Puisi: Di Seberang Matahari (Karya Upita Agustine)

Puisi "Di Seberang Matahari" menggambarkan keindahan dan kompleksitas hubungan manusia dengan warisan, rumah, dan waktu. Upita Agustine dengan ...
Di Seberang Matahari
(Kepada Sutan Usman yang Dipertuan Tuanku Tuo)


Di pelupuk matahari
Di pelupuk mata hati
Merambah bayang
Sampai-sampai
Dalam bianglala janji-janji
Sandi dibenam
Makna waris hilang
Tiang utama ditegakkan
Pusaka berubah arti
Ukiran dikarang
Hak milik mengambang
Anak tangga disusun
Perih
Turun beruntun

Katakan saja
Yang tak mungkin kukatakan
Yang tak patut kuucapkan
Bisikkan di sini
Sumpah yang harus dipatri
Di pelupuk matahari
Di pelupuk mata hati
Dipeluk bayang

Tak terlerai
Inilah rumahku
Rumah ziarah
Tempat bersimpuh
Menyusun jari
Menulis peristiwa hari
Memaknai hidup
Memaknai takdir

Inilah rumahku
Rumah amanah
Di sini sumpah dipatri
Antara nenek dan ibu
Turunan yang akan datang
Di sini janji ditepati
Antara penunggu masa lalu
Dengan penghuni hari ini

Rumahku
Rumah pusaka zaman
Aku diam
Menunggu turunan
Aku diam
Menunggu-Mu
Di pelupuk matahari
Di pelupuk mata hati

1992

Sumber: Proses Kreatif Jilid 4 (2009)

Analisis Puisi:
Puisi "Di Seberang Matahari" karya Upita Agustine menghadirkan gambaran yang indah dan mendalam tentang makna rumah, warisan, serta hubungan antara masa lalu, masa kini, dan masa depan.

Imaji dan Bahasa Puitis: Puisi ini kaya akan imaji dan bahasa puitis yang memukau. Penggunaan kata-kata seperti "bianglala janji-janji," "sandiwara," dan "makna waris hilang" membentuk citra yang kuat dan memperkaya pengalaman membaca.

Pelupuk Matahari dan Mata Hati: Penggunaan metafora "pelupuk matahari" dan "pelupuk mata hati" mengekspresikan kedalaman emosi dan spiritual. Matahari sering dianggap sebagai simbol kehidupan dan kekuatan, sementara hati merujuk pada pusat emosi dan kebijaksanaan batin. Puisi ini menyatukan keduanya untuk mengeksplorasi makna yang lebih dalam.

Perubahan dalam Warisan dan Pusaka: Penggunaan kata-kata seperti "pusaka berubah arti," "hak milik mengambang," dan "perih turun beruntun" menciptakan gambaran tentang perubahan dalam warisan dan identitas. Hal ini bisa mencerminkan dinamika perubahan budaya dan nilai-nilai di tengah perjalanan waktu.

Kekuatan dan Simbolisme Rumah: Konsep rumah dalam puisi ini mencakup lebih dari sekadar tempat tinggal fisik. Rumah di sini menjadi simbol amanah, janji, dan identitas. Penggambaran rumah sebagai "rumah ziarah" dan "rumah pusaka zaman" menunjukkan nilai-nilai spiritual dan sejarah yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Bisikan dan Sumpah yang Tak Terucapkan: Puisi menyentuh pada apa yang tak dapat diucapkan dan harus diucapkan, terutama dalam "bisikan" dan "sumpah yang harus dipatri." Ini mungkin mencerminkan perasaan yang sulit diungkapkan atau janji yang harus dipegang teguh.

Antara Masa Lalu, Masa Kini, dan Masa Depan: Puisi menangkap hubungan yang kompleks antara masa lalu, masa kini, dan masa depan. Penggunaan kata-kata seperti "turunan yang akan datang," "penunggu masa lalu," dan "penghuni hari ini" menunjukkan kesinambungan generasi dan tanggung jawab terhadap warisan.

Ketidakberlanjutan dan Keheningan Antara Baris-Baris: Puisi ini memiliki ketidakberlanjutan yang menarik antara baris-barisnya, menciptakan efek keheningan dan refleksi. Setiap baris berdiri sebagai pernyataan independen, namun secara keseluruhan, mereka berkontribusi pada narasi yang lebih besar.

Diam Menunggu dan Menyusun Jari: Puisi menciptakan gambaran tentang kesabaran dan ketenangan dalam "aku diam, menunggu turunan" dan "aku diam, menunggu-Mu." Ini dapat dilihat sebagai ungkapan spiritual dan harapan akan masa depan.

Puisi "Di Seberang Matahari" adalah puisi yang menggambarkan keindahan dan kompleksitas hubungan manusia dengan warisan, rumah, dan waktu. Upita Agustine dengan indah mengolah bahasa dan imagery untuk menciptakan karya yang menggugah emosi dan merangsang pemikiran pembaca.

Upita Agustine
Puisi: Di Seberang Matahari
Karya: Upita Agustine

Biodata Upita Agustine:
  • Prof. Dr. Ir. Raudha Thaib, M.P., (nama lengkap Puti Reno Raudhatul Jannah Thaib atau nama pena Upita Agustine) lahir pada tanggal 31 Agustus 1947 di Pagaruyung, Tanah Datar, Sumatra Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.