Puisi: Televisi Oktober (Karya Nanang Suryadi)

Puisi "Televisi Oktober" karya Nanang Suryadi membawa pembaca ke dalam refleksi yang mendalam tentang politik, demokrasi, dan realitas kehidupan ...
Televisi Oktober

mungkin bukan musim bunga hongaria, ketika kau rayakan
kemenangan taburan pujian dan harapan, mungkin letusan
petasan atau ucapan syukur:

"interupsi!"

itukah demokrasi? impian surealis yang kau bayangkan
di tengah gemuruh demonstrasi. perdebatan di ruang
diskusi. janji di kerumunan kampanye.

"interupsi!"

lalu ada yang kecewa dan meledakannya dengan api.
karena ibu tak berdiri di mimbar. karena ibu
dikalahkan terus...

"interupsi!"

ibu berdiri di mimbar. tapi masih ada juga yang
kecewa. masih ada yang menyimpan sesal!

"interupsi!"

Jakarta, 1999

Analisis Puisi:

Puisi "Televisi Oktober" karya Nanang Suryadi membawa pembaca ke dalam refleksi yang mendalam tentang politik, demokrasi, dan realitas kehidupan politik yang penuh dengan interupsi dan ketegangan.

Kritik terhadap Politik dan Demokrasi: Puisi ini menyampaikan kritik terhadap politik dan demokrasi dengan cara yang menarik. Penulis menggunakan gambaran suasana pesta kemenangan yang semestinya penuh harapan dan kegembiraan, namun diwarnai dengan interupsi yang mengganggu. Ini mencerminkan realitas politik yang sering kali penuh dengan konflik dan gangguan, bahkan dalam suasana yang seharusnya meriah.

Kehadiran Surealis: Dengan menyebut "impian surealis," puisi ini menyoroti kontras antara harapan ideal tentang demokrasi dan realitas yang sering kali penuh dengan ketegangan dan konflik. Surealisme dalam konteks ini mencerminkan ketidaksesuaian antara impian dan kenyataan politik.

Penderitaan Ibu Sebagai Metafora Politik: Penekanan pada figur ibu yang dikalahkan dan kecewa merupakan metafora yang kuat untuk penderitaan dan ketidakpuasan dalam politik. Hal ini dapat diinterpretasikan sebagai representasi dari rakyat yang kecewa terhadap pemimpin atau sistem politik yang tidak memenuhi harapan mereka.

Pengulangan "Interupsi": Pengulangan frasa "interupsi" menyoroti gangguan dan ketegangan yang terus menerus dalam proses politik. Ini menciptakan atmosfer tegang dan memperkuat pesan tentang ketidakstabilan politik yang seringkali mengganggu proses demokrasi yang seharusnya.

Refleksi Terhadap Realitas Politik: Secara keseluruhan, puisi ini memberikan refleksi yang dalam terhadap realitas politik yang kompleks dan sering kali tidak sesuai dengan harapan. Melalui gambaran suasana pesta politik yang diwarnai dengan interupsi dan ketegangan, penulis menggambarkan keadaan politik yang penuh dengan konflik dan ketidakpastian.

Puisi "Televisi Oktober" karya Nanang Suryadi adalah sebuah karya yang menghadirkan refleksi yang mendalam tentang politik dan demokrasi. Dengan menggunakan gambaran suasana pesta politik yang terganggu dan penuh ketegangan, puisi ini menyampaikan kritik terhadap realitas politik yang seringkali tidak sesuai dengan harapan.

Puisi
Puisi: Televisi Oktober
Karya: Nanang Suryadi
© Sepenuhnya. All rights reserved.