Puisi: Majulah Pahlawan (Karya Budiman S. Hartoyo)

Puisi "Majulah Pahlawan" bukan hanya puisi perjuangan fisik melawan penjajahan, tetapi juga sebuah ode untuk cinta pada tanah air dan pengorbanan ...
Majulah Pahlawan


Majulah pahlawan dengan dada terbuka.
Majulah! Berderapan musuh bersama maut menyerang.
Sementara bintang-bintang pun bersaksi di kelam angkasa
atas kejantananmu dan musuh-musuh yang berebahan.
Telah bergelimang darah di lembah
telah berebahan kawan-kawan  di garis depan,
di bawah langit mengancam suara lantang kemerdekaan.
Semangat perkasa, - hari depan nusantara!

Segenap warga tanah ini pun menabikkan salam;
salam cinta bumi dan bangsa yang lahir dalam revolusi.
Sedang malam pun segera mengusap bendera merah putih
yang mengibaskan berita pahlawan benam darah.

Adalah cinta kami, itu warna kucuran darah.
Adalah hati kami, itu warna putih butiran air mata.
Dan cinta kami padamu menyejuk langit-langit kubur
yang memutih cerlang surya atas gemeriap tugu kemerdekaan.

Majulah pahlawan dengan dada terbuka, kala senja di kota!
Majulah demi kemerdekaan yang lahir atas nama cinta!
Kenangan padamu menggeleparkan doa di ambang arasy Tuhan
Dan majulah kemudian
berbondong ke lembah sorga
sedang laras bedil masih di tangan
dan darah mengucuri di jalan-jalan
Maka bernyanyilah segenap malaikat dan bidadari
Maka semaraklah wewangian sorga, tetes darah pahlawan,
karna adalah saksi bagimu, - pejuang-pejuang kemanusiaan;
sementara masih terkenang jua tentang kehidupan
dan napas dunia dan manusia dalam kelaparan!


Yogya, 1961

Sumber: Gajah Mada (Februari, 1962)

Analisis Puisi:
Puisi "Majulah Pahlawan" karya Budiman S. Hartoyo menyuguhkan lirik yang penuh semangat dan pengorbanan, memberikan penghormatan kepada para pahlawan yang telah berjuang demi kemerdekaan Indonesia.

Semangat dan Keberanian: Puisi ini membangkitkan semangat dan keberanian dengan panggilan "Majulah pahlawan dengan dada terbuka." Bahasa yang kuat dan mendalam menciptakan gambaran pahlawan yang tidak gentar menghadapi musuh dan maut.

Pemandangan Perang: Budiman menggambarkan pemandangan perang dengan kata-kata seperti "berderapan musuh," "maut menyerang," dan "bintang-bintang bersaksi." Ini memberikan kesan tentang ketegangan dan keganasan pertempuran yang dihadapi para pahlawan.

Pengorbanan dan Darah: Puisi ini mengekspresikan pengorbanan dan darah yang tumpah di lembah. Bahasa metafora "bergelimang darah" dan "berebahan kawan-kawan" menciptakan gambaran penuh dramatisme tentang perjuangan pahlawan dalam merebut kemerdekaan.

Warna Bendera Merah Putih: Warna bendera merah putih tidak hanya fisik tetapi juga bermakna simbolis. Darah yang tumpah adalah warna cinta dan pengorbanan, sedangkan putih melambangkan air mata yang tumpah. Ini menciptakan imaji kesetiaan dan pengabdian kepada tanah air.

Cinta pada Tanah dan Bangsa: Puisi ini menciptakan rasa cinta yang mendalam pada tanah dan bangsa. Kata-kata seperti "cinta bumi dan bangsa," "salam cinta," dan "hati kami" menunjukkan ikatan emosional yang kuat terhadap Indonesia.

Kemerdekaan dan Kepastian Tujuan: Puisi ini menggambarkan kemerdekaan sebagai tujuan yang mulia dan diperoleh atas dasar cinta. Kata-kata "malaikat dan bidadari," "wewangian sorga," dan "tetes darah pahlawan" menciptakan suasana surgawi dan penuh keagungan sebagai imbalan atas perjuangan.

Kritik Sosial: Dalam baris terakhir, puisi menyelipkan kritik sosial dengan menyebutkan "napas dunia dan manusia dalam kelaparan." Hal ini memberikan pandangan kritis terhadap ketidakadilan dan penderitaan manusia yang masih terjadi di dunia.

Puisi "Majulah Pahlawan" bukan hanya puisi perjuangan fisik melawan penjajahan, tetapi juga sebuah ode untuk cinta pada tanah air dan pengorbanan yang diperlukan untuk meraih kemerdekaan. Budiman S. Hartoyo berhasil menghadirkan puisi yang memotret semangat pahlawan dan mengajak pembaca untuk menghargai warisan perjuangan mereka.

Puisi Budiman S. Hartoyo
Puisi: Majulah Pahlawan
Karya: Budiman S. Hartoyo

Biodata Budiman S. Hartoyo:
  • Budiman S. Hartoyo lahir pada tanggal 5 Desember 1938 di Solo.
  • Budiman S. Hartoyo meninggal dunia pada tanggal 11 Maret 2010.
  • Budiman S. Hartoyo adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.