Puisi: Tigris (Karya Goenawan Mohamad)

Puisi "Tigris" karya Goenawan Mohamad menggambarkan perjalanan panjang sejarah, perubahan, kehancuran, dan perjuangan wilayah Mesopotamia.
Tigris


Sungai demam
Karang lekang
Pasir pecah
pelan-pelan.

Gurun mengerang: Babilon!
Defile berjalan.

Lalu Tuhan memberi mereka bumi
Tuhan memberi mereka nabi.

Antara sejarah
dan sawah
hama
dan Hammurabi.

Setelah itu, kita tak akan di sini.

Kau dengarkah angin ngakak malam-malam
ketika bulan seperti
susu yang tertikam
ketika mereka memperkosa
Mesopotomia?

Seorang anak berlari, dan seperti dulu
ia pun mencari-cari
kemah di antara pohon-pohon tufah.

Jangan menangis.

Belas adalah
Iblis karena Tuhan telah menitahkan air mata
jadi magma, bara yang diterbangkan bersama
belibis, burung-burung sungai yang akan
melempar pasukan revolusi
dengan besi dan api
"Ababil! Ababil!" Mereka akan berteriak.
Bumi perang sabil.

Karena itulah, mullah, jubah ini
selalu kita cuci dalam darah di tebing
Tigris yang kalah
Dari Najaf ada gurun. Kita seberangi
dengan geram dan racun. Dan tiba di Kerbala
akan kita temui pembunuhan
yang lebih purba.

(Ibuku. Seandainya kau tahu kami adalah anak-anakmu)


Sumber: Horison (Februari, 1986)

Analisis Puisi:
Puisi "Tigris" karya Goenawan Mohamad adalah karya sastra yang menghadirkan gambaran yang kompleks dan penuh makna tentang sejarah, agama, dan konflik.

Sungai Tigris: Puisi ini dimulai dengan menggambarkan sungai Tigris, salah satu sungai penting di wilayah Mesopotamia yang memiliki peran besar dalam sejarah dan budaya.

Gambaran Keberlanjutan Sejarah: Puisi ini menggambarkan perubahan dan perjalanan sejarah melalui gambaran dari zaman kuno hingga masa kini. Referensi kepada Babilon, Hammurabi, dan Mesopotamia adalah pengingat akan perjalanan panjang peradaban manusia di wilayah tersebut.

Pesan Agama: Puisi ini merujuk pada nabi dan pesan agama sebagai elemen yang penting dalam sejarah dan budaya Mesopotamia. Pesan agama dianggap sebagai suatu bentuk bimbingan dan arahan dalam menghadapi perubahan dan perjuangan.

Perubahan dan Kehancuran: Puisi ini mengeksplorasi tema perubahan dan kehancuran. Pencemaran air mata yang menjadi magma dan bara yang membakar menciptakan gambaran kehancuran yang dramatis. Hal ini bisa diartikan sebagai gambaran kekuatan alam yang tak terelakkan dan merusak.

Konflik dan Perjuangan: Puisi ini menggambarkan konflik dan perjuangan, terutama dalam referensi kepada Kerbala, tempat terjadinya pertempuran penting dalam sejarah Islam. Ketika puisi mengatakan "Bumi perang sabil," ini merujuk kepada komitmen untuk berjuang demi keyakinan agama.

Pertanda Kehancuran: Kata-kata seperti "angin ngakak malam-malam" dan gambaran bulan seperti "susu yang tertikam" menciptakan suasana yang mencekam dan menggambarkan ketidakstabilan serta pertanda kehancuran yang akan datang.

Emosi dan Keluarga: Puisi ini menciptakan momen emosional dengan mengutip kata-kata "Ibuku. Seandainya kau tahu kami adalah anak-anakmu." Ini menggambarkan perasaan kehilangan dan kesedihan dalam konteks konflik dan perjuangan.

Secara keseluruhan, puisi ini menggambarkan perjalanan panjang sejarah, perubahan, kehancuran, dan perjuangan dalam konteks wilayah Mesopotamia. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan kompleksitas sejarah dan peran agama dalam membentuk identitas budaya dan sosial.

Puisi Goenawan Mohamad
Puisi: Tigris
Karya: Goenawan Mohamad

Biodata Goenawan Mohamad:
  • Goenawan Mohamad (nama lengkapnya Goenawan Soesatyo Mohamad) lahir pada tanggal 29 Juli 1941 di Batang, Jawa Tengah.
  • Goenawan Mohamad adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.