TRS
Karya: Gunoto Saparie

GUNOTO SAPARIE. Lahir di Kendal, Jawa Tengah, 22 Desember 1955. Pendidikan formal Sekolah Dasar Kadilangu Cepiring Kendal, Sekolah Menengah Pertama Cepiring Kendal, Sekolah Menengah Ekonomi Atas Kendal, dan Akademi Uang dan Bank Yogyakarta dan Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Semarang. Pendidikan informal Madrasah Ibtidaiyyah Islamiyyah Tlahab Gemuh Kendal dan Pondok Pesantren KH Abdul Hamid Tlahab Gemuh Kendal.

Kumpulan puisi tunggalnya yang telah terbit adalah Melancholia (Damad, Semarang, 1979), Solitaire (Indragiri, Semarang, 1981),  Malam Pertama (Mimbar, Semarang, 1996),  Penyair Kamar (Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah, Semarang, 2018), dan Mendung, Kabut, dan Lain-lain (Cerah Budaya, Jakarta, 2019).

Kumpulan esai tunggalnya Islam dalam Kesusastraan Indonesia (Yayasan Arus, Jakarta, 1986). Kumpulan cerita rakyatnya Ki Ageng Pandanaran: Dongeng Terpilih Jawa Tengah (Pusat Bahasa, Jakarta, 2004) dan Mendung, Kabut, dan Lain-lain (Cerah Budaya, Jakarta, 2019).

Kumpulan esai tunggalnya Islam dalam Kesusastraan Indonesia (Yayasan Arus, Jakarta, 1986). Kumpulan cerita rakyatnya Ki Ageng Pandanaran: Dongeng Terpilih Jawa Tengah (Pusat Bahasa, Jakarta, 2004). Ia pernah menerbitkan antologi puisi bersama Korrie Layun Rampan berjudul Putih! Putih! Putih! (Yogyakarta, 1976) dan Suara Sendawar Kendal (Karawang, 2015).

Puisi-puisinya terhimpun dalam berbagai antologi bersama para penyair Indonesia lain, termasuk dalam Kidung Kelam (Seri Puisi Esai Indonesia - Provinsi Jawa Tengah, 2018).

Saat ini ia menjabat Pemimpin Redaksi Kampus Indonesia (Jakarta) dan Tanahku (Semarang) setelah sebelumnya menjabat Redaktur Pelaksana dan Staf Ahli Pemimpin Umum Koran Wawasan (Semarang). Sempat pula bekerja di bidang pendidikan, konstruksi, dan perbankan. Aktif dalam berbagai organisasi, antara lain dipercaya sebagai Ketua Umum Dewan Kesenian Jawa Tengah (DKJT), Fungsionaris Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Wilayah Jawa Tengah, Ketua Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah (FKWPK), Pengurus Yayasan Cinta Sastra, Jakarta, dan Ketua III Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN) Jawa Tengah. Sebelumnya sempat menjadi Wakil Ketua Seksi Budaya dan Film PWI Jawa Tengah dan Ketua Ikatan Penulis Keluarga Berencana (IPKB) Jawa Tengah. Sering diundang menjadi pembaca puisi, pemakalah, dan juri berbagai lomba sastra di Indonesia dan luar negeri.
© Sepenuhnya. All rights reserved.