Puisi: Doa Terakhir Seorang Musafir (Karya Hamid Jabbar)

Puisi "Doa Terakhir Seorang Musafir" karya Hamid Jabbar menciptakan suasana hening dan keimanan dalam kehadiran yang sederhana. Dengan satu kata, ....
Doa Terakhir Seorang Musafir

Amin.
1975

Sumber: Wajah Kita (1981)

Analisis Puisi:
Puisi "Doa Terakhir Seorang Musafir" karya Hamid Jabbar, meskipun singkat, memiliki kedalaman makna dan keintiman yang kuat. Doa singkat ini mencirikan momen terakhir seorang musafir sebelum perjalanan terakhirnya.

Judul: "Doa Terakhir Seorang Musafir" mengisyaratkan bahwa puisi ini mencakup doa yang dilakukan pada saat-saat akhir kehidupan. Judul tersebut mengekspresikan esensi keimanan dan ketenangan di dalamnya.

Hening dan Ketenangan: Puisi ini diisi dengan kata "Amin," yang secara tradisional digunakan sebagai kata penutup doa. Keberadaannya menciptakan kesan hening dan ketenangan.

Pergulatan Seorang Musafir: Meskipun puisi ini singkat, terdapat nuansa pergulatan batin seorang musafir yang merenungi perjalanan hidupnya. Pergulatan tersebut dapat tercermin dalam kata "Amin," sebagai harapan dan pengakuan kepada Tuhan.

Momen RefleksiPuisi ini menciptakan momen refleksi di mana seorang musafir berhadapan dengan hakikat hidup dan kematian. Doa yang diungkapkan dapat dianggap sebagai ungkapan rindu, pengharapan, atau penerimaan terhadap perjalanan yang akan dihadapi.

Koneksi Langsung dengan Tuhan: Penggunaan kata "Amin" menunjukkan koneksi langsung dengan Tuhan. Puisi ini membawa pembaca ke dalam inti spiritualitas di mana seorang musafir mengucapkan doa terakhirnya dalam keterhubungan yang erat dengan Sang Pencipta.

Ketegasan dan Kesederhanaan: Dengan hanya satu kata, puisi ini mencapai ketegasan dan kesederhanaan yang menggambarkan esensi keimanan dan penerimaan. Kata "Amin" menjadi titik puncak keberadaan manusia yang menyadari keterbatasannya dan keterhubungannya dengan Yang Maha Kuasa.

Pemberian Arti oleh Pembaca: Keterbukaan puisi ini terhadap interpretasi memberikan kebebasan kepada pembaca untuk memberikan makna sesuai dengan konteks dan pengalaman pribadi mereka. Meskipun pendek, puisi ini dapat membangkitkan perasaan dan pemikiran yang mendalam.

Puisi "Doa Terakhir Seorang Musafir" karya Hamid Jabbar menciptakan suasana hening dan keimanan dalam kehadiran yang sederhana. Dengan satu kata, puisi ini menggambarkan momen suci ketika seorang musafir merangkul keterhubungan dengan Tuhan sebelum menyongsong perjalanan terakhirnya. Keindahan puisi ini terletak pada kemampuannya untuk merangsang refleksi dan penghayatan spiritual.

Puisi: Doa Terakhir Seorang Musafir
Puisi: Doa Terakhir Seorang Musafir
Karya: Hamid Jabbar

Biodata Hamid Jabbar:
  • Hamid Jabbar (nama lengkap Abdul Hamid bin Zainal Abidin bin Abdul Jabbar) lahir 27 Juli 1949, di Koto Gadang, Bukittinggi, Sumatra Barat.
  • Hamid Jabbar meninggal dunia pada tanggal 29 Mei 2004.
© Sepenuhnya. All rights reserved.