Puisi: Sebuah Pertunjukan (Karya Dodong Djiwapradja)

Puisi "Sebuah Pertunjukan" menggambarkan tentang kehidupan para peminta-minta dan gelandangan serta menyampaikan pesan tentang harapan, kebutuhan ...
Sebuah Pertunjukan
Theater terbuka
di pinggir jalan
sepintas adegan;


Percakapan para gelandangan:
- Jika sebentar malam
tiba-tiba turun hujan, lebat
tapi dari ketupat
Bagaimana sikap kita?

- Baiknya, datang angin sate
wanginya!
wanginya!

Paduan suara para peminta-minta:
- Ketupat dan sate
soto dan gule
dua sejoli
makanan abadi

Ketupat dan sate
soto dan gule
empat serangkai
bagai mempelai

Suara pengemis tua:
- Cita-cita!
barang khayal tak berguna
mimpi anak-anak muda

Pendeta tua bangka, turun dari beca:
- Jika Tuhan memberkahi kita
Tidak di dunia, mungkin di sorga


1972

Analisis Puisi:
Puisi "Sebuah Pertunjukan" karya Dodong Djiwapradja menciptakan sebuah gambaran kehidupan yang rumit dan beragam, terutama melalui percakapan antara sejumlah karakter, termasuk para gelandangan, peminta-minta, pengemis tua, dan seorang pendeta.

Ritme dan Gaya Bahasa: Puisi ini memiliki ritme yang kuat dan ritme yang mengalir dengan baik. Pemakaian repetisi dan pengulangan dalam bentuk ketupat, sate, soto, dan gule memberikan aliran dan ritme yang khas. Gaya bahasa yang digunakan sederhana, menciptakan suasana keseharian yang dekat dengan kehidupan sehari-hari.

Dialog Antar Karakter: Puisi ini memuat percakapan antara beberapa karakter yang berbicara tentang cuaca, makanan, dan harapan. Dialog ini menciptakan gambaran komunitas gelandangan dan peminta-minta yang hidup dalam keadaan serba kekurangan.

Simbolisme Makanan: Penggunaan makanan dalam puisi ini, seperti ketupat, sate, soto, dan gule, bisa diartikan sebagai simbol keinginan dan kebutuhan dasar manusia. Makanan merupakan perwujudan harapan dan kesederhanaan yang diidamkan oleh para peminta-minta.

Kritik Terhadap Realitas: Pengemis tua dalam puisi ini menyuarakan pandangan kritis terhadap "cita-cita" dan "mimpi anak-anak muda" yang sering terlupakan dalam realitas kehidupan sehari-hari. Ini mungkin mencerminkan sikap kritik terhadap pandangan hidup yang terlalu materialistik dan penuh keinginan duniawi.

Kehadiran Agama: Kehadiran pendeta tua dalam puisi menambah dimensi spiritual dan religius. Dia membawa elemen agama dan pengharapan akan berkat Tuhan. Ini menciptakan kontras dengan realitas yang keras yang dihadapi oleh para peminta-minta.

Puisi "Sebuah Pertunjukan" menciptakan gambaran tentang kehidupan para peminta-minta dan gelandangan serta menyampaikan pesan tentang harapan, kebutuhan dasar, dan kebijaksanaan spiritual. Melalui percakapan antara karakter-karakter tersebut, puisi ini menggambarkan keberagaman dalam pandangan hidup dan perjuangan yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari.

Puisi
Puisi: Sebuah Pertunjukan
Karya: Dodong Djiwapradja
    Biodata Dodong Djiwapradja:
    • Dodong Djiwapradja lahir di Banyuresmi, Garut, Jawa Barat, pada tanggal 25 September 1928.
    • Dodong Djiwapradja meninggal dunia pada tanggal 23 Juli 2009.
    © Sepenuhnya. All rights reserved.