Puisi: Masih Kau Ingatkah Cintaku (Karya Upita Agustine)

Puisi "Masih Kau Ingatkah Cintaku" menggambarkan keindahan hubungan masa lalu dengan sentuhan nostalgia, kepolosan, dan keceriaan.
Masih Kau Ingatkah Cintaku


Masih kau ingatkah cintaku, burung-burung kecil
Berkejaran di pohon culan di rusuk rumahku
Kau kenangkah jalan menurun ke sungai di belakang rumahku
Dan pangkal titian bambu, tempat di mana kita berjanji
Untuk saling menunggu
Masih hidupkah dalam kenanganmu
Musim panen kita saling melempar jerami
Dan beberapa purnama kita tidur bersama di dangau sawah
Di mana kita saling menatap dan tertawa
Masih kau kenangkah semua itu sayangku
Rindu kita yang lalu
Rindu kita yang terlepas
Rindu masa kanak-kanak bermain.

Buo, Juli 1973

Sumber: Nyanyian Anak Cucu (2000)

Analisis Puisi:
Puisi "Masih Kau Ingatkah Cintaku" karya Upita Agustine menggambarkan aroma nostalgia dan kerinduan akan kenangan masa lalu dalam hubungan cinta. Dengan sentuhan bahasa yang puitis, penulis mengajak pembaca untuk merenung tentang keindahan dan kehangatan hubungan yang telah berlalu.

Aroma Nostalgia: Puisi ini secara langsung membawa pembaca ke dalam suasana masa lalu dengan menyebutkan elemen-elemen khas seperti burung-burung kecil, pohon culan, sungai di belakang rumah, dan titian bambu. Semua ini menciptakan aroma nostalgia yang mengundang pembaca untuk merenung dan bernostalgia bersama.

Janji di Titian Bambu: Penyebutan tempat di mana mereka berjanji untuk saling menunggu, yakni "pangkal titian bambu," memberikan dimensi emosional yang kuat. Janji tersebut menciptakan gambaran tentang keberlanjutan cinta dan kesetiaan di masa lalu.

Kenangan Masa Kanak-Kanak: Penulis menyinggung kenangan masa kanak-kanak bermain, menekankan kepolosan dan kebebasan dalam hubungan tersebut. Ini membawa pembaca untuk meresapi keindahan saat-saat yang tak terlupakan dalam masa kecil bersama.

Ritual Musim Panen: Pemberian gambaran tentang musim panen dan tradisi saling melempar jerami menggambarkan keintiman dan keceriaan dalam hubungan mereka. Ritual ini menciptakan citra kebahagiaan dan kebersamaan yang mendalam.

Mengajak Pembaca Berempati: Dengan bertanya apakah pembaca masih mengingat atau merindukan semua momen tersebut, penulis mengajak pembaca untuk ikut merasakan dan merenungkan kenangan pribadi mereka sendiri. Ini menciptakan ikatan emosional antara pembaca dan puisi.

Bahasa Puitis: Penggunaan bahasa yang puitis, seperti "pohon culan di rusuk rumahku," menciptakan gambaran yang indah dan memikat. Gaya bahasa yang kaya ini meningkatkan daya tarik puisi dan memperkaya pengalaman pembaca.

Rindu yang Terlepas: Pemilihan kata "rindu kita yang terlepas" memberikan nuansa kehilangan dan kerinduan yang mendalam. Ini menciptakan lapisan emosional yang membuat puisi lebih mendalam dan menggetarkan perasaan pembaca.

Puisi "Masih Kau Ingatkah Cintaku" menggambarkan keindahan hubungan masa lalu dengan sentuhan nostalgia, kepolosan, dan keceriaan. Upita Agustine sukses membawa pembaca dalam perjalanan kenangan yang penuh warna dan emosional. Puisi ini bukan hanya sekadar catatan tentang cinta yang berlalu, tetapi juga sebuah undangan untuk merenungkan dan mengenang momen-momen berharga dalam kehidupan.

Upita Agustine
Puisi: Masih Kau Ingatkah Cintaku
Karya: Upita Agustine

Biodata Upita Agustine:
  • Prof. Dr. Ir. Raudha Thaib, M.P. (nama lengkap Puti Reno Raudhatul Jannah Thaib atau nama pena Upita Agustine) lahir pada tanggal 31 Agustus 1947 di Pagaruyung, Tanah Datar, Sumatra Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.