Puisi: Airmata Hujan (Karya Agus R. Sarjono)

Puisi "Airmata Hujan" karya Agus R. Sarjono adalah sebuah karya sastra yang mengangkat isu sosial-politik dengan menggunakan metafora dan ....
Airmata Hujan


Jangan bidikkan aku, ronta 
Bedil sambil menggigil. Diam!
Bentak Tangan. 
Aku harus meledakkan anak-anak itu.
Tapi mereka masih belia! 
Lihatlah senyumnya yang muda
dan mereka tidak meminta selain kesejahteraanmu juga.
Bukankah engkau sering mengumpati gaji yang tak cukup
nafas hidup yang sempit, hingga harus berderap kian-kemari
mengutip sesuap nasi.

Jangan bidikkan aku, raung Bedil. Diam!
Ini bukan persoalan pribadi, hardik Tangan.
Ini masalah politik. Satu dua nyawa
sebagai taktik. Tapi ini bukan soal angka,
bukan soal satu dua
tapi soal ibu meratap kehilangan,
soal dimusnahkannya satu kehidupan
soal masa depan manusia yang dibekam. Soal hak ...
Tutup mulutmu barang dinas! Kamu hanya alat

dan jangan berpendapat. Itu urusan politisi di majelis sana.
Tapi mereka hanya bahagia! Sergah bedil.
Mereka tak pernah peduli padamu, pada mereka,
pada yang miskin dan teraniaya.
Mereka tak mengurusi siapa-siapa
selain dirinya. Dor! Bedil itu tersentak. Jangan ...
Dor ... dor ... dor ... dor...  Selesai  sudah

gumam Tangan. Bukankah ini sudah berlebihan, isak Bedil.
Entahlah, gumam Tangan, aku tak tahu. Aku penat.
Aku hanya ingin istirahat. Semoga istri
dan anak-anakku di rumah sana
semuanya selamat.

Bedil itupun menjelma hujan. Tak putus-putusnya
mencurahkan airmata.


Sumber: Suatu Cerita dari Negeri Angin (2001)

Analisis Puisi:
Puisi "Airmata Hujan" karya Agus R. Sarjono adalah sebuah karya sastra yang mengangkat isu sosial-politik dengan menggunakan metafora dan simbolisme yang kuat. Melalui gambaran perbincangan antara dua tokoh, "Ronta Bedil" dan "Tangan," puisi ini menggambarkan dampak buruk dari tindakan represif terhadap rakyat yang tidak bersalah dan tidak berdaya.

Simbolisme Tokoh: Dalam puisi ini, tokoh "Ronta Bedil" dan "Tangan" melambangkan dua sisi yang berlawanan dalam konflik sosial-politik. "Ronta Bedil" mewakili pihak kekuasaan yang melakukan tindakan represif dan kekerasan terhadap rakyat, sedangkan "Tangan" adalah suara keberpihakan pada kemanusiaan dan keadilan.

Konflik Sosial-Politik: Puisi ini mengangkat isu mengenai tindakan represif pemerintah terhadap rakyat yang tidak bersalah. Dialog antara "Ronta Bedil" dan "Tangan" mencerminkan perdebatan antara kekuasaan yang berupaya membenarkan tindakannya dan suara yang membela hak-hak rakyat yang tertindas.

Dampak Represi dan Kemanusiaan: Puisi ini menggambarkan dampak buruk dari tindakan represif, terutama terhadap anak-anak dan rakyat yang tidak berdaya. Gambaran "senyumnya yang muda" dan "ibu meratap kehilangan" memberikan lapisan emosional dan menggambarkan penderitaan yang ditimbulkan oleh tindakan kekerasan.

Pemaknaan Airmata Hujan: Puisi ini mengakhiri dengan gambaran "Bedil itupun menjelma hujan. Tak putus-putusnya mencurahkan airmata." Airmata hujan menjadi simbol dari dukacita dan penderitaan rakyat yang tidak terhingga akibat represi. Metafora ini menggambarkan betapa dalamnya dampak dan luka yang ditimbulkan oleh tindakan kekerasan tersebut.

Puisi "Airmata Hujan" oleh Agus R. Sarjono adalah karya sastra yang kuat dan mendalam dalam menggambarkan dampak represi terhadap rakyat yang tidak berdaya. Melalui simbolisme dan metafora yang kuat, puisi ini mendorong pembaca untuk merenungkan tentang pentingnya kemanusiaan, keadilan, dan perlindungan hak-hak rakyat dalam konteks konflik sosial-politik.

Agus R. Sarjono
Puisi: Airmata Hujan
Karya: Agus R. Sarjono

Biodata Agus R. Sarjono:
  • Agus R. Sarjono lahir pada tanggal 27 Juli 1962 di Ban­dung, Jawa Barat, Indonesia.
  • Agus R. Sarjono aktif menulis puisi, esai, cerpen, kritik, dan drama. Ia juga dikenal sebagai editor dan penerjemah.
© Sepenuhnya. All rights reserved.