Puisi: Cumi-Cumi (Karya Nirwan Dewanto)

Puisi "Cumi-Cumi" karya Nirwan Dewanto mengeksplorasi konsep kedalaman, keselamatan, dan pencarian akan kebenaran serta makna kehidupan.
Cumi-Cumi
(untuk Hiroshi Sekine)

Seperti saputangan ia
yang terloyak di satu sudutnya
ketika terantuk gugus terumbu
saputangan tembus-cahaya
karena kenyang oleh airmata
kini mencari mata sejati
mata yang tak bertanya-tanya
ke mana rangka tubuhnya
ke mana merah dagingnya.
Sungguh, mata seperti itu
adalah mata penyelam ulung
yang juga tahu bahwa rerumbai
dari sudut yang terluka itu
berjumlah hanya sepuluh
seperti jemarinya sendiri
jemari yang pernah terasah
oleh duri bintang dan bulu bulan.
Kukira keduanya bertemu
di hamparan ganggang ketika
jemari penyelam itu berdarah
dan para seteru bergigi belati
memburu mereka ke dasar jurang.
Kukira keduanya berlomba
menuju garis penghabisan
tidak, mereka bersintuhan
bahkan berkelindan tanpa malu
sehingga dua puluh jemari itu
dua puluh rerumbai cabikan itu
menjadi selebat gelombang
sehingga tubuh si penyelam
menjadi sebening udara pagi
dan si saputangan bukan lagi
berenang, tetapi terbang
terbang tinggi mencari mata
mata yang masih juga berkaca-kaca
sebab tak kuasa membedakan malam
dari mangsi hitam seluas laut
yang menarik si penyelam dari maut.
Kukira seekor cumi-cumi
menjelma sehelai saputangan
karena ia selalu dahaga
akan matamu, airmatamu.


2005

Sumber: Jantung Lebah Ratu (2008)

Analisis Puisi:
Puisi "Cumi-Cumi" karya Nirwan Dewanto adalah sebuah perjalanan metaforis yang mengeksplorasi konsep kedalaman, keselamatan, dan pencarian akan kebenaran serta makna kehidupan. Penyair menggunakan metafora saputangan yang terbuka dan cumi-cumi untuk menyampaikan perjalanan emosional yang rumit.

Saputangan yang Terbuka dan Rerumbai Sang Penyelam: Penyair menggambarkan saputangan yang terbuka dan rusak oleh benturan pada terumbu sebagai gambaran akan kerentanan dan kelemahan. Metafora ini merujuk pada mata yang seakan mencari makna yang sejati, tanpa kebingungan, menghadapi pertanyaan tentang jati diri.

Pertarungan dan Penemuan Diri: Puisi ini menyoroti pertarungan penyelam dengan dirinya sendiri, menghadapi tantangan dan pertanyaan yang mendalam. Konsep jari yang berjumlah sepuluh, dan jemari yang terluka oleh duri bintang dan bulu bulan, merepresentasikan perjalanan emosional yang tergores oleh kehidupan.

Pencarian Kedalaman dan Kebenaran: Puisi menggambarkan pertemuan yang sulit dipahami antara penyelam dan saputangan, yang menggambarkan pencarian dan penemuan akan diri yang sejati di kedalaman yang gelap dan tak terduga.

Simbolisme Cumi-Cumi dan Kebutuhan akan Kepenuhan Emosi: Penyair menggunakan simbolisme cumi-cumi yang dahaga akan air mata dan pengalaman emosional. Cumi-cumi di sini mewakili keinginan untuk kedalaman emosi, penemuan makna, dan pengalaman yang menggugah.

Puisi "Cumi-Cumi" adalah perjalanan emosional yang kompleks, menggambarkan pencarian akan makna kehidupan dan identitas. Melalui metafora saputangan yang terbuka, rerumbai sang penyelam, dan simbolisme cumi-cumi, penyair menggambarkan pertarungan individu dengan dirinya sendiri, pencarian akan kebenaran, dan kebutuhan akan pemahaman dan kedalaman emosional yang mendalam.

Nirwan Dewanto
Puisi: Cumi-Cumi
Karya: Nirwan Dewanto

Biodata Nirwan Dewanto:
  • Nirwan Dewanto lahir pada tanggal 28 September 1961 di Surabaya, Jawa Timur, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.