Puisi: Salam Terakhir (Karya Hartojo Andangdjaja)
Puisi: Salam Terakhir
Karya: Hartojo Andangdjaja
Salam Terakhir
Buat Solo, Kota tercinta di tanah air
Kalau aku datang lagi padamu
kota yang melambai dalam rinduku
ialah karena bertahun yang lalu
aku lahir, bermain dan bercinta di bawah langitmu
Wangi napas bumi dan udara rawan musim hujan
dan matahari yang kini bersinar, pucat dan gemetar
menyambut padaku dengan haru kenangan
hari-hariku di masa kanak yang sayup samar
Kau bagiku, kota yang melambai dalam rinduku
lebih dari seorang kekasih, seorang ibu
Rinduku kepadamu
ialah rindu yang dihidupkan kenangan masa kanakku
Kukenali kembali kini jemaring jalanmu
di sini dulu baris demi baris sajakku
melambaikan tangannya, di antara hingar dan deru
kehidupan yang lewat lalu
Kalau aku tak ada lagi nanti
di belakangku akan tinggal kau, tegak berdiri
bersama sajak demi sajakku yang menyimpan namamu
dan salam hatiku yang menjabat hatimu
Ialah salam terakhir seorang penyair:
di sini pernah aku lahir
di sini telah kuisi satu takdir
Dan sesudahku kehidupan pun terus mengalir
dan sesudahku angkatan demi angkatan pada mengembang lahir
dan zaman demi zaman bergantian membuka tabir
makin indah dan indah, seperti pernah kumimpikan di baris syair
Sumber: Buku Puisi (1973)
Puisi: Salam Terakhir
Karya: Hartojo Andangdjaja
Biodata Hartojo Andangdjaja:
- Edjaan Tempo Doeloe: Hartojo Andangdjaja.
- Ejaan yang Disempurnakan: Hartoyo Andangjaya.
- Hartojo Andangdjaja lahir pada tanggal 4 Juli 1930 di Solo, Jawa Tengah.
- Hartojo Andangdjaja meninggal dunia pada tanggal 30 Agustus 1990 (pada umur 60 tahun) di Solo, Jawa Tengah.
- Hartojo Andangdjaja adalah salah satu Sastrawan Angkatan '66.