Puisi: Dalammu (Karya Upita Agustine)

Puisi "Dalammu" tidak hanya menyajikan panorama alam yang indah, tetapi juga merangkai cerita kehidupan sehari-hari dan menggali lapisan budaya ...
Dalammu


Dalam teriknya panasmu
Dalam gemuruhnya lautmu
Dalam sayupnya bintang pari
Dalam nyala kapal-kapal nelayan
Dalam hati perempuan yang suaminya merantau
Dalam petatah petitih
Dalam nyiur kelapa gading yang melambai
Dalam sejarah yang dikaburkan
Dalam gelisahnya: malin kundang, anggun nan tongga, rambun pamenan
Kutemui diriku

Padang, Maret 1974

Sumber: Horison (Januari, 1975)

Analisis Puisi:
Puisi "Dalammu" karya Upita Agustine menciptakan sebuah pengalaman sensorial dan emosional yang mendalam, menggambarkan kekayaan budaya dan alam Indonesia. Analisis mendalam terhadap puisi ini dapat memberikan pemahaman lebih lanjut tentang tema, gaya, dan pesan yang ingin disampaikan oleh penyair.

Keindahan Alam Indonesia: Puisi ini membawa pembaca pada perjalanan visual dan sensorial melalui gambaran alam Indonesia. Terik panas, gemuruh laut, bintang pari, dan nyala kapal nelayan menciptakan pemandangan yang kaya dan hidup. Ini mencerminkan keindahan alam tropis Indonesia.

Keluguan dan Kehidupan Sehari-hari: Dengan merujuk pada hati perempuan yang suaminya merantau, puisi ini menangkap nuansa keluguan dan realitas kehidupan sehari-hari di masyarakat nelayan. Keberadaan petatah petitih dan nyiur kelapa gading yang melambai menunjukkan kedalaman budaya dan tradisi.

Mitologi dan Sejarah Terkabur: Ungkapan "Dalam sejarah yang dikaburkan" mengisyaratkan pada mitologi dan sejarah yang mungkin telah terlupakan atau diabaikan. Hal ini bisa merujuk pada cerita-cerita seperti Malin Kundang, Anggun Nan Tongga, dan Rambun Pamenan yang mungkin telah tenggelam dalam waktu.

Pergulatan Identitas dan Gelisah: Kehadiran gelisah dalam puisi, terutama melalui perempuan yang suaminya merantau, menciptakan lapisan emosional. Ini mungkin mencerminkan pergulatan identitas, perpisahan, atau rasa rindu dalam konteks migrasi dan perjalanan hidup.

Penggunaan Bahasa dan Kata-Kata Puitis: Upita Agustine menggunakan bahasa yang indah dan puitis, menciptakan suasana yang emosional dan menghidupkan setiap elemen dalam puisi. Kata-kata seperti "sayupnya," "gemuruh," dan "nyala" memberikan dimensi artistik pada penggambaran alam dan kehidupan.

Catatan Budaya Lokal: Penyair menyisipkan catatan budaya lokal dengan merujuk pada Malin Kundang, Anggun Nan Tongga, dan Rambun Pamenan. Hal ini memperkaya lapisan makna puisi dengan mengaitkan kehidupan sehari-hari dengan warisan budaya dan mitos yang mungkin terabaikan.

Makna Subyektif: "Kutemui diriku" pada akhir puisi membawa dimensi subyektif. Ini bisa diartikan sebagai penyair yang menemui dirinya sendiri dalam keindahan dan kompleksitas alam serta budaya Indonesia.

Puisi "Dalammu" tidak hanya menyajikan panorama alam yang indah, tetapi juga merangkai cerita kehidupan sehari-hari dan menggali lapisan budaya Indonesia. Dengan menggunakan bahasa puitis dan referensi budaya, Upita Agustine menciptakan puisi yang memikat pembaca dan memberikan ruang bagi interpretasi yang kaya dan beragam.

Upita Agustine
Puisi: Dalammu
Karya: Upita Agustine

Biodata Upita Agustine:
  • Prof. Dr. Ir. Raudha Thaib, M.P., (nama lengkap Puti Reno Raudhatul Jannah Thaib atau nama pena Upita Agustine) lahir pada tanggal 31 Agustus 1947 di Pagaruyung, Tanah Datar, Sumatra Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.