Puisi: Tuhan di Tengah-Tengah Insan (Karya Bahrum Rangkuti)

Puisi "Tuhan di Tengah-Tengah Insan" karya Bahrum Rangkuti menggambarkan keindahan dan keberkahan dalam membaca Al-Qur'an serta bagaimana Tuhan hadir
Tuhan di Tengah-Tengah Insan


Mahmudah membaca Qur'an
Di bawah kudungnya sutera hijau
membayang kehidupan remaja. Mengumandang Al Imran
cahaya atas cahaya dengan suara mengimbau

turun dan naik atas irama pendek dan panjang
kadang berhenti pada tanda waqaf sejenak
lalu mendengung sangsai pada 'Ilahi maha Penyayang'
Aku diam hening tak mampu bergerak

Tahukah engkau, anakku
Alun suara ini kata Tuhan terakhir
pada insan seluruh dunia. Turun berabad-abad lalu.

Namun terasa Ia berbicara kini jua
di tengah-tengah kita di ujung lidahmu
Ia menjelma di bumi Indonesia......

8/12/1970

Sumber: Horison (Desember, 1971)

Analisis Puisi:
Puisi "Tuhan di Tengah-Tengah Insan" karya Bahrum Rangkuti menggambarkan keindahan dan keberkahan dalam membaca Al-Qur'an serta bagaimana Tuhan hadir di tengah-tengah kehidupan manusia.

Nuansa Keagamaan: Puisi ini menciptakan suasana keagamaan yang kental. Bahrum Rangkuti menggunakan imaji kudung sutera hijau dan Al Imran untuk meresapi keindahan membaca Al-Qur'an. Kata-kata seperti "membayang," "mengumandang," dan "cahaya atas cahaya" menciptakan nuansa spiritual yang mendalam.

Nuansa Remaja: Penyair menghubungkan keagamaan dengan kehidupan remaja. Dengan merinci bahwa membaca Al-Qur'an membayangkan kehidupan remaja, puisi ini menggambarkan betapa ajaran agama dapat membimbing dan membawa cahaya dalam perjalanan hidup para remaja.

Irama dan Suara Al-Qur'an: Penyair memasukkan unsur-unsur irama dan suara Al-Qur'an ke dalam deskripsi puisinya. Ia menyebutkan irama pendek dan panjang, tanda waqaf, dan mendengungkan sangsai. Ini menciptakan gambaran suara Al-Qur'an yang merdu dan memberikan kesan kedalaman dalam ibadah.

Keagungan dan Keabadian Al-Qur'an: Dengan menyatakan bahwa Al-Qur'an adalah kata Tuhan terakhir untuk seluruh dunia, puisi ini menekankan keagungan dan keabadian kitab suci Islam. Hal ini ditekankan melalui kata-kata seperti "berabad-abad lalu" yang mengisyaratkan eksistensi Al-Qur'an sejak zaman dahulu.

Dialog dan Kesan Hening: Penyair menciptakan dialog internal dengan pertanyaan retoris, "Tahukah engkau, anakku?" yang membawa pembaca untuk merenung. Puisi ini mencapai kesan hening dan kekhusyukan ketika menyebutkan bahwa ia diam dan tak mampu bergerak saat mendengar Al-Qur'an.

Kehadiran Tuhan di Bumi Indonesia: Puisi menyampaikan gagasan bahwa Tuhan hadir di Indonesia. Pernyataan ini mungkin merujuk pada rasa kebersamaan spiritual dan ketuhanan yang melingkupi kehidupan masyarakat Indonesia.

Gaya Bahasa yang Simbolis: Puisi ini menggunakan gaya bahasa yang simbolis, seperti "tanda waqaf sejenak" yang dapat diartikan sebagai momen refleksi dan introspeksi dalam membaca Al-Qur'an.

Puisi "Tuhan di Tengah-Tengah Insan" membawa pembaca dalam perjalanan spiritual melalui keindahan membaca Al-Qur'an dan menyiratkan kehadiran Tuhan yang abadi dan maha kuasa di tengah-tengah kehidupan insan, khususnya di Indonesia. Gaya bahasa simbolis dan penekanan pada nuansa spiritual membuat puisi ini penuh makna dan mendalam.

Bahrum Rangkuti
Puisi: Tuhan di Tengah-Tengah Insan
Karya: Bahrum Rangkuti

Biodata Bahrum Rangkuti:
  • Bahrum Rangkuti lahir pada tanggal 7 Agustus 1919 di Galang, Deli Serdang, Sumatra Utara.
  • Bahrum Rangkuti meninggal dunia pada tanggal 13 Agustus 1977 di Jakarta.
  • Bahrum Rangkuti adalah salah satu Sastrawan Angkatan '45.
© Sepenuhnya. All rights reserved.