Puisi: Kuncup-Kuncup Puisi (Karya Fridolin Ukur)

Puisi "Kuncup-Kuncup Puisi" karya Fridolin Ukur menciptakan citra keindahan alam, menggali tema pengertian dan persahabatan. Pesan-pesan tentang ...
Kuncup-Kuncup Puisi
Untuk sahabatku:
Eka Darma Putera

(I) Senja Itu Datang Tiba-tiba

Senja itu datang tiba-tiba
wajahnya pucat tidak seperti biasa;

        warna-warna berdesakan di angkasa
        seakan ingin memberi kepastian
        pada senja yang datang tiba-tiba

sekarang ini aku juga ragu-ragu
tak sampai hati mempersalahkan waktu
yang begitu setia memberi ketika
untuk kau berkarya

        jejak-jejak kakimu selalu teratur
        melintasi pantai berpasir dan jalan berbatu
        melewati jalan licin bebas hambatan
        juga di udara dan di samudera raya,
        masih berbekas pada banyak hati
        membawa kabar baru
        tentang tekad tunggal: bakti!

maafkan aku, kawan
karena kecut yang mengiris dalam dada
sedu yang tersendat tak beraturan
ikut menatap senja
yang datang terlalu cepat
tapi aku yakin sekarang
senja yang pucat itu
segera memerah membara
pertanda api bakti
tetap menyala!


(II) Pengertian

        Seperti aku,
        kau juga pernah berkata
        kita harus berikan tempat
        bagi angkatan yang lebih muda

begitu banyak tenaga
begitu sedikit tempat
kita harus berikan tempat
untuk mereka

        Adalah kerelaan dan kesediaan
        untuk berbagi dan mengerti
        kehangatan cinta dan kesetiaan
        kasih yang mengalir abadi
        dalam hati
        di urat nadi

percayalah padaku,
semangat dan harapan
— biarpun kadang berupa mimpi
karena mimpi pun memerlukan sejenis landasan —
selalu meremajakan,
biarpun usia terus bergulir
dari fajar menjelang senja

        Bukan mustahil
        satu ketika Tuhan akan berkata kepada
        bumi,
        dunia,
        alam semesta: Berhenti!

Lalu mentari tak menyala lagi
Bulan pun dingin membeku;
semuanya menjadi sunyi

        kita pun boleh tersenyum
        dan berkata:
        Telah kupersembahkan hidupku!


(III) Persahabatan

Puisi ini
adalah serangkai ucap
dari seorang sahabat,
mengatakan apa yang harus dikatakan
karena dari kalbu yang terhimpit mimpi
mengalir untaian kata
begitu dekat dengan hati

        Kau adalah sahabat
        Ketika kau menjadi manusia
        bagi sesamamu manusia;
        mereka bukan sekadar angka,
        tapi manusia!

Kau adalah manusia
- sama seperti aku -
karena itu kita juga serapuh debu

        jangan sesali dirimu
        jangan tolak dirimu
        terimalah dirimu!

Sahabatmu
adalah sahabatmu,
tidak lebih!

        Persahabatan tidak dibuat
        ia bertumbuh;
        persahabatan tidak direkayasa
        ia lahir sangat alami:

itulah persahabatan
tanpa ritus
tanpa kultus

September, 1999

Analisis Puisi:
Puisi "Kuncup-Kuncup Puisi" karya Fridolin Ukur merupakan sebuah karya yang memancarkan keindahan dalam ungkapannya, serta mengangkat tema pengertian dan persahabatan.

(I) Senja Itu Datang Tiba-Tiba: Warna-warna dan Waktu Berkarya

  • Imaji Senja: Penyair menggambarkan senja sebagai momen yang tiba-tiba, dengan wajah pucat yang tak biasa. Gambaran warna-warna di angkasa menciptakan citra kepastian dan keindahan alam.
  • Ketidakpastian Waktu: Penyair mengekspresikan ketidakpastian terhadap waktu yang terus berjalan. Meskipun begitu, ia menunjukkan rasa ragu-ragu dan kecut dalam hati karena senja datang terlalu cepat.

(II) Pengertian: Memberikan Tempat bagi Angkatan yang Lebih Muda

  • Kerelaan dan Kesediaan: Pesan dalam puisi menyoroti pentingnya memberikan tempat bagi generasi yang lebih muda. Kerelaan untuk berbagi, mengerti, dan memahami menciptakan suasana hangat, penuh kasih, dan setia.
  • Semangat dan Harapan: Meskipun umur terus bertambah, semangat dan harapan tetap menyala. Penyair menekankan pentingnya menyemangati dan memberi ruang bagi generasi muda untuk berkarya.

(III) Persahabatan: Ungkapan dari Hati yang Terhimpit Mimpi

  • Ungkapan Sahabat: Bagian ini menggambarkan puisi sebagai untaian kata dari seorang sahabat yang berbicara dari hati yang terhimpit mimpi. Ungkapan ini mencirikan kedekatan dan kejujuran dalam persahabatan.
  • Sahabat Sebagai Manusia: Penyair mengingatkan kita bahwa sahabat adalah manusia seperti kita, setara dan rapuh seperti debu. Pesan ini menekankan pentingnya menerima diri sendiri dan orang lain.
Puisi "Kuncup-Kuncup Puisi" karya Fridolin Ukur menciptakan citra keindahan alam, menggali tema pengertian dan persahabatan. Pesan-pesan tentang memberikan ruang bagi generasi muda, menjaga semangat dan harapan, serta menghargai persahabatan memberikan dimensi yang kaya dan menyentuh hati dalam karya ini.

Puisi
Puisi: Kuncup-Kuncup Puisi
Karya: Fridolin Ukur

Biodata Fridolin Ukur:
  • Fridolin Ukur lahir di Tamiang Layang, Kalimantan Tengah, pada tanggal 5 April 1930.
  • Fridolin Ukur meninggal di Jakarta, pada tanggal 26 Juni 2003 (pada umur 73 tahun).
© Sepenuhnya. All rights reserved.