Puisi: Candi Muara Jambi (Karya Dimas Arika Mihardja)

Puisi "Candi Muara Jambi" menciptakan gambaran yang melankolis dan memilukan tentang bagaimana warisan budaya dapat terlupakan dan terlantar.
Candi Muara Jambi


Aku dengar keluh batu-batu runtuh
berpeluh. Tak ada arca atau stupa
hanya ilalang bergoyang terpanggang matahari
Sebuah situs tak terurus menggerus hati
perjalanan sunyi, sendiri memikul luka diri
mengaca pada bayang Batanghari
yang tiada henti merangkum tragedi

Aku sendiri membangun candi
dalam mimpi yang sulit diurai
di kedalaman hati: Kau tegar
abadi.


Jambi, 1994

Analisis Puisi:
Puisi "Candi Muara Jambi" karya Dimas Arika Mihardja merupakan suatu karya sastra yang menggambarkan puing-puing sejarah dan keindahan yang terlupakan dari situs bersejarah Candi Muara Jambi. Dengan merinci elemen-elemen tertentu dalam puisi ini, kita dapat memahami lebih dalam makna yang ingin disampaikan oleh penyair.

Visualisasi Situs Sejarah: Penyair memulai puisi dengan penggambaran keluh kesah batu-batu Candi Muara Jambi yang runtuh dan berpeluh. Tanpa kehadiran arca atau stupa, visualisasi ini menggambarkan kemerosotan dan ketidakterawatan sebuah situs bersejarah yang seharusnya menjadi peninggalan budaya yang berharga.

Keadaan Terlupakan: Penyair menggambarkan ilalang yang bergoyang terpanggang matahari di sekitar situs, menunjukkan keadaan terlupakan dan terlantar. Keberadaan situs yang tak terurus menciptakan kesan kesepian dan kehampaan, seolah-olah situs itu sendiri ikut memikul luka dan tragedi sejarahnya.

Perjalanan Sunyi: Ekspresi "perjalanan sunyi" menyoroti upaya penyair dalam menciptakan suasana sepi dan kesunyian yang menyelimuti situs bersejarah. Hal ini mungkin mencerminkan minimnya perhatian dan kunjungan terhadap situs tersebut.

Mencerminkan Dirinya Sendiri: Penyair menyatakan bahwa ia sendiri membangun candi dalam mimpi yang sulit diurai. Pernyataan ini bisa diartikan sebagai upaya penyair dalam merangkul dan melestarikan keindahan dan sejarah Candi Muara Jambi yang terancam hilang.

Keterikatan dengan Batanghari: Mengaca pada bayang Batanghari, penyair menekankan hubungan yang erat antara situs bersejarah ini dengan sungai Batanghari. Batanghari menjadi saksi sepanjang perjalanan sejarah dan tragedi yang melibatkan Candi Muara Jambi.

Kekuatan Abadi: Penyair menutup puisi dengan ungkapan bahwa Candi Muara Jambi tegar abadi. Ini mungkin merujuk pada kekuatan spiritual dan sejarah yang melekat pada situs tersebut, meskipun fisiknya mungkin telah mengalami kerusakan.

Puisi "Candi Muara Jambi" menciptakan gambaran yang melankolis dan memilukan tentang bagaimana warisan budaya dapat terlupakan dan terlantar. Melalui kata-kata yang dipilih dengan cermat, Dimas Arika Mihardja berhasil menyampaikan pesan tentang pentingnya melestarikan sejarah dan budaya untuk generasi yang akan datang. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan arti keberlanjutan dan keabadian dari warisan budaya kita.

Puisi
Puisi: Candi Muara Jambi
Karya: Dimas Arika Mihardja
© Sepenuhnya. All rights reserved.