Puisi: Senandung Nelayan (Karya: D. Zawawi Imron)

Puisi "Senandung Nelayan" karya D. Zawawi Imron menggambarkan nuansa kehidupan seorang nelayan, melibatkan elemen alam dan keseharian yang dipenuhi ..
Senandung Nelayan


Angin yang kini letih
bersujud di pelupuk ibu
laut! apakah pada debur ombakmu
terangkum sunyi ajalku?

Oi, buih-buih zaman saling memburu
kali ini doaku lumpuh
gagal mengusap tujuh penjuru
pada siapa 'kan kulepas napas cemburu?

Jika sebutir air mata adalah permata
tolong simpan di jantung telukmu!

Dari bisik ke bisik perahu beringsut maju
jika nanti bulan datang menyingkap teka-tekimu
tak sia-sia kujilat luka purba
tempat senyum menetas
jadi iman dan layar.


1976

Sumber: Bulan Tertusuk Lalang (1982)

Analisis Puisi:
Puisi "Senandung Nelayan" karya D. Zawawi Imron menggambarkan nuansa kehidupan seorang nelayan, melibatkan elemen alam dan keseharian yang dipenuhi dengan pertanyaan filosofis tentang kehidupan dan takdir.

Alam sebagai Cermin Jiwa: Puisi ini dibuka dengan gambaran angin yang letih yang bersujud di pelupuk ibu laut. Ini bukan hanya deskripsi fisik tentang alam, tetapi juga menciptakan analogi terhadap kehidupan manusia. Laut dan angin menjadi metafora bagi perjalanan hidup dan takdir yang tidak bisa dielakkan.

Kelelahan dan Pertanyaan akan Ajal: Puisi mengeksplorasi tema kelelahan, terutama melalui gambaran angin yang bersujud. Pertanyaan tentang apakah ajal sudah tertulis dalam debur ombak mencerminkan kegelisahan dan keterbatasan manusia di hadapan takdir. Ada kepasrahan terhadap nasib yang mungkin sudah tertulis dalam setiap gelombang hidup.

Buih-Buih Zaman dan Kenyataan Kejam: Metafora buih-buih zaman yang saling memburu menggambarkan kenyataan pahit dalam kehidupan. Doa yang lumpuh dan ketidakmampuan mengusap tujuh penjuru menyiratkan kegagalan dan ketidakberdayaan dalam menghadapi situasi yang sulit.

Permata Air Mata dan Nelayan yang Merenung: Simbolisme sebutir air mata sebagai permata menunjukkan keindahan dan kekayaan emosional yang terkandung dalam setiap penderitaan. Nelayan, sebagai tokoh utama dalam puisi, merenungkan takdirnya dan berusaha mencari kebijaksanaan dari alam, terutama dari bulan yang akan menyingkap teka-teki.

Harapan dalam Bisikan Perahu dan Kemurahan Bulan: Bisikan perahu dan kehadiran bulan di puisi ini menciptakan elemen magis dan harapan. Nelayan menjelaskan bahwa jika bulan menyingkap teka-teki, ia akan menjilat luka purba dan menjadikannya sebagai sumber kekuatan dan keimanan untuk melanjutkan hidup.

Puisi "Senandung Nelayan" memberikan pandangan mendalam tentang kehidupan, kelelahan, dan kebijaksanaan yang ditemukan dalam alam. Melalui kata-kata yang indah dan puitis, D. Zawawi Imron berhasil menciptakan puisi yang meresapi kehidupan seorang nelayan, menggambarkan perjalanan jiwa yang penuh pertanyaan, harapan, dan pengharapan dalam gelombang hidup yang tak pernah surut.

Puisi D. Zawawi Imron
Puisi: Senandung Nelayan
Karya: D. Zawawi Imron

Biodata D. Zawawi Imron:
  • D. Zawawi Imron lahir pada tanggal 1 Januari 1945 di desa Batang-batang, Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.