Puisi: Delapan Windu (Karya Fridolin Ukur)
Puisi: Delapan Windu
Karya: Fridolin Ukur
Delapan Windu
Pro: Sri!
Akhirnya tiba juga
di puncak bukit kembara
pada usia senja lembut cerah
delapan windu,
hitungan enam puluh empat tahun
tanpa ragu hati pun ikut tersenyum
karena bayangan ini tak pernah lari
dari benak, dari kalbu, dari hati
melekat pada diri
pada usia senja yang cerah
delapan windu,
hitungan enam puluh empat tahun;
walaupun raut-raut ketuaan
menggarisi wajah penuh tawa
warna-warna putih menghiasi rambut
bermekaran seperti bunga-bunga bersih
dan suara pun mulai gemetar
tidak setegar dahulu lagi,
namun cinta kita kian meranum
dalam kemesraan
dalam ketulusan
kita berdua pun tahu benar
pengabdian ini tak pernah berakhir
tugas tak pernah selesai,
berbuat sesuatu untuk sesama
hari ini kita nyalakan lilin
isyarat kematangan menandai langkah
lalu berpegangan tangan kita berdua
lanjutkan kembara ini
dalam naungan sejahtera
surga dan bumi!
Depok, 13 Oktober 1997
Puisi: Delapan Windu
Karya: Fridolin Ukur
Catatan:
- Fridolin Ukur lahir di Tamiang Layang, Kalimantan Tengah, pada tanggal 5 April 1930.
- Fridolin Ukur meninggal di Jakarta, pada tanggal 26 Juni 2003 (pada umur 73 tahun).