Puisi: Perempuan Hikayat (Karya Bambang Widiatmoko)

Puisi "Perempuan Hikayat" mengajak pembaca untuk merenung tentang pentingnya menjaga dan menghargai akar sejarah dalam perjalanan kehidupan.
Perempuan Hikayat (1)


Dari Kaitetu ke Morella seolah berjalan di atas api
Keringat menetes membasahi kegelisahan sendiri
Bahkan buah pala pun berdiam seolah menahan diri
Untuk tidak jatuh menusuk bumi di malam hari.

Di rumah kapten Manilet kita pun ditunggu waktu
Untuk bergegas membuka pintu tanpa ragu
Lalu keajaiban menyerbu sukma membeku
Di atas rak kayu ratusan manuskrip tergugu.

Lalu kita pun bersama membuka lembaran masa lalu
Membersihkan dari selimut debu dengan rasa rindu
Ratusan manuskrip menemukan kehangatannya
Sentuhan cinta yang akan membuka kerahasiaannya


Perempuan Hikayat (2)


Menjelajah pengembaraan tak terbatas ruang dan waktu
Aku selalu setia menunggu, meski kadang jemu
Menatap langit seperti hamparan manuskrip
Lalu menggambar jejak angin yang ditinggalkan
Digigil daun dan ulat melukiskan iluminasi tanda sepi.

Perempuan hikayat tak pernah berhenti berkisah
Tentang asal muasal manusia yang turun melalui cahaya
Seperti pendar batu kalimaya di saat senja
Lalu beranakpinak melahirkan mitos dan legenda
Tentang dosa adam dan hawa.
Perempuan hikayat tak pernah merasa lelah
Apalagi menyerah, keras kepala melebihi batu pualam
Membaca berbagai pertanda yang tersurat dan tersirat
Atas segala mitos dan kebenaran yang terjaga
Di atas manuskrip - seolah dunia kembali menjelma.

Perempuan hikayat selalu sibuk menjelajah jalan sunyi
Melacak peninggalan nenek moyang yang sulit dicari
Mungkin di almari istana yang makin redup cahayanya
Atau di peti besi yang telah hancur dimakan usia
Sebuah manuskrip - selalu menyimpan rahasia


Perempuan Hikayat (3)


Terbentang waktu lebih empat abad yang lalu
Tak terhitung beribu kilometer jarak menapak jejak
Merangkai kata dalam manuskrip surat Sultan Ternate
Hingga manuskrip surat Raja Muda Patani
Alangkah panjang perjalanan merangkai waktu
Dalam kejayaan bangsa Melayu terkadang pilu
Seperti kepala terbentur palang pintu.

Kerahasiaan yang tersurat dalam kitab Terasul
Maklumat dan nasihat yang selalu diingat
Juga surat perdagangan batu permata dan intan
Dikirim dari Palembang ke Batavia
Untuk diikat dengan emas dan perak sebagai perhiasan
Mengingatkan kepada kita cincin batu permata
dari Bacan sampai Kalimaya.

Alangkah mudahnya zaman kembali berputar
Dalam bias pantulan cahaya batu permata
Mengingatkan rekaman peradaban melayu
Tak lekang oleh waktu, meski manuskrip
Perlahan hancur menjadi debu
Jika kemudian dipertautkan oleh waktu
Itulah sukma Melayu yang tertanam di dasar kalbu.


Perempuan Hikayat (4)


Ditelusurinya segala hikayat atas dunia yang tercipta
Aksara-aksara yang berlarian di sepanjang asal-muasal
Ditulis dengan tetesan darah yang mengalir di ujung pena
Atau torehan di atas lembaran kulit dan daun lontar.

Ditelusurinya cerita atau kesaksian penanda peradaban
Yang kian lekang dimakan usia dan dimakan rengat
Tapi nafas zaman tak akan hilang - tetap melekat erat
Menunggu ajal kian dekat atau dunia kiamat.

Ditelusurinya iluminasi seperti berjalan di atas pelangi
Yang membuatnya tertegun – menemukan jalan sunyi
Sulit untuk kembali dan menemukan jatidiri
Ketika sadar matahari telah semakin jauh pergi.


