Puisi: Terkurung (Karya Yudhistira A.N.M. Massardi)

Puisi "Terkurung" karya Yudhistira A.N.M. Massardi menggambarkan perasaan kecemburuan, kesepian, dan kekosongan emosional yang melanda jiwa seorang ..
Terkurung

Cemburu menikamku bagai sepi
Jiwa terkurung di hutan bambu
Seribu rumpun aur sekonyong melepaskan sembilu
Mengupas tiap butir darah jadi hanya merah
Aku terbelah. Aku gemetar oleh gundah

Bumi yang gelap
Di mana cahaya bersembunyi?

(Ketika dada membara, langit memadamkan bulan
Ketika sukma terbakar, cuaca menyiramkan hujan
Ketika amarah berkobar, udara mematahkan taufan)

Aku luruh muram
Kasih kini dingin
Lebih beku dari kutub bertaut
Lebih sedih dari hati terpagut

Ke mana lagi kucari senandung
Cinta merdu lagu buaian
Permainan antara daun
Nyanyian pohon-pohon hijau
Paduan warna-warna irama

Gelisah lama reda
Aku rebah di rumput basah
Angin pun merendah
Menghapus jejak kijang buruan
Membawa serta harum palawija

Bumi yang sunyi
Di mana nada-nada terkunci?
Aku kini gagu

Desember, 1981

Sumber: Rudi Jalak Gugat (1982)

Analisis Puisi:

Puisi "Terkurung" karya Yudhistira A.N.M. Massardi adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan perasaan kecemburuan, kesepian, dan kekosongan emosional yang melanda jiwa seorang individu. Dengan bahasa yang kuat dan imaji yang mendalam, penyair berhasil menggambarkan pergulatan batin yang dalam dan penuh dengan rasa kehilangan.

Kecemburuan sebagai Pemicu Ketidakstabilan Emosional: Puisi ini dibuka dengan gambaran kecemburuan yang menghantui jiwa penyair. Kecemburuan diibaratkan sebagai pisau yang menusuk, memenuhi jiwa dengan perasaan sepi dan terkurung. Penyair merasakan kecemburuan sebagai sebuah beban yang membelah dan mengguncang keberadaannya.

Rasa Terkurung dan Kehilangan Diri: Dalam puisi ini, penyair menggambarkan perasaan terkurung dan terbelenggu di dalam dirinya sendiri. Metafora "jiwa terkurung di hutan bambu" mencerminkan perasaan kehilangan dan kebingungan yang mendalam. Dia merasa terpisah dari keindahan alam dan keterhubungan dengan alam yang seharusnya bisa menjadi penghibur.

Kehilangan Cinta dan Kehampaan: Penyair merenungkan tentang kehilangan cinta dan perasaan kehampaan yang menyertainya. Cinta yang dingin dan kehilangan harmoni dalam hubungan membuatnya merasa lebih terkurung dan kesepian. Kehampaan ini terasa lebih parah daripada dinginnya kutub dan sedihnya hati yang tergantung.

Pencarian Harmoni dan Ketenangan: Meskipun dilanda rasa kecemburuan dan kesepian, penyair tetap mencari harmoni dan ketenangan dalam alam. Dia merindukan suara nyanyian alam dan kehangatan sentuhan alam yang memberikan ketenangan jiwa. Namun, kegelisahan dan rasa terkurung terus mengganggu keadaannya.

Pembebasan dari Keterkurungan: Puisi ini menggambarkan proses pembebasan dari keterkurungan dan ketidakpastian emosional. Penyair merasa sedikit lega ketika gelisahnya mereda dan dia bisa merasakan kehadiran alam dan keharuman bumi. Angin yang merendah dan menghapus jejak kijang buruan menciptakan gambaran kedamaian dan pembebasan dari keterikatan.

Puisi "Terkurung" adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan pergulatan batin seorang individu dengan kecemburuan, kesepian, dan kekosongan emosional. Dengan bahasa yang puitis dan imaji yang kuat, penyair berhasil mengekspresikan perasaan yang mendalam dan kompleks, sambil merenungkan pencarian akan harmoni dan pembebasan dari keterkurungan jiwa.

Yudhistira ANM Massardi
Puisi: Terkurung
Karya: Yudhistira A.N.M. Massardi

Biodata Yudhistira A.N.M. Massardi
  • Yudhistira A.N.M. Massardi (nama lengkap Yudhistira Andi Noegraha Moelyana Massardi) lahir pada tanggal 28 Februari 1954 di Karanganyar, Subang, Jawa Barat.
  • Yudhistira A.N.M. Massardi dikelompokkan sebagai Sastrawan Angkatan 1980-1990-an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.