Puisi: Kediam-diaman (Karya Budiman S. Hartoyo)
Puisi: Kediam-diaman
Karya: Budiman S. Hartoyo
Diamlah Diam. Wahai!Versi: Horison (September, 1972)
Diamlah diam. Wahai! Diamlah diam. Wahai! Diamlah diam. Wahai!
Aku sedang bersenandungMenggeletar dikau kulihatmenari. Tanpa kata. Tanpa suara.Diam.Diamlah.Wahai!
Kelopak matamu yang terkatup.Anganmu menggenang. Merayap. Dankutemukan diriku.Sendiri.Waktu pun berhenti.Angin berhenti,Wahai! Wahai! Diamlah diam. Diam. Diam.
Di atas segalanya adalah kediam-diaman.Dunia yang kedap suara. Pekaoleh hasrat terbendung rindu.Asyik dan diam. Diam. Diam.
Diamlah diam. Wahai!
Kediam-diaman
Versi: Sebelum Tidur (1977)
Aku sedang bersenandung
ketika menggeletar Engkau kulihat
menari
Tanpa kata
tanpa suara
Kelopak mata-Mu terkatup
angan-Mu menggenang. Merayap
Dan kutemukan diriku
Diam
Sendiri
Waktu pun berhenti
Di atas segalanya adalah
kediam-diaman.
1969
Catatan:
Puisi ini pertama kali muncul di Majalah Horison dengan judul Diamlah Diam. Wahai!. Kemudian hari, puisi ini dimasukkan ke dalam buku Sebelum Tidur (1977), dengan sedikit perombakan dan diberi judul Kediam-diaman.
Puisi: Kediam-diaman
Karya: Budiman S. Hartoyo
Biodata Budiman S. Hartoyo:
- Budiman S. Hartoyo lahir pada tanggal 5 Desember 1938 di Solo.
- Budiman S. Hartoyo meninggal dunia pada tanggal 11 Maret 2010.
- Budiman S. Hartoyo adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.