Perempuan Hikayat (5)


Perempuan hikayat tak pernah berhenti pergi
Langkah kakinya membekas seperti embun ditulisi
Jika memaknai jejak yang tertinggal di saat sepi
Seperti kodikologi di sudut kertas yang tak utuh lagi.

Perempuan hikayat selalu pulang di malam hari
Mengendap seperti prajurit meninggalkan tangsi
Lalu membuka pintu yang sengaja tak dikunci
Wajahnya seperti manuskrip beraksara Jawi.

Perempuan hikayat tak pernah berhenti berkeluh
Seluruh tubuhnya telah bermandi peluh
Dilemparkan beban seperti pelaut melepas sauh
Dalam tidur pun seluruh angan terbang menjauh.

Perempuan hikayat selalu tak nyenyak dalam tidur
Aksara-aksara meluncur ke langit bersama pitutur
Jika segala keinginan tak pernah bisa diukur
Seribu katalog pun ingin dibawa ke dalam kubur.


2015

Analisis Puisi:
Puisi "Perempuan Hikayat" karya Bambang Widiatmoko menggambarkan perjalanan, pencarian, dan perjuangan perempuan yang tak pernah berhenti menyelami hikayat zaman. Dalam analisis ini, kita akan membahas tema, gaya bahasa, dan makna yang terkandung dalam setiap bagian puisi tersebut.

Tema

  1. Pencarian Identitas dan Kebenaran: Puisi ini menjelajahi tema pencarian identitas dan kebenaran, terutama melalui metafora perempuan hikayat yang selalu sibuk menjelajah jalan sunyi dan melacak peninggalan nenek moyang. Pencarian ini mencakup pemahaman akan asal-usul, kejayaan, dan kehancuran peradaban Melayu.
  2. Kesejarahan dan Iluminasi: Penyair merangkai kisah-kisah sejarah, seperti surat Sultan Ternate, manuskrip Raja Muda Patani, dan perdagangan batu permata. Iluminasi ini memberikan gambaran tentang keberlanjutan peradaban Melayu, meski kadang disertai pilu dan kepala terbentur palang pintu.
  3. Ketahanan dan Kekerasan: Perempuan hikayat digambarkan sebagai sosok keras kepala, tidak pernah lelah, bahkan melebihi batu pualam. Dia menelusuri segala hikayat, menghadapi kelelahan dan beban, namun tetap kokoh seperti prajurit.

Gaya Bahasa

  1. Metafora dan Personifikasi: Penyair menggunakan metafora dengan menggambarkan perjalanan sebagai berjalan di atas api, buah pala yang menahan diri, dan langit sebagai hamparan manuskrip. Personifikasi juga terdapat dalam deskripsi perempuan hikayat yang memiliki langkah yang meninggalkan jejak seperti embun ditulisi.
  2. Simbolisme: Batu permata menjadi simbol iluminasi dan peradaban Melayu yang tidak lekang oleh waktu. Manuskrip dan aksara melambangkan peninggalan sejarah yang terus dijelajahi oleh perempuan hikayat.
  3. Paralelisme: Pada beberapa bagian, terdapat pengulangan kata atau konsep, seperti pada bagian "Perempuan Hikayat (5)" yang mengulang kata "tak pernah berhenti pergi" untuk memberikan penekanan pada ketekunan dan ketahanan perempuan hikayat.

Makna

Puisi ini merangkai potret perempuan hikayat sebagai penjaga sejarah dan pewaris budaya Melayu. Pencarian akan identitas dan kebenaran, ketahanan dalam menghadapi perjalanan hidup, serta kegigihan dalam melacak sejarah, semuanya menjadi bagian dari perjalanan perempuan hikayat.

Puisi "Perempuan Hikayat" adalah puisi yang memukau dengan gambaran perempuan yang tak kenal lelah dalam menjelajahi hikayat zaman. Dengan menggunakan metafora, simbolisme, dan paralelisme, Bambang Widiatmoko menggambarkan perjalanan sejarah dan identitas perempuan hikayat sebagai bagian integral dari warisan budaya Melayu. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang pentingnya menjaga dan menghargai akar sejarah dalam perjalanan kehidupan.

Puisi
Puisi: Perempuan Hikayat
Karya: Bambang Widiatmoko
© Sepenuhnya. All rights reserved.