Puisi: Kenangan Gelita (Karya S. Rukiah Kertapati)

Puisi "Kenangan Gelita" karya S. Rukiah Kertapati menciptakan gambaran tentang kekuatan kenangan dan harapan, bahkan dalam situasi yang sulit.
Kenangan Gelita (1)
(buat Eska di Kaki Gunung)


Malam ini aku mau lagi bercerita,
dan bila cerita ini satu-satu kutulis dengan jariku
buatmu cuma jadi satu cerita kegelitaan
ketika malam kosong berpisahan dengan bulan

Seperti juga kita di hari kini
di mana batas sampai tepi langit di jauhan
di mana segala anak-anak manusia
terima satu perintah jangan melanggar ini batas
di sini kita berpisah
antara dinding penjara dan pegunungan

Aku lihat di celah besi-besi kaku tak bercerita ini
engkau diburu macam hantu pelarian
jauh ke sana di antara daunan kering yang berjatuhan
di mana teriakan suara makin kecil hilang-hilang
sedang aku di balik terali dingin
tergolek mau bermimpi malam kenangan.


Kenangan Gelita (2)


Biar sekali ini aku tak ada melihat laut
kapal-kapal juga semua sudah berlayar
angin lari dan bintang tidur satu-satu
tapi aku tak kepergian suaramu
meski malam selalu warnanya hitam
sebab lantai dingin dan tembok putih ini
sekali-sekali ia mau memberikan jalan
buat angin pagi dari suara pegunungan.

Dan bila angin itu bisa kembali sebelum mati
akan kupinta satu pena kuno yang runcing
serta tinta merah yang selalu basah tak kering-kering
dan biarlah aku akan bikin satu cerita panjang-panjang
atau menulis sajak yang banyak
meskipun dikatakan: ini bukannya cerita Tuhan!


Kenangan Gelita (3)


Tapi pernahkah melintas di tempatmu
malam kenangan di malam gelita pegunungan?

Pabila ada juga padamu
di antara rintik-rintik hujan senja
atau bunga-bunga hutan yang berserakan
tak 'kan kuhabiskan kenangan ini
biarlah akan kususun cerita ini dari malam ke malam lagi
tak peduli aku jadi gadis tua di balik penjara
karena sekali kenangan ini akan berakhir
kita bertemu di antara meja dan bunga merah
sambil minum air yang bergula manis-manis.

Kita mulai bercerita dangkal-dangkal tak tahu bentuk
dan aku akan ketawa dan ketawa!
hingga berakhir dengan cerita kenangan gelita ini
ketika malam kosong berpisahan dengan bulan.


Kenangan Gelita (4)


Tapi bila dalam satu pagi
bulan ini masih tampak seperti gambar sabit emas
atau bintang-bintang seperti bunga tanjung kecil-kecil
inilah mungkin waktunya aku buka cerita panjang
atau aku bacakan sajak penjara yang dulu
dan pengalaman hidup yang panjang penuh dengan luka-luka.

Cuma di sini
Masih ada yang mau aku katakan:
Engkau memang diburu, tapi bukan pelarian
aku memang di penjara, tapi bukan manusia kurungan.
Kita bukan orang pelarian yang
masing-masing tidak punya satu dunia.

Tapi Eska!
Kenanglah sekali cerita kenangan ini
bila engkau telah cape menginjak batu-batu pegunungan
atau telah benci mendengar cerita darah
atau cerita maut, dan cerita busukan manusia
engkau akan tulis di satu buku harian:
kita dua manusia yang cinta kepada cinta!


Sumber: Zaman Baru (1958)

Analisis Puisi:
Puisi "Kenangan Gelita" karya S. Rukiah Kertapati adalah sebuah kumpulan puisi yang menggambarkan perasaan kegelapan, kesepian, dan harapan dalam konteks kehidupan penjara. Puisi ini mengekspresikan perasaan seorang narator yang merindukan kebebasan dan hubungan dengan orang yang ia cintai. Mari kita analisis setiap puisi dalam kumpulan ini untuk memahami pesan-pesan yang terkandung di dalamnya.

Kenangan Gelita (1): Puisi pertama menciptakan gambaran tentang malam yang gelap dan kesepian. Narator ingin berbicara atau menulis cerita, tetapi ia merasa terpisah dari dunia luar dan tidak memiliki akses ke bulan. Ini mencerminkan perasaan isolasi dan kebingungan yang dialami oleh narator dalam penjara. Puisi ini juga menciptakan perasaan ketidakpastian tentang masa depan.

Kenangan Gelita (2): Puisi kedua menggambarkan perasaan narator tentang kepergian orang yang ia cintai. Meskipun semua orang dan hal-hal di sekitarnya telah berubah, narator masih merindukan suara orang yang ia cintai. Puisi ini menciptakan gambaran tentang kesetiaan dan kekuatan kenangan, bahkan ketika semua yang lain telah berubah.

Kenangan Gelita (3): Puisi ketiga mengeksplorasi tema kenangan dan harapan untuk bertemu kembali. Narator ingin merangkai cerita dari kenangan-kenangan ini dan berharap suara angin dari pegunungan akan membawanya. Ini menciptakan gambaran tentang kekuatan kenangan dan harapan untuk masa depan yang lebih baik.

Kenangan Gelita (4): Puisi keempat menegaskan bahwa meskipun narator dan orang yang ia cintai mungkin berada dalam situasi yang sulit, mereka tidak akan pernah menjadi orang yang melarikan diri atau terkungkung. Mereka memiliki dunia mereka sendiri yang penuh dengan cinta dan harapan. Puisi ini menggarisbawahi pentingnya hubungan dan kenangan yang tetap kuat bahkan dalam situasi yang sulit.

Puisi "Kenangan Gelita" karya S. Rukiah Kertapati adalah ekspresi perasaan narator tentang isolasi, kesepian, kenangan, dan harapan dalam konteks kehidupan penjara. Puisi ini menciptakan gambaran tentang kekuatan kenangan dan harapan, bahkan dalam situasi yang sulit. Ini adalah puisi yang mengingatkan kita akan pentingnya hubungan dan kenangan dalam kehidupan manusia.

S. Rukiah Kertapati
Puisi: Kenangan Gelita
Karya: S. Rukiah Kertapati

Biodata S. Rukiah Kertapati:
  • S. Rukiah lahir pada tanggal 25 April 1927 di Purwakarta.
  • S. Rukiah menikah dengan Sidik Kertapati pada tanggal 2 Februari 1952 di Purwakarta.
  • S. Rukiah meninggal dunia pada tanggal 6 Juni 1996 di Purwakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.