Puisi: Sajak Idul Fitri (Karya Gunoto Saparie)

Puisi "Sajak Idul Fitri" karya Gunoto Saparie adalah ungkapan kegembiraan dan refleksi spiritual atas kedatangan Hari Raya Idul Fitri, yang ...
Sajak Idul Fitri

magrib pun tiba ditingkah gema azan
melengkapkan hari terakhir ramadan
"allahu akbar!", ada takbir mengumandang 
kubaca quran pada kebet penghabisan

malam pun tiba ditingkah suara tasbih
mewarnai idul fitri di tengah wabah corona
"allahu akbar!", ada takbir membahana
hati pun kembali kepada putih dan putih

subuh pun tiba ditingkah bisik angin
aku menegakkan salat dalam dingin
"allahu akbar!", ada takbir menggema
terbukalah, o, pintu maaf bagi setiap hamba

lebaran pun tiba ditingkah desis petasan
merayakan kesuksesan dan kemenangan
melawan hasrat dan syahwat yang meronta
tuhanku, aku kini terlempar lagi jadi manusia…

2020

Analisis Puisi:

Puisi "Sajak Idul Fitri" karya Gunoto Saparie adalah ungkapan kegembiraan dan refleksi spiritual atas kedatangan Hari Raya Idul Fitri, yang merupakan momen penting bagi umat Muslim.

Tema Tradisi dan Keagamaan: Puisi ini mencerminkan tema-tema tradisional dan keagamaan yang terkait dengan perayaan Idul Fitri. Penggunaan istilah-istilah seperti azan, takbir, quran, tasbih, salat, dan lebaran, menunjukkan bahwa puisi ini berbicara tentang ritual keagamaan yang terjadi selama Idul Fitri.

Atmosfer Ramadhan dan Idul Fitri: Penyair menggambarkan suasana yang khas selama bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Dari azan yang mengumandang hingga suara petasan, puisi ini menangkap esensi spiritual dan kegembiraan yang menyertai momen-momen tersebut.

Refleksi Spiritual: Selain merayakan kegembiraan dan kemenangan, puisi ini juga mengandung refleksi spiritual. Penyair menekankan pentingnya memaafkan dan membuka pintu maaf bagi setiap hamba Allah. Hal ini mencerminkan nilai-nilai toleransi, kedamaian, dan pengampunan yang menjadi inti dari ajaran Islam.

Konteks Pandemi: Puisi ini juga mencatat konteks pandemi COVID-19 yang melingkupi perayaan Idul Fitri. Meskipun terjadi di tengah wabah, suasana spiritual dan kebersamaan tetap terasa kuat dalam perayaan tersebut.

Kesadaran Manusia: Puisi ini menyampaikan kesadaran akan keterbatasan manusia di hadapan Tuhan. Meskipun merayakan kesuksesan dan kemenangan, penyair mengakui bahwa manusia tetap terikat oleh hasrat dan syahwat yang dapat meronta.

Dengan demikian, puisi "Sajak Idul Fitri" bukan hanya sekadar perayaan, tetapi juga refleksi atas makna spiritual dan nilai-nilai yang terkandung dalam perayaan Idul Fitri bagi umat Muslim. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan mereka dengan Tuhan, sesama manusia, dan diri mereka sendiri dalam konteks perayaan agama tersebut.

Foto Gunoto Saparie
Puisi: Sajak Idul Fitri
Karya: Gunoto Saparie

GUNOTO SAPARIE. Lahir di Kendal, Jawa Tengah, 22 Desember 1955. Pendidikan formal Sekolah Dasar Kadilangu Cepiring Kendal, Sekolah Menengah Pertama Cepiring Kendal, Sekolah Menengah Ekonomi Atas Kendal, dan Akademi Uang dan Bank Yogyakarta dan Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Semarang. Pendidikan informal Madrasah Ibtidaiyyah Islamiyyah Tlahab Gemuh Kendal dan Pondok Pesantren KH Abdul Hamid Tlahab Gemuh Kendal.

Kumpulan puisi tunggalnya yang telah terbit adalah Melancholia (Damad, Semarang, 1979), Solitaire (Indragiri, Semarang, 1981),  Malam Pertama (Mimbar, Semarang, 1996),  Penyair Kamar (Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah, Semarang, 2018), dan Mendung, Kabut, dan Lain-lain (Cerah Budaya, Jakarta, 2019).

Kumpulan esai tunggalnya Islam dalam Kesusastraan Indonesia (Yayasan Arus, Jakarta, 1986). Kumpulan cerita rakyatnya Ki Ageng Pandanaran: Dongeng Terpilih Jawa Tengah (Pusat Bahasa, Jakarta, 2004). 

Ia pernah menerbitkan antologi puisi bersama Korrie Layun Rampan berjudul Putih! Putih! Putih! (Yogyakarta, 1976) dan Suara Sendawar Kendal (Karawang, 2015).

Saat ini ia menjabat Pemimpin Redaksi Kampus Indonesia (Jakarta) dan Tanahku (Semarang) setelah sebelumnya menjabat Redaktur Pelaksana dan Staf Ahli Pemimpin Umum Koran Wawasan (Semarang) dan Pemimpin Redaksi Radio Gaya FM (Semarang). Sempat pula bekerja di bidang pendidikan, konstruksi, dan perbankan. Aktif dalam berbagai organisasi, antara lain dipercaya sebagai Ketua Umum Dewan Kesenian Jawa Tengah (DKJT), Fungsionaris Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Wilayah Jawa Tengah, Ketua Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah (FKWPK), Pengurus Yayasan Cinta Sastra, Jakarta, dan Ketua III Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN) Jawa Tengah.
© Sepenuhnya. All rights reserved.