Puisi: Membaca Bahasa Makam (Karya Diah Hadaning)

Puisi "Membaca Bahasa Makam" karya Diah Hadaning menggambarkan ritual mengunjungi makam dan merenungkan nilai-nilai kehidupan serta ...
Membaca Bahasa Makam
Memetik Pesan Muara Tura


Pagi tak pernah hilang mentari
setiap langkah pelan dua perempuan
menapaki jalan menuju makam
Ning dan Ning
mawar merah dalam genggaman
aroma melati dalam jiwa
getar rasa beri salam
getar doa limbang makna
dua perempuan hela kenangan panjang
aksara-aksara itu
pernah diukir jemari seorang lelaki
tentang hidup dan kehidupan
dua perempuan membaca dalam hening.

Sementara bunga ditabur di pusara
sementara embun menetes dari sepasang mata
sementara tembang meneduh dari seruas bibir 
Ning dan Ning
mengeja bahasa gaib.

Selembar daun kabut melayang
bawa pesan ribuan hari tersimpan
tentang setia makna gerak ombak
saat kemarau di muara tua
gurit yang tak pernah tersurat
sarang musim datang dan pergi
dengan bahasanya sendiri
zaman berubah banyak insane hilang arah
banaspati kalabendu berhala dan rangda itu
mengintai melati di kalbu
pelihara bunga nuranimu
angin muara tua sabar kirim pesan
aksara purba sisa peradaban.

Dua perempuan Ning dan Ning
saling mengerti mematri haru di hati
saling cermati pesan gaib si kakang
keindahan pantas dilestarikan
getarnya jadi tembang pesisiran.


Bogor, April 2004

Analisis Puisi:
Puisi "Membaca Bahasa Makam" karya Diah Hadaning adalah sebuah karya yang menggambarkan ritual mengunjungi makam dan merenungkan nilai-nilai kehidupan serta koneksi spiritual yang mendalam antara manusia dan alam.

Tema Sentral: Puisi ini mengeksplorasi tema-tema seperti kematian, kehidupan, keabadian, dan hubungan manusia dengan alam. Puisi ini merenungkan makna-makna yang terkandung dalam ritual mengunjungi makam.

Gambaran Alam dan Ritual: Penyair menggunakan gambaran alam untuk menciptakan latar belakang yang mendalam dalam puisi ini. Gambaran embun yang menetes, bunga yang ditabur di pusara, dan angin muara tua membentuk suasana yang kaya dan bermakna. Ritual mengunjungi makam digambarkan dengan penuh rasa hormat dan perenungan.

Bahasa dan Gaya Bahasa: Penyair menggunakan bahasa yang indah dan memikat. Penggunaan metafora seperti "mawar merah dalam genggaman" dan "aroma melati dalam jiwa" menambah kedalaman puisi ini. Bahasa puisi ini memiliki irama yang mengalir seperti tembang pesisiran.

Koneksi Spiritual: Puisi ini menyoroti koneksi spiritual antara manusia dan alam. Dalam mengunjungi makam, dua perempuan mencoba "mengerti mematri haru di hati" dan "membaca dalam hening." Ini menggambarkan perasaan haru dan rasa hormat terhadap yang telah meninggal, serta usaha untuk merenungkan makna kehidupan.

Nilai-Nilai Kultural: Puisi ini meresapi nilai-nilai kultural dan tradisional, seperti persembahan bunga di pusara dan pembacaan pesan gaib yang terkandung dalam alam sekitar. Nilai-nilai ini membentuk bagian integral dari ritual dan keyakinan yang dijelaskan dalam puisi.

Secara keseluruhan, "Membaca Bahasa Makam" adalah sebuah puisi yang merenungkan makna kehidupan, kematian, dan hubungan manusia dengan alam. Dengan bahasa yang indah dan gambaran yang kuat, puisi ini menghadirkan pengalaman spiritual dan refleksi mendalam kepada pembaca.

Puisi Membaca Bahasa Makam
Puisi: Membaca Bahasa Makam
Karya: Diah Hadaning
© Sepenuhnya. All rights reserved.