Puisi: Terjemah Hujan (Karya Nanang Suryadi)

Puisi "Terjemah Hujan" karya Nanang Suryadi menggambarkan hujan bukan hanya sebagai fenomena alam, tetapi juga sebagai lambang emosi, kenangan, dan ..
Terjemah Hujan


apa yang diterjemah dari hujan? senyap dan senyap
kenangan dicipta dari dingin, sepotong raut

melambailah engkau dari lampau yang biru
dari gerai rambut, mata bercahaya, ......

tak henti-hentinya, berkelindan, terajut dalam
perca bertaut,

hai, apa kabar?
hujan begitu gaduh katamu,

tapi ia adalah suaramu, begitu merdu
suaramu, dalam senyap

hatiku

Cilegon-Depok, 1999

Analisis Puisi:
Puisi "Terjemah Hujan" karya Nanang Suryadi menggambarkan hujan bukan hanya sebagai fenomena alam, tetapi juga sebagai lambang emosi, kenangan, dan hubungan antara manusia dan alam. Dalam puisi ini, penulis menggunakan bahasa yang indah dan gambaran yang dalam untuk menggambarkan berbagai nuansa hujan.

Hujan sebagai Metafora Kenangan: "Apa yang diterjemah dari hujan?" menciptakan kerangka bahwa hujan bukan hanya fenomena fisik, tetapi juga simbolis. Hujan di sini dapat diartikan sebagai kenangan yang datang secara lembut dan meresap ke dalam hati.

Senyap dan Kenangan dari Dingin: Hujan tidak hanya membawa suara, tetapi juga senyap. Senyap dan kenangan dicipta dari dingin menciptakan atmosfer introspektif, di mana kenangan terkait dengan keadaan emosional dan dinginnya cuaca.

Melambailah Engkau dari Lampau yang Biru: Lampau yang biru dapat mencerminkan masa lalu yang tenang dan indah. "Melambailah engkau" menggambarkan perasaan menghanyut dan terbawa oleh kenangan yang bersifat nostalgia.

Gerai Rambut, Mata Bercahaya: Gambaran ini memberikan sentuhan romantis pada kenangan. Gerai rambut dan mata bercahaya menciptakan gambaran indah dan penuh cinta dari masa lampau.

Berkelindan dalam Perca Bertaut: Gambaran ini menciptakan citra kehidupan yang terjalin dan terkait satu sama lain seperti perca bertaut. Hubungan dan pengalaman hidup diibaratkan sebagai serangkaian kisah yang saling terhubung.

Suara Hujan sebagai Suara Merdu: Meskipun dalam bahasa sehari-hari hujan dianggap gaduh, penulis menciptakan pergeseran persepsi dengan menggambarkan suara hujan sebagai merdu. Ini menciptakan kesan bahwa suara hujan adalah nyanyian yang indah dan menyentuh hati.

Hati dalam Senyap: Puisi diakhiri dengan kata "hatiku", menekankan pengaruh mendalam hujan terhadap perasaan dan emosi penulis. Hujan menjadi semacam meditasi yang membawa ketenangan ke dalam hati.

Melalui bahasa metaforis dan imajinatif, Nanang Suryadi menciptakan suasana yang puitis dan menyentuh dalam menggambarkan pengalaman hujan dan keterkaitannya dengan kenangan serta emosi dalam kehidupan manusia.

Puisi
Puisi: Terjemah Hujan
Karya: Nanang Suryadi
© Sepenuhnya. All rights reserved.