Puisi: Bara Ini Bara Itu (Karya Slamet Sukirnanto)

Puisi "Bara Ini Bara Itu" menciptakan gambaran yang kompleks tentang kehidupan modern dengan menggunakan metafora alam dan sosial. Dengan gaya ...
Bara Ini Bara Itu


bara ini bara itu
geleng-geleng kepala
bara sini bara situ
geleng-geleng kepala
HP macet hubungan putus
bara menyala bara membara
geleng-geleng kepala
jalan lurus lalu kelokan turun naik

bara ini bara itu
pohon kering pohon meranggas
tanah hitam legam tanah merah
kekuningan sejauh memandang
seantero padang
kepala bergoyang-goyang
ke mana satwa-satwa
ke mana melabuhkan tertawa
di sana tertawa sudah biasa
mana suka mari bercanda
asap hitam awan hitam
matahari pagi kemerah-merahan
derasnya angin langit muram
berpesta tak laku
duka kau kubur di mana
tawakal pasrah menyerah
tutup mulutmu jangan bertanya
pada cuaca jangan bertanya
pada rumput kering jangan bertanya
rusa terpanggang ngangkang di tepi tebing

bara ini bara itu
geleng-geleng kepala
tajamnya mandau kilatan mandau
keringnya danau kapal-kapal berlabuh di pantai
kapal-kapal melepas pantai
setelah meninggalkan ampas dan bangkai
bukit apa ini bukit apa itu
katanya megah kini
terbelah menikmati mandi asap kabut kelam

jangan sedih jangan duka
di tengah tanah menyala
kau tanam bencana
bukit ini bukit apa siapa punya
padang luas siapa punya gerumbul berasap siapa punya
kedalaman tanya siapa punya semua

bara ini bara itu
geleng-geleng kepala
mari maju tak gentar
terus maju juga
bawa beban di punggung
air mata siapa dekat kepala-kepala
nyanyikan aku satu lagu satu saja sebelum bertolak

Tenggarong Kutai, 16-19 Maret 1997

Sumber: Gergaji (2001)

Analisis Puisi:
Puisi "Bara Ini Bara Itu" karya Slamet Sukirnanto menciptakan gambaran kuat tentang kehidupan, tantangan, dan keadaan sosial yang kompleks. Dengan menggunakan metafora bara, pohon kering, dan sejumlah elemen alam, penyair menyampaikan pesan yang dalam dan penuh makna.

Metafora Bara: Metafora "bara ini bara itu" menggambarkan berbagai konflik dan permasalahan dalam kehidupan. Bara dapat diartikan sebagai api yang melambangkan kehidupan yang penuh tantangan dan konflik. Pengulangan frasa ini menciptakan efek ritmis dan memperkuat urgensi pesan yang ingin disampaikan.

Realitas Kehidupan: Puisi ini menghadirkan gambaran tentang realitas kehidupan yang keras dan penuh dengan kontradiksi. Dari hubungan pribadi yang putus, masalah teknologi (HP macet), hingga ketidakpastian akan cuaca dan tanah yang subur, puisi mencerminkan kompleksitas kehidupan modern.

Alam dan Lingkungan: Penggunaan elemen alam seperti pohon kering, tanah hitam, dan langit merah-merahan menciptakan citra alam yang mengalami perubahan. Ini mungkin mencerminkan perubahan alam yang sejalan dengan perubahan sosial dan manusia.

Keadaan Sosial dan Politik: Penyair menyelipkan kritik sosial dan politik melalui gambaran kapal-kapal yang melepas pantai meninggalkan ampas dan bangkai. Ini bisa diartikan sebagai pernyataan tentang perbuatan tidak bertanggung jawab yang dapat meninggalkan dampak negatif pada lingkungan dan masyarakat.

Simbolisme Mandau dan Danau: Mandau yang tajam dan kilatan mandau bisa mencerminkan kekerasan atau konflik. Sementara itu, keringnya danau dan kapal-kapal yang berlabuh atau melepas pantai dapat diartikan sebagai perubahan ekosistem dan kehidupan manusia yang tidak selalu positif.

Penolakan terhadap Keputusasaan: Meskipun puisi ini menggambarkan keadaan yang sulit dan penuh tantangan, penyair mengajak untuk tetap maju dan tidak gentar. Ada semangat melanjutkan perjalanan hidup walaupun dengan beban yang diemban.

Keluwesan Gaya Bahasa: Penggunaan keluwesan gaya bahasa seperti "geleng-geleng kepala" menciptakan ritme dan gerakan yang memperkuat nada puisi. Kata-kata ini mencerminkan sikap heran, kekecewaan, atau ketidaksetujuan terhadap keadaan yang dihadapi.

Akhir yang Penuh Harapan: Meskipun puisi menghadirkan gambaran tantangan dan konflik, penyair menutup dengan ajakan untuk nyanyi satu lagu sebelum bertolak. Ini bisa diartikan sebagai harapan untuk melihat sisi positif dan keindahan dalam setiap perjalanan hidup.

Puisi "Bara Ini Bara Itu" menciptakan gambaran yang kompleks tentang kehidupan modern dengan menggunakan metafora alam dan sosial. Dengan gaya bahasa yang kuat dan penggunaan simbol-simbol yang kaya, puisi ini mengundang pembaca untuk merenungkan realitas kehidupan yang penuh dengan tantangan, sambil tetap menemukan semangat untuk melangkah maju.

Puisi Slamet Sukirnanto
Puisi: Bara Ini Bara Itu
Karya: Slamet Sukirnanto

Biodata Slamet Sukirnanto:
  • Slamet Sukirnanto lahir pada tanggal 3 Maret 1941 di Solo.
  • Slamet Sukirnanto meninggal dunia pada tanggal 23 Agustus 2014 (pada umur 73 tahun).
  • Slamet Sukirnanto adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.