Sumber: Wajah Kita (1981)
Analisis Puisi:
Puisi "Beri Aku Satu yang Tetap dalam Diriku" karya Hamid Jabbar adalah sebuah karya yang menggambarkan perjalanan spiritual seorang individu dalam menghadapi kehidupan yang penuh dengan perubahan dan tantangan.
Keadaan Awal yang Tidak Jelas: Puisi ini dibuka dengan pernyataan bahwa penyair telah mengalami mimpi yang "tak jelas bagaimananya." Keadaan awal yang tidak jelas ini mungkin mencerminkan kebingungan atau ketidakpastian dalam kehidupan.
Kesendirian di Gurun: Penyair tiba-tiba merasa berada sendirian di sebuah gurun berdebu. Gurun dalam puisi sering digunakan sebagai simbol kesendirian, isolasi, atau tantangan hidup. Debu dan angin mewakili ketidakpastian dan perubahan yang datang begitu saja.
Menerima Tantangan: Meskipun dikelilingi oleh tantangan dan perubahan yang datang secara mendadak, penyair dalam puisi ini menyatakan tekad untuk mengembara. Hal ini mencerminkan keberanian dan keteguhan hati untuk menghadapi perubahan dalam hidup.
73.000 Kemungkinan: Penyair menggambarkan kehadiran 73.000 kemungkinan yang menghunjam dalam dirinya. Kemungkinan ini mewakili berbagai pilihan dan arah yang tersedia dalam kehidupan. Meskipun ada banyak kemungkinan, penyair ingin memiliki satu yang tetap dan konsisten dalam dirinya.
Mencari Keberagaman yang Stabil: Penyair mencari kestabilan dalam keragaman. Di antara banyak kemungkinan, ia menginginkan satu hal yang tetap dalam dirinya. Ini mencerminkan keinginan untuk memiliki keyakinan dan nilai-nilai yang menjadi pedoman dalam kehidupan.
Iman, Islam, Allah: Puisi ini mengakhiri dengan permohonan untuk satu yang tetap, yang diidentifikasikan sebagai Iman, Islam, dan Allah. Ini mencerminkan keinginan untuk memiliki dasar spiritual yang kokoh yang dapat membimbing penyair melalui perjalanan hidup yang penuh dengan perubahan.
Puisi "Beri Aku Satu yang Tetap dalam Diriku" adalah penggambaran perjalanan spiritual yang berhubungan dengan perubahan dan ketidakpastian dalam kehidupan. Penyair mencari kestabilan dan petunjuk dalam iman dan keyakinan yang kokoh. Ini adalah sebuah pengingat tentang kebutuhan akan ketetapan dalam diri kita saat menghadapi perjalanan hidup yang penuh dengan perubahan.
Karya: Hamid Jabbar
Biodata Hamid Jabbar
- Hamid Jabbar (nama lengkap Abdul Hamid bin Zainal Abidin bin Abdul Jabbar) lahir 27 Juli 1949, di Koto Gadang, Bukittinggi, Sumatra Barat.
- Hamid Jabbar meninggal dunia pada tanggal 29 Mei 2004.