Puisi: Bukittinggi (Karya Hartojo Andangdjaja)

Puisi "Bukittinggi" karya Hartojo Andangdjaja adalah sebuah puisi yang sarat dengan rindu dan kerinduan terhadap suatu tempat atau seseorang ....
Bukittinggi

Jelita yang kurindu
tampillah, di manakah wajahmu
Aku yang setia datang padamu
diburu jam malam
tertidur di kamar hotel-hotelmu
di pagi selalu memendam demam:
di manakah wajahmu

Di antara kabut
wangi musim kopi
dan selimut
dingin gerimis pagi
dan gemetar matahari
di manakah wajahmu

Di ketipak kuda-kuda bendi
sepanjang lorong-lorongmu
kudengar langkahmu
datang dan pergi

Di jalan bertangga mendaki
dari pasar bawah ke pasar atas kutahu
kakimu datang kakimu lalu
berbelanja di kesibukan pekan sabtu

Dan di teras tinggi sore hari
di rumputan Taman Wirasakti
kutahu
lembut dadamu
menengadah
menampung senja merah
dan tanganmu
menggapai rindu
di pucuk-pucuk cemara hijau beledu
tapi di manakah wajahmu

Sumber: Buku Puisi (1973)

Analisis Puisi:
Puisi "Bukittinggi" karya Hartojo Andangdjaja adalah sebuah puisi yang sarat dengan rindu dan kerinduan terhadap suatu tempat atau seseorang. Puisi ini menggambarkan perasaan rindu yang mendalam terhadap sosok jelita yang dicintai. Tema sentral dalam puisi ini adalah rindu, ketidakhadiran, dan keinginan untuk bertemu kembali dengan orang yang dicintai.

Rindu dan Ketidakhadiran: Dalam puisi ini, penyair secara tulus mengekspresikan perasaan rindu yang tak terpadamkan. Ia merindukan kehadiran orang yang dicintai, namun tak dapat menemukan wajahnya. Penyair merasa setia datang pada orang itu, namun ketidakhadirannya menyebabkan penyair diburu oleh jam malam dan tertidur di kamar hotel dengan demam yang menyelimuti. Hal ini menunjukkan betapa rindunya penyair, sehingga ia terus mencari kehadiran orang itu dalam segala situasi.

Kota Bukittinggi sebagai Latar Cerita: Bukittinggi menjadi latar cerita dan melambangkan tempat atau momen ketika penyair mengalami keindahan dan kesenangan bersama orang yang dicintainya. Ia mengingat momen-momen indah di tengah kabut, wangi musim kopi, dinginnya gerimis pagi, dan matahari yang gemetar. Bukittinggi juga menjadi tempat di mana penyair berjalan-jalan dan merasa bahagia ketika melihat orang yang dicintainya berbelanja di pasar dan berkumpul di Taman Wirasakti saat senja merah datang.

Keinginan untuk Bertemu Kembali: Dalam puisi ini, terlihat jelas keinginan penyair untuk bertemu kembali dengan orang yang dicintainya, yang menjadi sorotan utama dari rasa rindunya. Puisi ini mencerminkan betapa kehadiran orang tersebut sangatlah berarti dan tak tergantikan bagi penyair.

Bahasa dan Imagery: Puisi ini ditulis dengan bahasa yang sederhana, namun penuh dengan imaji dan penggambaran yang mendalam. Melalui gambaran-gambaran yang kuat, penyair berhasil menyampaikan perasaan rindunya dengan indah.

Puisi "Bukittinggi" karya Hartojo Andangdjaja adalah sebuah puisi yang mengungkapkan rindu dan kerinduan yang mendalam terhadap seseorang. Dengan menggunakan gambaran dan imaji yang kuat, penyair berhasil menggambarkan perasaan dan kenangan yang berharga dengan indah. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang pentingnya kehadiran seseorang yang dicintai dan bagaimana rindu dapat melandasi perasaan manusia.

Puisi Hartojo Andangdjaja
Puisi: Bukittinggi
Karya: Hartojo Andangdjaja

Biodata Hartojo Andangdjaja:
  • Edjaan Tempo Doeloe: Hartojo Andangdjaja.
  • Ejaan yang Disempurnakan: Hartoyo Andangjaya.
  • Hartojo Andangdjaja lahir pada tanggal 4 Juli 1930 di Solo, Jawa Tengah.
  • Hartojo Andangdjaja meninggal dunia pada tanggal 30 Agustus 1990 (pada umur 60 tahun) di Solo, Jawa Tengah.
  • Hartojo Andangdjaja adalah salah satu Sastrawan Angkatan '66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.