Puisi: Lenyapnya Cinta Si Pengembara (Karya Mansur Samin)

Puisi "Lenyapnya Cinta Si Pengembara" karya Mansur Samin mengajak pembaca untuk merenung tentang konsekuensi dari tindakan kita, hubungan keluarga, ..
Lenyapnya Cinta Si Pengembara


Anak tunggal si Pengembara
lama dicari di wilayah utara
ke mana hilang, ke mana perginya
telah bertahun tinggalkan bunda?

Bertolak dari Padangbolak
memintas hutan ke lembah selatan
terkabar dari seorang pukat:
Di bukit timur jalan ke lautan
ada kerajaan bertanah subur
diperintah pendatang jadi makmur

Di terik siang meminggir padang
bunda menuju jalan ke lautan
dan dengar dan peladang:
Ada pesta di tenggara
oleh Raja Sampuraga
karena tahun ini panen melimpah

Dan rindu lama menanggung
bertanya penuh ragu
Jika Sampuraga anakku itu
masihkah ingat kepada Ibu?

Di pinggir pagar kerajaan
bunda melongok dari jauhan
hati berdeburan:
Dari keningnya yang berparut itu
tak ayal dialah anakku dulu

Melihat tamu di pinggir pagar
pengawal jadilah bimbang
si compang-camping akan memasuki puri
apakah pengemis atau pencuri?

Dibebani malu dan ketakutan
bunda surut bertutur perlahan:
Ingin jumpa anakku seorang
si pengembara si Sampuraga
mohon disampaikan padanya
aku bundanya, baru tiba dari utara

Bergegas pengawal ke singgasana
menyampaikan berita:
Ada orang tua dari jauh
mengaku dirinya bunda tuanku

Karena sibuk dilipur tari
tengah bercanda di pelukan permaisuri
Sampuraga melepas murka:
orang begitu mengaku bundaku
usir biar pergi jauh!

Diberi pukulan bertalu-talu
kau rebut raja kami anakmu
pergi pengemis tak tahu diri
di sini bukan tempat mencuri!

Anakku sayang si Sampuraga
bunga kasih tumpuan bunda
inikah yang kuterima
atas belaian kasih dan cinta
mengasuh kau sampai dewasa?

Dengan jerit tangis lari ke utara
tubuh bunda penuh darah dan luka:
O, lenyapnya cinta si pengembara
O, Sampuraga yang malu berorangtua
O, Sampuraga yang lupa dikasih bunda
Dengarlah pintaku penguasa mayapada
berikan saksi akulah bundanya
yang mengasuhnya hingga dewasa!

Menyeret langkah penuh duka
bunda yang malang
memeras buah dadanya
sambil berkata:
Inilah air kasih bunda
tanda kau anakku, Sampuraga

Tiba-tiba hujan mendesah
disusul badai mencabut segala
bumi pun gelaplah
seluruh pesta
dilindak air dari tiap arah

Langit kental kelabu
gluduk makin menderu
kutukpun jatuh
semua kerajaan Sampuraga
menjadi danau dan airrawa

Tiap sumber makin meliang
air berpusing dan berasap
dan dari angkasa
terdengar suara membahana:
Terimalah Sampuraga, kutuk Dewata
sebuah saksi bagi dunia
kau yang malu berorangtua!

Sampai kini di lembah itu
di daerah Mandailing nun
masih kekal berbentuk batu
wajan, piring, periuk dan alat kenduri
mengapung di danau bening
bekas alat pesta si Sampuraga
jadi saksi murka
bagi tiap manusia.


Solo, 1964

Sumber: Horison (Mei, 1971)

Analisis Puisi:
Puisi adalah sebuah bentuk seni yang menggambarkan perasaan, pemikiran, dan narasi melalui kata-kata yang terpilih dengan hati-hati. Puisi "Lenyapnya Cinta Si Pengembara" karya Mansur Samin adalah karya sastra yang mengisahkan perjalanan emosional dan naratif yang kompleks.

Tema dan Makna Puisi: Tema utama yang diangkat dalam puisi ini adalah tentang kehilangan, identitas, keluarga, dan hukuman atas tindakan yang memalukan. Puisi ini menceritakan tentang anak tunggal pengembara yang hilang, tetapi kembali sebagai raja yang sukses. Namun, ketika ibunya mencoba bertemu kembali, raja ini menolaknya dengan keras. Hukuman akhirnya datang dalam bentuk kutuk dan bencana yang melanda kerajaan, dan Sang Pengembara akhirnya menghadapi realitas keputusannya yang memalukan.

Struktur dan Bahasa: Puisi ini memiliki struktur yang terdiri dari beberapa bait dengan panjang baris yang bervariasi. Struktur ini menciptakan ritme dan aliran yang memungkinkan penyair untuk merangkai narasi kompleks dalam puisi. Bahasa yang digunakan sangat deskriptif, dan banyak imaji dan metafora yang digunakan untuk memperkaya makna dan menghidupkan narasi.

Naratif dan Konflik Emosional: Puisi ini membawa pembaca melalui perjalanan naratif yang kuat. Dari pencarian seorang ibu terhadap anaknya yang hilang, hingga akhirnya anak itu kembali sebagai raja yang kuat dan sukses, tetapi menolak mengakui ibunya. Konflik emosional dan perubahan karakter yang terjadi pada tokoh utama memberikan dimensi yang mendalam pada cerita ini.

Simbolisme dan Kiasan: Puisi ini menggunakan banyak simbol dan kiasan untuk menggambarkan tema dan naratifnya. Pergantian cuaca yang disertai dengan perubahan sosial dan politik digunakan sebagai representasi hukuman atas tindakan yang tidak bermoral. Batu-batu yang menjadi wajan, piring, dan periuk dalam danau bening melambangkan perubahan identitas dan nasib.

Pesan Moral dan Hukuman: Pesan moral yang dapat diambil dari puisi ini adalah tentang pentingnya mengenali akar-akar kita, menghormati keluarga, dan bertanggung jawab atas tindakan kita. Keputusan raja yang arogan dan mengabaikan ibunya akhirnya membawa hukuman dan kehancuran kepada dirinya sendiri dan kerajaannya.

Puisi "Lenyapnya Cinta Si Pengembara" karya Mansur Samin adalah sebuah cerita dalam bentuk sajak yang mengandung pelajaran moral dan kompleksitas karakter. Melalui bahasa yang kuat dan imaji yang kaya, puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang konsekuensi dari tindakan kita, hubungan keluarga, dan pentingnya mengakui identitas kita. Puisi ini mengandung pesan yang dalam dan mampu memicu refleksi mengenai moralitas dan tanggung jawab dalam kehidupan.

Mansur Samin - Horison
Puisi: Lenyapnya Cinta Si Pengembara
Karya: Mansur Samin

Biodata Mansur Samin:
  • Mansur Samin mempunyai nama lengkap Haji Mansur Samin Siregar;
  • Mansur Samin lahir di Batang Toru, Tapanuli Selatan, Sumatra Utara pada tanggal 29 April 1930;
  • Mansur Samin meninggal dunia di Jakarta, 31 Mei 2003;
  • Mansur Samin adalah anak keenam dari dua belas bersaudara dari pasangan Haji Muhammad Samin Siregar dan Hajjah Nurhayati Nasution;
  • Mansur Samin adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.