Puisi: Sebuah Ingatan tentang Kemantran (Karya Diah Hadaning)

Puisi "Sebuah Ingatan tentang Kemantran" karya Diah Hadaning memadukan kerinduan terhadap tempat dan waktu yang hilang dengan pesan tentang ....
Sebuah Ingatan tentang Kemantran


(I)

Pasti suaranya yang menyusup
celah mahoni di Jalan Manggarai Utara
saudaraku, datang dan lihatlah
kuusung kawasan itu
yang selama ini menyibuki kepalamu
ketika aku membuka pintu
Wijati telah berdiri dalam sengatan matahari
di kedua tangannya
mengepul nasi racik dan teh poci
Kemantran ada di dalam sini
bagi yang lain, jangan habis buat sendiri
aku menerimanya
dan Wijati tersenyum lega
di mataku berkelebatan
orang-orang tercinta tersebar di Nusantara.


(II)

Kemantran yang selalu muncul dalam ingatan
diam-diam menyeruak dalam impian
barangkali sudah saatnya kita memberi warna
lebih hijau walau hanya dengan kata
aku masih terus memimpikannya
aku masih terus memikirkannya
barangkali akan menjadi sesal
tak segera salami paginya yang kental.

Barangkali akan menjadi luka
jika tak kuketuk-ketuk gapuranya
kubayangkan lelaki sederhana itu berkata dengan repot:
ah, lupakan orang-orang yang ribut di mimbar
yang bicara gagap tentang pembangunan
nikmati saja hari yang hangat
sambil menuang pocimu nikmat

Lalu Kemantran mengambang di udara
dan senyummu bertebaran
(-lho, senyuman kok bertebaran
Jangan begitu ah, bilangnya -
Wijati mengingatkan)


(III)

Aku telah menyusuri pematangnya yang tersisa
lewat gurat-gurat di wajah Wijati
dan menyeruput aroma teh malamnya yang hangat
saat menyisir malam di motor Nurhidayat
semua telah larut dan mengendap
jika rasa ingin sua tinggal mengaduknya

Kemantran
di sana tak kan pernah kutemukan
perihal ontran-ontran
segala yang buruk telah dikubur di bulakan

(Wijati, Wijati, jalan setapak
jangan kau tinggalkan)

Jika hari ini kau ke depan
jika lusa aku ke depan
jelas bukan karena asap menyan
tapi kerja keras meski jatuh tanpa matras
kita sama-sama merambah belantara
karena ibumu ibuku ya Ibu Bumi
karena bapamu bapaku ya Bapa Angkasa.


Bogor, 1994

Analisis Puisi:
Puisi "Sebuah Ingatan tentang Kemantran" karya Diah Hadaning adalah sebuah karya yang penuh dengan rasa nostalgia, kerinduan akan masa lalu, dan refleksi tentang kehidupan. Puisi ini terdiri dari tiga bagian yang masing-masing memiliki makna dan pesan yang mendalam.

Bagian Pertama: Mengenang Suara dan Kemantran

Dalam bagian pertama, penyair merenungkan tentang suara yang menyusup melalui celah-celah pohon mahoni di Jalan Manggarai Utara. Suara ini mengingatkannya pada Kemantran, suatu tempat atau kawasan yang memiliki makna khusus dalam ingatannya. Saat Wijati, mungkin seseorang yang memiliki hubungan emosional dengan Kemantran, muncul membawa nasi racik dan teh poci, penyair menerimanya sebagai lambang dan kenangan Kemantran. Puisi ini juga menunjukkan rasa cinta dan perhatian penyair terhadap orang-orang yang dicintainya di seluruh Nusantara.

Bagian Kedua: Kemantran dalam Impian

Bagian kedua merinci bagaimana Kemantran selalu muncul dalam ingatan dan impian penyair. Penyair merenungkan bagaimana Kemantran adalah bagian yang tak terpisahkan dalam perasaannya. Namun, dia menyadari bahwa mungkin saatnya memberi warna dan makna yang lebih dalam pada Kemantran. Penyair menyampaikan perasaannya bahwa dia masih terus memikirkannya dan ingin mengenangnya lebih dalam. Ada perasaan sesal jika Kemantran itu hilang dan juga rasa luka jika dia tidak segera menyambanginya. Pada akhirnya, penyair ingin membayangkan bahwa Kemantran berkata untuk menikmati kehidupan dengan penuh kebahagiaan dan menikmati secangkir teh yang nikmat.

Bagian Ketiga: Merenung tentang Kemantran dan Alam

Bagian ketiga menampilkan penyair yang telah menyusuri Kemantran yang tersisa dan merenungkan jejak-jejaknya pada wajah Wijati. Penyair juga merenungkan aroma teh yang hangat dan suasana malam yang menyenangkan. Ini adalah saat penyair merasa dekat dengan Kemantran dalam pikiran dan hatinya. Namun, penyair juga menyadari bahwa Kemantran tidak hanya tentang tempat atau lokasi fisik, melainkan juga tentang makna yang lebih dalam dalam hidup. Puisi ini mencerminkan konsep penting tentang keseimbangan antara manusia dan alam serta pentingnya menjaga alam dan bumi sebagai rumah bersama.

Puisi "Sebuah Ingatan tentang Kemantran" adalah sebuah karya yang memadukan kerinduan terhadap tempat dan waktu yang hilang dengan pesan tentang pentingnya menjaga lingkungan dan hubungan manusia dengan alam. Penyair mencoba menggambarkan perasaannya dengan indah dan mendalam melalui gambaran dan makna yang rumit dalam puisi ini.

Puisi Sebuah Ingatan tentang Kemantran
Puisi: Sebuah Ingatan tentang Kemantran
Karya: Diah Hadaning
© Sepenuhnya. All rights reserved.