Puisi: Di Pantai Waktu Petang (Karya J. E. Tatengkeng)

Puisi "Di Pantai Waktu Petang" karya J. E. Tatengkeng menggambarkan pemandangan dan suasana di pantai pada waktu petang.
Di Pantai Waktu Petang


Mercak-mercik ombak kecil memecah,
Gerlap-gerlip sri syamsu mengerling,
Tenang-menyenang terang cuaca,
Biru kemerahan pegunungan keliling.

Berkawan-kawan perahu nelayan,
Tinggalkan teluk masuk harungan,
Merawan-rawan lagunya nelayan,
Bayangan cinta kenang-kenangan.

Syamsu menghintai di balik gunung,
Bulan naik tersenyum simpul.

Hati pengarang renung termenung,
Memuji rasa-sajak terkumpul.

Makin alam lengang dan sunyi,
Makin merindu Sukma menyanyi.


Analisis Puisi:
Puisi "Di Pantai Waktu Petang" karya J. E. Tatengkeng adalah sebuah karya yang menggambarkan pemandangan dan suasana di pantai pada waktu petang. Dalam puisi ini, penyair menyampaikan gambaran yang indah dan tenang tentang momen tersebut.

Pemandangan Alam: Puisi ini dimulai dengan menggambarkan pemandangan alam di pantai saat petang. Kata-kata seperti "ombak kecil," "sri syamsu" (matahari), "tenang," "cuaca," dan "pegunungan keliling" menggambarkan suasana yang damai, indah, dan tenang. Ini menciptakan citra visual yang memikat tentang keindahan alam.

Nelayan dan Perahu: Penyair menciptakan citra nelayan dan perahu-perahu mereka yang berlayar menjauh dari pantai. Ini menambah elemen manusia ke dalam pemandangan alam, menggambarkan aktivitas mereka yang berkaitan dengan laut dan pantai. "Bayangan cinta kenang-kenangan" mengisyaratkan bahwa pantai juga memiliki nilai sentimental bagi nelayan-nelayan ini.

Syamsu dan Bulan: Puisi ini merujuk pada matahari (Syamsu) yang semakin tenggelam dan bulan yang mulai naik. Ini adalah gambaran klasik tentang peralihan waktu dari siang ke malam, yang sering kali memunculkan suasana romantis dan nostalgik.

Perasaan dan Puisi: Penyair menunjukkan bahwa pemandangan alam ini memengaruhi perasaannya dan menjadi sumber inspirasi untuk puisi. "Hati pengarang renung termenung, memuji rasa-sajak terkumpul" menggambarkan bagaimana keindahan alam menginspirasi penyair untuk mengekspresikan perasaannya melalui puisi.

Rima dan Ritma: Puisi ini memiliki rima yang konsisten dalam beberapa baris, seperti "mengerling" dan "keliling," "nelayan" dan "kenang-kenangan." Rima ini menciptakan ritma yang menenangkan dalam puisi.

Puisi "Di Pantai Waktu Petang" adalah sebuah lukisan kata yang mempersembahkan keindahan alam pantai pada waktu petang. Dalam puisi ini, penyair mengekspresikan perasaannya tentang pemandangan ini dan bagaimana hal itu mempengaruhi kreativitasnya sebagai seorang penyair. Puisi ini memadukan elemen alam, manusia, dan emosi untuk menciptakan suasana yang tenang dan indah bagi pembaca.

Puisi: Di Pantai Waktu Petang
Puisi: Di Pantai Waktu Petang
Karya: J. E. Tatengkeng

Biodata J. E. Tatengkeng:
  • J. E. Tatengkeng (Jan Engelbert Tatengkeng) adalah salah satu penyair Angkatan Pujangga Baru. Nama panggilan sehari-harinya adalah Om Jan.
  • J. E. Tatengkeng lahir di Kolongan, Sangihe, Sulawesi Utara, 19 Oktober 1907.
  • J. E. Tatengkeng meninggal dunia di Makassar, 6 Maret 1968 (pada umur 60 tahun).
© Sepenuhnya. All rights reserved.