Puisi: Serasa Akulah yang Mesti Bercerita (Karya Budiman S. Hartoyo)

Puisi "Serasa Akulah yang Mesti Bercerita" menggambarkan peran dan tanggung jawab seorang pencerita dalam mengungkapkan cerita kehidupan manusia.
Serasa Akulah yang Mesti Bercerita


Serasa akulah yang mesti bercerita
sementara surya mengendap-endap di balik bumi saja
Serasa akulah yang mesti berkisah
sementara bumi pun resah dalam tidurnya

Kau yang bercerita selalu padaku
tentang derita, lapar dan duka
berceritalah padaku kini
tentang alam, manusia dan kasih sayang

Serasa akulah yang mesti bercerita
kini padamu walau tanganku fana
Setia dalam menulis syair sepanjang malam
karna tahu bahwa akhirnya kan berpisah

Serasa akulah yang mesti bercerita
namun memang aku mau ceritakan
tentang duka manusia
duka ibunda serta dunia dan jamannya

Dunia yang kini menapak dari jaman ke jaman
membayang dalam asap mesiu dan teriak perang
Maka kan direbutnya jabat tanganmu kasih sayang
sebab serasa akulah yang mesti bercerita sekarang


1962

Sumber: Sebelum Tidur (1977)

Analisis Puisi:
Puisi "Serasa Akulah yang Mesti Bercerita" karya Budiman S. Hartoyo adalah sebuah karya sastra yang mengangkat tema penceritaan, kehidupan, perpisahan, dan tanggung jawab dalam menyampaikan cerita. Melalui narasi dalam puisi ini, penyair menggambarkan peran dan tanggung jawab seorang pencerita untuk mengungkapkan realitas dunia dan perasaan manusia.

Penceritaan sebagai Tanggung Jawab: Puisi ini menciptakan perasaan bahwa seorang pencerita merasa memiliki tanggung jawab untuk menghadirkan cerita yang penting dan bermakna. Meskipun surya terbenam dan bumi resah, pencerita merasa bahwa tugasnya adalah untuk membawa cerita kepada pendengar atau pembaca. Ini mencerminkan peran sastrawan sebagai penyampai pesan dan refleksi tentang realitas.

Relasi Antar Manusia: Puisi ini menunjukkan relasi yang rumit antara pencerita dan pendengar. Pencerita merasa bahwa dirinya adalah yang "mesti bercerita," sementara pendengar tampaknya hanya berbicara tentang derita dan kesulitan. Ini menggambarkan bagaimana pencerita merasa perlu mengambil peran dalam menyampaikan cerita yang lebih luas dan mendalam tentang kehidupan.

Penceritaan sebagai Komunikasi: Puisi ini mengilustrasikan penceritaan sebagai bentuk komunikasi yang penting. Meskipun penceritaan sering kali hanya didengar oleh satu pihak, pencerita merasa bahwa penting untuk berkisah tentang berbagai aspek kehidupan, termasuk "alam, manusia dan kasih sayang." Ini menyoroti bagaimana sastra dapat berperan dalam menyampaikan pandangan dan pemahaman tentang dunia kepada pembaca atau pendengar.

Perpisahan dan Kepastian Akhir: Penyair menggambarkan perasaan perpisahan dan ketidakpastian yang melekat dalam penceritaan. Pencerita merasa bahwa akhirnya akan berpisah dan menyadari bahwa tangannya adalah "fana." Ini mencerminkan ketidakpastian dalam hidup dan sastrawan yang menyadari keterbatasan waktu dan eksistensi.

Pengungkapan Kehidupan dan Duka: Puisi ini mengungkapkan keinginan pencerita untuk mengisahkan duka manusia, baik itu duka individu maupun duka kolektif. Penyair juga ingin menciptakan pemahaman tentang keadaan dunia yang penuh dengan kekerasan dan perang. Ini menunjukkan peran sastrawan sebagai pengamat dan penyampai realitas yang tidak selalu menyenangkan.

Puisi "Serasa Akulah yang Mesti Bercerita" menggambarkan peran dan tanggung jawab seorang pencerita dalam mengungkapkan cerita kehidupan manusia. Melalui narasi dalam puisi ini, penyair merenungkan peran sastrawan sebagai penyampai pesan dan refleksi tentang realitas, serta sebagai penghubung antara individu dengan dunia yang lebih luas.

Puisi Budiman S. Hartoyo
Puisi: Serasa Akulah yang Mesti Bercerita
Karya: Budiman S. Hartoyo

Biodata Budiman S. Hartoyo:
  • Budiman S. Hartoyo lahir pada tanggal 5 Desember 1938 di Solo.
  • Budiman S. Hartoyo meninggal dunia pada tanggal 11 Maret 2010.
  • Budiman S. Hartoyo adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.