Puisi: Pertemuan Malam di Kanda (Karya Sugiarta Sriwibawa)

Puisi "Pertemuan Malam di Kanda" mengeksplorasi berbagai konsep dan pemikiran, dari keintiman personal hingga refleksi filosofis, menciptakan ....
Pertemuan Malam di Kanda


+ :      Selamat malam, orang asing
          Aku pandang wajahmu seperti buku
          Yang dapat aku baca sambil tiduran
          Lebih-lebih di musim dingin ini
          Dalam kamar hangat tanpa gerisik angin
          Yang suka memanjakan khayal kala menonton sandiwara
          Pun wajahmu seperti koran
          Yang bingung melaporkan peristiwa dan kejadian
          Lalu mengecam diri dengan pena majal

- :       Terima kasih, saudara
          Jangan salah faham, justru saudara sebenarnya tarih
          Sejarah, yang mencatat kekalahan dan kemenangan
          Dengan tokoh kata yang tampak sebagai huruf besar
          Dalam filsafat, matematika dan ilmu hayat
          Tanpa hukum tanpa dalil
          Hanya denyut dada dan sinar mata
          Mencipta nilai untuk 90 atau 100 tahun
          Tegasnya sepanjang hidup sebelum jaman pikun

+ - :    Bukankah kita sebenarnya satu nafas satu darah
          Yang terengah-engah dalam langkah sejarah
          Dan

+ :       Ah, tidak, tidak!

- :       Memang tidak?

+ :      Baik kita masing-masing pulang
          Selamat malam

- :       Masih ada sepotong malam
          Kita habiskan di jalanan

+ - :    Mari!

+ :      Dengar, aku memang suka menulis lakon
          Sejarah, dari babak hidup petualangan
          Dengan membagi peranan dan watak
          Si kurang ajar yang mengucapkan kata-kata mutiara
          (Pasti, bukan? Hatiku menebak)
          Dan penonton akan bertepuk tangan

- :      Cobalah, letakkan naskahmu yang akan datang
          Di pangkuanmu, lalu renungkan judulnya

+ :      “Dialog Penghabisan”. Benar?

- :      “Dialog Permulaan”. Benar!
+ - :    Selamat malam

Tokyo, 1965

Analisis Puisi:
Puisi "Pertemuan Malam di Kanda" karya Sugiarta Sriwibawa merupakan karya yang penuh dengan perbincangan dan dialog antara dua orang. Puisi ini menghadirkan suasana malam yang hangat dan akrab, namun di dalamnya terselip perbincangan tentang sejarah, filsafat, dan realitas kehidupan.

Keintiman dan Pandangan Terhadap Wajah: Puisi dibuka dengan sapaan "Selamat malam, orang asing," menunjukkan kehangatan dalam pertemuan malam. Penyair menyatakan bahwa wajah orang asing itu seperti buku yang dapat dibacanya dengan nyaman. Hal ini menggambarkan keintiman yang muncul dari kemampuan untuk "membaca" dan memahami seseorang seperti membaca buku.

Wajah sebagai Metafora Koran dan Buku: Penyair menggunakan metafora wajah sebagai koran yang bingung melaporkan peristiwa dan kejadian, lalu mengecam diri dengan pena majal. Ini merujuk pada kompleksitas dan banyaknya cerita yang ada di setiap wajah, seperti halnya koran yang mencakup berbagai informasi.

Dialog Sejarah dan Tarih: Terdapat perbincangan tentang tarih (sejarah). Salah satu orang menyatakan bahwa yang lain sebenarnya adalah tarih yang mencatat kekalahan dan kemenangan. Puisi ini mencoba merenungkan peran dan makna dari sejarah dalam kehidupan manusia.

Hidup Sebelum Jaman Pikun: Puisi menyentuh tema hidup dan memiliki nilai tanpa terikat oleh hukum atau dalil tertentu. Penggambaran denyut dada dan sinar mata yang menciptakan nilai untuk 90 atau 100 tahun menyoroti pentingnya pengalaman hidup dan makna yang diberikan oleh perasaan dan mata manusia.

Persatuan dalam Sejarah: Penyair menggambarkan gagasan bahwa, pada akhirnya, manusia bersatu sebagai satu nafas dan satu darah dalam langkah sejarah. Ini mencoba merangkai kembali kebersamaan dan kesamaan di tengah perbedaan dan perbincangan yang rumit.

Dialog dan Judul Naskah: Puisi mencapai puncaknya dalam dialog tentang penulisan lakon sejarah, dan di akhir, terdapat diskusi mengenai judul naskah. Dialog ini mencerminkan pembicaraan tentang pengaruh dan peran sejarah dalam kehidupan dan kreativitas manusia.

Kesimpulan yang Terbuka: Puisi diakhiri dengan sapaan "Selamat malam," menunjukkan akhir pertemuan malam di Kanda. Meskipun terdapat realitas dan refleksi yang dalam, puisi ini meninggalkan pembaca dengan kesan yang terbuka, memungkinkan interpretasi yang beragam.

Puisi "Pertemuan Malam di Kanda" mengeksplorasi berbagai konsep dan pemikiran, dari keintiman personal hingga refleksi filosofis, menciptakan lapisan-lapisan makna yang memperkaya pengalaman membaca.

Puisi
Puisi: Pertemuan Malam di Kanda
Karya: Sugiarta Sriwibawa

Biodata Sugiarta Sriwibawa:
  • Sugiarta Sriwibawa lahir di Surakarta, pada tanggal 31 Maret 1932.
© Sepenuhnya. All rights reserved.