Puisi: Debu (Karya Slamet Sukirnanto)

Puisi "Debu" karya Slamet Sukirnanto mengingatkan kita akan pentingnya menjalani hidup dengan kesadaran akan sementaranya eksistensi manusia.
Debu


Debu ada di jalanan
Debu ada di pagar tanaman
Debu ada di gedung megah
Debu berhamburan diterjang mobil mewah

Debu merenung di sunyi malam
Debu tertawa di terik siang

Bangkit! Membubung di udara
Kalau hendak melepas yang fana


Jakarta, 1980

Sumber: Gergaji (2001)

Analisis Puisi:
Puisi "Debu" karya Slamet Sukirnanto adalah sebuah karya yang sederhana namun memiliki makna yang mendalam. Dalam puisi ini, penulis membahas tentang konsep debu dalam berbagai konteks dan menciptakan pesan filosofis yang lebih dalam.

Debu sebagai Simbol Ketidaktetapan: Puisi ini menggunakan debu sebagai simbol ketidaktetapan dan sementara. Debu seringkali terlihat sebagai sesuatu yang ringan dan mudah terbawa angin, yang mencerminkan sifat fana dan sementara dalam kehidupan manusia. Hal ini menyoroti bahwa, seperti debu, kehidupan manusia juga bersifat sementara dan akan kembali menjadi "debu" pada akhirnya.

Kontras antara Debu dan Kehidupan: Puisi ini menciptakan kontras antara debu yang tersebar di sekitar kita dan kehidupan manusia yang berjalan sepanjang waktu. Meskipun debu dianggap sebagai sesuatu yang sederhana dan tak berharga, puisi ini menunjukkan bahwa debu memiliki kemampuan untuk "bangkit" dan "membubung di udara," yang mungkin mengacu pada konsep reinkarnasi atau transformasi.

Dualitas Debu: Puisi ini menggambarkan dualitas dalam eksistensi debu. Di satu sisi, debu "merenung di sunyi malam," yang bisa diartikan sebagai representasi kesendirian atau kesepian. Di sisi lain, debu "tertawa di terik siang," yang mungkin menggambarkan semangat hidup dan keberanian dalam menghadapi tantangan.

Kemampuan Transformasi: Puisi ini menekankan kemampuan debu untuk berubah dan bergerak. Kemampuan debu untuk "bangkit" dan "membubung di udara" mengingatkan kita bahwa meskipun kehidupan manusia bersifat sementara, kita memiliki potensi untuk bertransformasi dan mencapai hal yang lebih tinggi.

Pesannya yang Filosofis: Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan makna kehidupan dan kematian. Pesan filosofisnya adalah bahwa kehidupan manusia, seperti debu, sementara, dan kita harus memanfaatkan waktu yang kita miliki dengan bijaksana.

Secara keseluruhan, "Debu" adalah sebuah puisi yang sederhana namun penuh makna. Penulis menggunakan gambaran debu untuk menyampaikan pesan tentang ketidaktetapan, transformasi, dan makna kehidupan. Puisi ini mengingatkan kita akan pentingnya menjalani hidup dengan kesadaran akan sementaranya eksistensi manusia.

Puisi Slamet Sukirnanto
Puisi: Debu
Karya: Slamet Sukirnanto

Biodata Slamet Sukirnanto:
  • Slamet Sukirnanto lahir pada tanggal 3 Maret 1941 di Solo.
  • Slamet Sukirnanto meninggal dunia pada tanggal 23 Agustus 2014 (pada umur 73 tahun).
  • Slamet Sukirnanto adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.